Kata temannya, Yeonjun tak pantas suka dengan Soobin. Mereka bagai langit dan bumi. Sudah lebih baik suka dengan yang sepadan saja. Tidak usah muluk-muluk lagipula banyak kok yang naksir Yeonjun.
"Kalo lo beneran suka sama Soobin ya ubah dulu gaya hidup lo biar gak ditolak."
Diantara temannya yang suka mengejek, masih ada seorang Mark Lee yang sedikit memihak.
"Dia anak baik-baik, Jun. Nyaris gak ada cacat dari segi manapun. Gak bakalan mau lah kalo di deketin modelan preman pasar kayak lo."
Yeonjun merenungi kata-kata temannya itu. Dia sampai susah tidur padahal sudah lewat tengah malam. Esoknya dia kesiangan. Walau sudah biasa tapi khusus hari ini dia mau kabur saja.
Choi Soobin yang berada dibarisan petugas osis penjaga gerbang menjadi alasan utama. Belum melakukan pendekatan saja sudah jelek duluan citranya. Serius dia berniat putar arah tapi namanya sudah diteriaki lebih dulu oleh Seungmin.
"Mau kabur kemana? Bosen dihukum jadi mau bolos aja gitu?"
Yeonjun meringis saat telinganya ditarik oleh Seungmin. Pandangannya tertuju pada Soobin yang berdiri disebelah Seungmin dan sedang tertawa kecil. Terlalu manis sampai telinganya kebas akan tarikan Seungmin.
1st Goals : Dateng pagi banget biar gak malu-maluin depan Soobin.
"Kesambet apa lo mau dateng sepagi ini?"
Yeonjun hanya berdecak kesal. Memutuskan untuk tak menghiraukan Seungmin dan lanjut melangkah. Sampai dia berpapasan dengan Soobin yang tiba-tiba menghadang langkahnya.
"Loh udah gak telat lagi? Nih buat sarapan. Pasti belum sarapan karena dateng sepagi ini."
Dapat roti dari Soobin. Katanya buat sarapan. Entah Soobin harus sedih atau apa jika tahu kalau rotinya tak dimakan sama sekali oleh Yeonjun. Hanya ditaruh di atas meja sambil dipandangi dengan senyum yang enggan luntur. Dia bahkan sampai hampir adu jotos dengan Haknyeon karena temannya itu berniat memakan rotinya.
"Roti gue kemana?!"
"Baru juga mau gue makan udah dicariin."
"Anjir woy jangan dimakan, babi! dari Soobin itu!"
Roti dari Soobin akhirnya selamat sampai jam pulang tiba. Yeonjun memasukkannya ke dalam tas dengan sangat hati-hati. Sebelumnya dia sudah mengosongkan tasnya terlebih dahulu, menaruh semua bukunya di loker agar rotinya tidak terjepit oleh buku.
"Jun, temenin yuk?"
Baru juga sampai pintu, sudah ada yang menghalangi jalan. Namanya Donghan, kakak kelasnya sekaligus ketua ekskul dance yang diikutinya.
"Kemana? Ngapain?"
"Temenin Sinbi maksudnya. Jadi perwakilan ekskul dance ikut rapat osis."
"Lo emang kenapa, Bang?"
"Gak bisa. Ada remedial mendadak. Ini gue udah ditunggu Bu Jihyo di kantor guru. Mendadak banget jadi cuma lo doang yang bisa. Sisanya udah pada bubar semua."
Yeonjun memang dapat jadwal piket hari ini jadi pulang paling akhir. Sekarang makin telat pulang karena harus ikut rapat dulu. Rapat apa juga dia tak tahu.
"Tumben lo mau disuruh ikut ginian? Kemarin disuruh jadi perwakilan ekskul futsal nolak."
Yang bertanya barusan adalah Sunwoo. Mereka sekelas, satu lingkar pertemanan dan sama-sama anak ekskul futsal.
"Gantiin paketu. Bang Donghan lagi ikut remedial sama Bu Jihyo. Males banget kalo gak dipaksa mah."
"Abis ini lo gak bakalan nolak lagi kalo disuruh ikut rapat bareng osis. Soobin itu waketos kalo lo lupa."
Bersamaan dengan itu, Soobin memasuki ruangan dengan membawa roti dan susu. Dihiraukan semua yang ada disekeliling. Hanya Choi Soobin yang ada pada pandangan Yeonjun.
"Teh, ini kalo yang jadi perwakilan ekskul harus ketua sama wakilnya?"
"Harusnya sih begitu tapi karena Donghan gak bisa jadi yang bisa aja kayak lo."
2nd Goals : Jadi ketua ekskul dance atau wakilnya biar bisa sering-sering rapat bareng Soobin.
Yeonjun kelewat aktif dalam rapat. Dia kritis apalagi yang berkaitan dengan ekskulnya. ketua pelaksana benar-benar dibabat habis. Yang tidak jelas juga kadang Yeonjun tanyakan.
"Pencitraan lo boleh juga, bro."
Sunwoo mengomentari temannya kala rapat telah usai. Sinbi yang masih disana langsung menoleh dan memandang curiga pada dua adik kelasnya.
"Pencitraan apa nih? Curiga gue."
"Yeonjun suka sama Soobin, Teh."
"Tinggi juga selera lo. Good luck deh, Jun. Duluan ya."
Sinbi buru-buru pulang karena daritadi sudah mengeluh ingin pulang cepat. Dia bahkan berkali-kali menginjak kaki Yeonjun agar anak itu tak memperlama rapat dengan mengajukan ini dan itu.
"Ngomong-ngomong, pencitraan lo berhasil kayaknya, Jun. Doi daritadi ngeliatin lo mulu pas rapat."
Sinbi sukses membuat Yeonjun tersenyum sampai terbawa mimpi. Keesokan paginya dia bangun masih dengan senyum yang sama. Mamah dan papah sampai heran sendiri dengan kelakuan anak semata wayangnya.
Senyum Yeonjun baru luntur setelah berpapasan dengan Seungmin di depan gerbang. Temannya itu sudah menatap tajam Yeonjun sambil berkacak pinggang.
"Gue udah dateng pagi tapi masih aja digalakin. Kenapa lagi sih?"
"Dasi mana? Kancingin itu seragamnya. Ini rambut jadi biru gini gimana ceritanya?"
"Dasi gue di tas. Rambut gue biru sengaja biar makin ganteng."
Yeonjun menjawab sambil malas-malasan mengancingi seragamnya. Seungmin membuka tas Yeonjun tanpa permisi untuk mengambil dasi dan memberikannya pada Yeonjun.
"Pake yang bener. Lagian gantengan rambut hitam daripada biru gini."
"Iya makasih gue emang ganteng tapi gue gak percaya sama omongan lo, Min. Gue udah biru gini rambutnya dari lama dan lo baru komen."
"Lo kalo mau berubah jangan setengah-setengah makanya. Besok ganti hitam biar makin ganteng ya."
"Kalo udah ganteng mau warna apa aja juga tetep ganteng. Tapi hitam kayaknya emang paling bagus."
Yeonjun lupa dengan keberadaan Soobin yang memang selalu bersebelahan dengan Seungmin jika sedang berjaga di gerbang. Sudah Soobin yang meminta mana bisa Yeonjun tolak.
3rd Goals : Ganti warna rambut jadi hitam biar dibilang ganteng sama Soobin.
"Gue ganteng banget atau makin ganteng?"
Esoknya dengan tidak tahu malu, Yeonjun mengabaikan Seungmin dan langsung menghampiri Soobin. Menanyakan pertanyaan konyol yang membuat Soobin mendadak linglung.
"Punten, izin ngambil temen gue yang bego."
Belum sempat Soobin menjawab, Hyunjin datang dan menyeret paksa Yeonjun. Memalukan sekali punya teman macam Yeonjun.
"Apaan sih ini gue lagi usaha biar gak jomblo malah lo ganggu."
"Yang ada dia malah ilfeel duluan. Perjuangan lo masih jauh. Lo baru berubah jadi lebih rajin dan lebih rapih. Yang kayak gitu mah banyak disekolah."
Yeonjun memantapkan hati untuk lebih dari itu. Dia berjuang mati-matian di kemudian hari. Contoh kecilnya adalah melakukan sedikit sogokan pada anak ekskul dance agar memilihnya menjadi ketua. Walaupun berakhir menjadi gelandangan di pertengahan bulan.
"Hin, panggilin ketua lo dong."
"Yeonjun dicariin Soobin."
Yeonjun yang sedang asik makan ditengah ruangan langsung tersedak. Chaeryoung segera menyodorkan minum dan Felix menepuk punggungnnya. Dia sempat membenahi penampilannya sebentar sebelum menghampiri Soobin.
"Kenapa nyari gue?"
"Ini mau minta data siapa aja anak ekskul dance yang ikut ngisi pensi nanti."
"Harus sekarang?"
"Iya harus sekarang. Nih pulpennya."
Yeonjun meringis diam-diam. Tulisannya jelek sekali. Untung ada Renjun yang kebetulan lewat dan hendak masuk ke ruang ekskul dance.
"Jun, tulisin dong nama anak yang ikut ngisi pensi. Tangan gue capek banget abis latihan."
Renjun menurut saja. Dia menulis dengan rapih dan sangat cepat. Dia hapal semuanya karena dia juga ikut mengisi di acara pensi nanti.
"Emang udah pada latihan? Kata anak-anak lagi pada makan? Kok tangan lo capek?"
"Latihan futsal maksud gue."
"Futsal pake tangan sekarang?"
"Basket."
"Tinggi lo gak lolos seleksi."
Percuma membangun pencitraan setinggi langit jika dijatuhkan juga oleh teman sendiri. Untung Soobin tertawa jadi Renjun dan mulut pedasnya termaafkan.
"Jun, besok senin liat mading ya."
Yeonjun bertemu dengan Mark saat hendak pulang. Mereka akhirnya pulang bersama dengan Yeonjun yang duduk diboncengan motor Mark. Biasanya Yeonjun akan pulang dengan Hyunjin jika ada ekskul dance dan dengan Sunwoo jika ada ekskul futsal.
"Ada apaan di mading?"
"Foto gue menang lomba debat bahasa inggris yang bersanding mesra sama foto Soobin menang olimpiade biologi seprovinsi."
"Sejak kapan mading kita jadi begitu? Proker baru anak osis?"
"Iya kayaknya. Biasanya cuma disebutin pas upacara doang kan? Intinya jangan lupa lihat gue di mading."
Yeonjun tak menanggapi ucapan Mark lagi. Dia cemburu dengan kawannya itu. Dia ingin juga bersanding dengan Soobin walaupun hanya sebuah foto yang tertempel di mading. Soobin pasti lihat mading juga dan dia juga akan melihat foto Mark yang juga ada di mading.
4th Goals : Ikut lomba tapi harus menang biar dipajang di mading.
Ini hari senin. Mading ramai bukan main. Yeonjun harus berdesak-desakan agar bisa melihat foto Soobin dengan alibi ingin melihat foto Mark. Beruntungnya dia bertemu dengan Soobin yang sedang memandangi fotonya sendiri di mading.
"Selamat ya, Choi Soobin?"
Interaksi pertama mereka yang terlihat normal dan jauh dari kata memalukan. Yeonjun sedang tidak bersama dengan siapapun yang bisa membuat citranya kembali jelek di depan Soobin.
"Makasih. Temen lo juga keren kok."
Yang bilang Mark keren itu harus paham dulu bagaimana latar belakang anak itu. Jelas Mark dianggap keren karena menang lomba debat bahasa inggris. Seharusnya itu menjadi hal biasa saja jika mereka tahu kalau Mark sesungguhnya anak blasteran.
"Besok gue yang bakalan menuhin mading. Percaya gak?"
Soobin menoleh dengan dahi yang mengerut. Antara bingung dan ragu bercampur jadi satu. Selang beberapa detik, sebuah senyum manis dipamerkan Soobin hingga kedua matanya menyipit dan terlihat sepasang lesung di pipinya.
"Ditunggu, ya."
5th Goals : gak mau tau pokoknya harus menuhin mading titik.
Kerumunan di depan mading baru bubar setelah bel masuk berbunyi. Mereka berbondong-bondong ke lapangan untuk upacara bendera. Yeonjun menjadi paling akhir yang datang dan mengisi tempat yang sudah disediakan kawanannya di barisan belakang.
"Bapak juga ingin mengucapkan selamat kepada Choi Soobin kelas 11 IPA 1 yang telah memenangkan olimpiade biologi seprovinsi dan akan lanjut ke tingkat nasional serta Mark Lee kelas 11 IPS 4 yang memenangkan lomba debat bahasa inggris. Ayo maju anak-anak biar satu sekolah tahu wajah anak yang mengharumkan nama sekolah."
Tibalah saat pidato singkat yang diberikan oleh pembina upacara. Biasanya setiap kepala sekolah yang menjadi pembina upacara maka pasti ada informasi penting dalam pidatonya.
"Maju sana Mark."
Saat Soobin sudah maju diiringi tepuk tangan murid yang lain, Mark masih dibaris belakang. Dia sedang di dorong-dorong oleh temannya agar segera maju. Dia ragu karena biasanya hanya sebatas pengumuman saja tanpa disuruh maju ke depan.
"Maju atau gue wakilin?"
"Modus. Bilang aja mau sebelahan sama Soobin."
Mark akhirnya maju setelah berkata demikian. Yeonjun mengekori Mark. Dia ingin berada di baris depan dan menyaksikan Soobin dengan lebih jelas.
Benar kata Mark. Yeonjun ingin berdiri bersebelahan dengan Soobin yang kala keduanya tak sengaja menoleh bersamaan mereka akan saling bertukar senyum.
6th Goals : Mau berdiri di depan bareng Soobin pas lagi upacara.
Yeonjun bekerja keras selama satu semester ini. Dia berhasil masuk tim inti futsal berkat arahan Sunwoo. Ekskul dancenya juga berkali-kali mengikuti kompetisi baik skala kecil maupun besar. Dia juga punya hobi baru yaitu fotografi karena terlalu sering bergaul dengan Jaemin, ketua kelasnya.
Puncaknya adalah senin ini. Satu mading penuh dengan foto Yeonjun. Mulai dari dia bersama tim futsal yang menyabet juara kedua, dia yang berhasil meraih top score, dia yang dapat juara ketiga lomba fotografi, dan dia bersama anak ekskul dance yang menang kompetisi antar sekolah.
Mading bukanlah tentang Yeonjun semua. Terselip foto Soobin yang memenangkan LKTI. Sengaja dipasang bersebelahan dengan foto Yeonjun yang sedang melakukan selebrasi setelah berhasil mencetak gol. Berterimakasihlah pada Haknyeon yang merupakan anak osis.
"Bener, kan? Gue bakalan menuhin mading."
Yeonjun langsung membanggakan dirinya kala Soobin datang dan berdiri di sebelahnya. Soobin tak menjawab membuat Yeonjun menoleh. Melihat Soobin yang tersenyum sambil memandangi foto-fotonya cukup membuat jantung berdetak tak karuan.
"Selamat ya, Choi Yeonjun."
Sesederhana itu untuk melambungkan Yeonjun terbang ke angkasa. Tak penting jumlah ucapan selamat yang sudah Yeonjun dapatkan jika yang ingin dia dengar adalah dari Soobin. Fakta mengharukan lainnya adalah Soobin tahu namanya.
"Jun, ayo ke lapangan. Gue cariin daritadi juga."
Haknyeon datang merusak segalanya. Menarik paksa Yeonjun agar keluar dari kerumunan dan membawanya ke lapangan. Karena sebentar lagi upacara akan dimulai.
"Ayo nak Yeonjun, nak Soobin, ketua ekskul dance sama futsal maju ke depan."
Tibalah kala nama Yeonjun dipanggil oleh kepala sekolah sebagai siswa yang telah mengharumkan nama sekolah. Temannya bersorak heboh dari belakang. Dia berjalan sambil menebar senyum pada tiap orang yang menyorakinya. Percayalah penggemarnya semakin bertambah tiap harinya.
"Ketua ekskul dance sama futsalnya mana? Ayo nak cepet maju keburu makin panas."
"Sunwoo lagi kena diare, Pak. Saya sendiri merangkap sebagai ketua ekskul dance. Sekalian mewakili Sunwoo juga bisa."
Sunwoo diare hanyalah alibi. Itu anaknya dibelakang sedang cemberut tak terima. Alibi ini lahir tiba-tiba karena Yeonjun ingin berdua saja dengan Soobin di depan. Tidak perlu ada Sunwoo atau wakilnya.
Matahari perlahan naik semakin tinggi. Dibawah sinar sang surya, Yeonjun dan Soobin tak sengaja bertukar tatap. Senyum malu-malu terukir di kedua bibir mereka sebelum saling mengalihkan pandangan.
"Kapan lo mau maju?"
Kening Yeonjun mengerut kala mendengar pertanyaan Woojin yang membingungkan. Dia sedang asyik bermain game di ponsel, begitupula dengan Woojin sehingga mereka mengobrol tanpa bertatap muka.
"Nembak Soobin. Lo sampe dititik ini demi dia kan? Lo udah punya semuanya, kurang apa lagi?"
"Ada satu yang belom. Gue pengen peringkat satu paralel di IPS semester ini ngalahin Minkyu. Soobin pasti peringkat satu lagi di IPA."
"Intropeksi kebodohan dulu bisa? Dapet peringkat ke 80 aja kemarin lo bersyukur banget. Ini lagi mau jadi peringkat satu."
"Besok aja kalo gitu."
"Apanya?"
"Nembaknya lah. Belum siap nih."
Final Goals : Confess to Soobin.
Entah rencana siapa ini tapi Yeonjun menurut saja. Dia sedang berdiri di depan ruang osis dengan sekresek roti berbagai rasa. Didampingi oleh Woojin dan Hyunjin disamping kanan dan kiri bukan membuat Yeonjun tenang malah semakin gugup.
"Kalo ditolak gimana?"
"Yakin bakalan ditolak."
"Udahlah gak jadi."
"Bacot, Jun. Ketok buru pintunya."
Woojin mulai panas. Yeonjun ternyata benar-benar menyusahkan jika sedang kasmaran. Tak sabar dengan Yeonjun yang masih setengah-setengah sampai mengetok pintu saja pelan sekali, dia yang ambil alih semuanya. Pintu diketok dengan tidak manusiawi kemudian dia menarik Hyunjin untuk sembunyi.
"Ehh anjir pada mau kemana?!"
"Loh, Yeonjun?"
Yeonjun yang tadinya niat menyusul kedua temannya langsung terpaku saat pintu terbuka dan menampakkan wujud Soobin. Lidahnya mendadak kelu saat ingin mengatakan serentetan kalimat yang mati-matian dihapalnya saat dikelas tadi.
"Yeonjun suka sama lo."
Jika tadi Woojin yang kesal maka sekarang gantian Hyunjin. Dia malas melihat temannya itu hanya diam dengan ekspresi wajah yang konyol.
"Kasihin woy jangan diumpetin."
Yeonjun yang semula menyembunyikan sekresek roti yang dibawanya dibelakang punggung kala Soobin membuka pintu langsung menyodorkannya pada Soobin.
"Itu apa?"
"Roti. Kata Haknyeon lo suka roti."
"Ini serius?"
Yeonjun menjawabnya dengan anggukan patah-patah. Sungguh tangannya gemetar hebat saat ini. Soobin tak kunjung mengambil kresek yang disodorkan.
"Jadi, gimana? Pasti ditolak. Iya, kan?"
Yeonjun sudah patah semangat. Sehebat apapun dia saat ini tetap saja Choi Soobin terlihat masih terlalu tinggi dan mustahil untuk digapai.
"Diterima kok rotinya. Makasih ya, Yeonjun."
"Oh iya sama-sama."
Yeonjun tersenyum getir. Hanya roti yang diterima bukan dirinya. Bukan perasaannya yang makin tumbuh subur tiap harinya.
"Tunngu 15 menit lagi mau? Nanti kita makan rotinya sama-sama."
"Gak usah. Makan aja sama yang lain."
Yeonjun dengan wajah lesu hendak pergi meninggalkan ruang osis. Dia benar-benar tertolak. Woojin dan Hyunjin yang memantau juga ikut prihatin.
"Yeonjun mau kemana? Gak mau makan bareng sama pacar?"
Yeonjun segera berbalik kembali pada Soobin. Hati boleh remuk tapi tak sampai mengganggu pendengarannya. Apalagi yang bicara Soobin.
"Pacar?"
"Iya. Kita pacaran kan sekarang? Katanya tadi suka aku?"
Yeonjun mendadak oleng. Dunianya benar-benar terguncang mendengar penuturan Soobin. Hati Yeonjun langsung dipenuhi bunga-bunga kala mengingat status mereka yang sudah berubah menjadi pacar kalau kata Soobin.
"Tungguin disini ya. Jangan kemana-mana."
Yeonjun mengangguk patuh dengan semangat. Wajah murungnya telah terganti dengan senyum lebar. Dia langsung ambruk dengan senyum yang tak luntur saat Soobin kembali masuk ke dalam ruang osis.
You are reading the story above: TeenFic.Net