berbohong.
Sesampainya dirumah. Terengah-engah langkahku yang mulai gontai setelah hilang separuh jantung. Aku memikirkan kejadian di Hangan Park. Itu membuatku kecewa sangat. Aku tidak bisa tertidur karena memikirkannya. Janganlah kejadian hari ini masuk kedalam mimpiku karena itu sangat menyakitkan.
________
Keesokan harinya aku menelefon Yeonjun hyung untuk menjelaskan semuanya. Tapi ia tidak menjawab sama sekali. Mungkin ia masij marah kepadaku. Aku mencoba dengan telefon rumah untuk menghubunginya. Ku tahu jika yang mengangkatnya nanti bukanlah Yeonjun hyung melainkan bibi Kim, pembantu di rumah Yeonjun hyung.
Katanya Yenjun hyung pergi kebandara ia akan menuju ke Amerika. Ku bulatkan mataku mendengar jawaban dari bibi Kim. Ku kenapa kau pergi?. Aku langsung memutuskan sambungannya, mungkin bibi Kim terkejut akan hal itu. Maaf bibi Kim.Aku bergegas menuju bandara. Amerika? Kenapa Yeonjun hyung pergi kesana?.
Menerobos rambu lalu lintas aku tidak peduli makian orang lain di jalan. Yang terpenting saat ini adalah Yeonjun hyung. Sampai disana aku langsung mencarinya. Ini sangat sulit. Banyak orang disini. Dimana si manisku?.
Amerika, aku teringat ucapan bibi Kim. Aku melihat jadwal penerbangan menuju Amerika. Dan ternyata sebentar lagi pesawat akan meluncur. Oh tidak, semoga aku bertemu Yeonjun hyung.
Sesaat kemudian. Aku melihat orang di depanku agak jauh tapi terlihat olehku. Yeonjun hyung. Aku berlari menemuinya. "Hyung" Panggil ku agak keras. Iya menoleh. Iya melihat ku dengan tatapan dingin. Aku menbenci hal itu. Ia memutar bola matanya dengan malas saat aku berjalan mendelatinya.
"Aku hanya ingin memberimu surat dari Doyoon sebelum ia tiada. Ini untukmu" Aku nyodorkan sepucuk surat kepadanya. Ia menatap sendu surat itu. Ia menerimanya lalu langsung berbalik meninggalkanku.
"Hati-hati diperjalanan hyung!" Kata terakhirku untunya. Iya tidak menoleh. Tapi aku tau ia mendengarkannya. Itu tidak masalah. Aku kembali kerumah. Rasanya sunyi. Entah mengapa rasanya aku hancur sangat saat ia pergi.
Kita dulu berjalan dengan bahu berdampingan. Hal yang tak penting kita tertawakan. Sambil menatap mimpi yang sama. Tapi itu kenangan dahulu saat kita bersama. Mungkin saat ini. Aku berjalan sendiri. Tidak ada tawa. Dam mimpi selalu buruk. Semoga kau tidak. Hyung semoga kau bahagia dengan kehidupan barumu.
Gwangju, Desember 2019
Aku kembali ke Korea. Aku rindu udara disini. Pemandangannya. Suasananya. Dan jangan lupakan aku juga merindukan makanan disini. Aku telah kembali sekitar seminggu yang lalu.
Aku tidak menyangka rumah ini tidak berubah. Rumah yang membuatku rindu akan pemiliknya. Dan pemilik rumah ini masih tertidur di kamarnya. Aku sudah membangunkannya tapi ia malah merancau tidak jelas.
Aku berada di dapur membuatkannya sarapan. Hanya susu almond dan roti lapis. Ia sangat menyukainya. Aku tidak tau saat aku pergi bagaimana keadaannya. Jika tanya keadaanku disana, aku baik-baik saja. Hanya saja terkadang aku teringat olehnya.
Aku menuju ke kamarnya dengan membawa nampan di atasnya terdapat susu almond dan roti lapis. Benar sekali dugaanku ia masih tertidur. Aku menaruh nampan di atas nakas. Ku ucap pipinya dengan lembut. Tidurnya sangat tenang.
"Soobin-ah, bangun. Katamu kau lapar. Aku membuat susu almond dan roti lapis kesukaanmu" Tidak ada jawaban darinya. Mungkin ia tertidur dengan sangat pulas. Tidak masalah sebari menunggu ia bangun aku ingin membereskan rumah. Ya mungkun ini pertama kalinya ku melakunlkannya.
Saatku kembali Soobin tidak memperbolehkanku bekerja dengan beres. Hanya memberekan kasur Soobin melarangku.
________
Hari ini kita berangkat menuju Hangang Park. Perjalannya lumayan jauh tidak seperti dulu saat masih di Seoul. Kita juga akan menginap di rumah Soobin yang dulu.
Sampailah di Hangang Park. Aku berlaru kesana kemari seperti anak kecil setelah turun dari mobil. Aku berhenti berlali kalaku memergoki Soobin yang sedang memerhatikan ku sebari tersenyum. Aku malu.
Tidak ada yang berubah disini. Sama seperti dulu. Hanya saja disini sangatlah ramai. Aku berjalan mengelilingi Hangang Park dengan bergandengan tangan dengan Soobin. Awalnya aku tidak mau karena mata semua orang menuju ke aku dan Soobin. Tapi katanya ia takut kehilanganku. Gandenglah tanyanku sampai menua nanti Soobin-ah.
Disinilah kami menatap laut dengan senang hati. Disini Soobin mengungkapkan perasaannya kepadaku. Disinilah aku memutuskan hubungan kita. Disina juga kita bersama lagi. Terima kasih Hangang Park.
Soobin membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya. Ia menuntun kudua tanganku ke lehernya. Dia setia memeluk pinggangku dengan erat. Dahi kami bersentuhan. Tanpa disadari bibir kami bertemu dan saling memagut. Ciuman ini menandakan jika kami saling mencintai.
Soobin-ah, terimakasih telah mengirimiku buku itu. Jika kau tidak mengirimkannya kepadaku. Mungkin saja aku tidak akan kembali ke Seoul.
–Choi Yeonjun
Hyung terimalasih telah menerima hadiah dariku. Aku tidak menyesal untuk menunggumu selama ini.
-Choi Soobin
--dna--