Prolog:
“Di alam semesta ini, seseorang akan mengetahui soulmatenya atau dapat dikatakan dengan belahan jiwanya saat mereka mendapatkan nama soulmate mereka terukir di bagian bawah leher mereka masing-masing. Dan di alam semesta ini, soulmate dapat mendatangkan kebahagiaan namun, juga mendatangkan bahaya jika tidak mengetahui apa arti soulmate sesungguhnya. Soulmate hadir bukan hanya memberikan kebahagiaan namun juga sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi setiap pasangan. Hal itu juga berlaku kepada Soobin dan Yeonjun. Soobin tahu Yeonjun tidak akan mudah mencintainya dan ingin bersamanya hanya karena mereka adalah soulmate. Tetapi, setidaknya Soobin tahu dia adalah milik Yeonjun.”
.
Air laut dan ombak di malam itu bergerak dengan tenang. Begitu juga dengan angin malam yang menerpa wajah pria muda itu. Suasana malam itu sebenarnya indah, siapapun jika berada disana akan sangat menyukai suasananya. Tetapi, suasana malam yang tenang itu tidak cukup membuat suasana hati pria muda itu membaik.
"Soulmate itu sampah! Jika itu sebuah anugerah mengapa mereka semua menderita?!" Teriak pria muda itu. Tubuhnya panas terbakar amarah meskipun angin malam yang dingin terus menerpa tubuhnya.
"Mengapa di dunia ini harus ada Soulmate?! Soulmate hanya membuat seseorang lemah, tidak berdaya, dan perlahan membuat kita semua tidak berguna!" Air mata menetes dari kedua matanya saat dia mengingat segala kejadian buruk yang menimpa hidupnya. Dan itu semua karena soulmate.
Ya, karena soulmate dan segala omong kosong tentang hal yang menurutnya mitos itu.
Semua beranggapan jika kita bertemu dengan soulmate kita, hidup kita akan menjadi lebih baik dan berwarna. Tetapi apakah kalian semua tahu? Itu semua hanyalah omong kosong! Setidaknya itulah yang ada di dalam benak pria muda berambut biru tua itu.
Pria muda itu berjalan menuju batu besar dan duduk disana. Dia merasa lelah dan lemah, dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini untuk memperbaiki keadaan menjadi baik. Soulmate tidak hanya membuat dirinya lemah, soulmate juga merenggut orang-orang yang dia sayangi.
Pria muda itu mengadahkan kepalanya menatap bulan sabit yang bersinar terang, di temani bintang-bintang yang berkerlap-kerlip. Pria itu menyeka air matanya dan menghembuskan nafasnya perlahan, "Bulan, aku ingin memberitahumu sesuatu."
"Di kamus hidupku sekarang tidak ada lagi kata 'soulmate'. Jadi, biarkan aku untuk mengabaikannya jika suatu saat nanti aku akan bertemu dengannya dan bertindak seolah-olah di dunia ini tidak ada sesuatu yang konyol yang bernama soulmate. Aku berharap, aku tidak akan bertemu dengannya" lanjutnya. Kedua matanya terus menatap bulan.
"Meskipun nantinya aku akan merasakan sakit dan akan menjadi sangat lemah sampai aku hanya bisa berbaring di ranjang dan menggerakkan kedua bola mataku untuk berkomunikasi." Ucapnya lalu tersenyum miris. Air mata kembali menggenangi pelupuk kedua matanya.
"Aku tetap tidak peduli, karena aku tidak percaya soulmate. Meskipun soulmate di alam semesta ini ada. Jadi bulan, aku berharap kau mengingatkanku saat aku tidak sengaja melupakan pernyataan pentingku pada malam ini."
Pria muda berambut biru tua itu mengelus area leher bagian bawahnya saat dia merasakan sakit disana. Tepat di mana nama indah itu terukir. Nama yang menunjukkan siapa soulmatenya, orang yang akan berbagi kisah kasih hidup bersamanya.
Sayangnya, pria itu telah menutup dirinya sebelum pasangan hidupnya tahu mereka adalah soulmate.
.
.
Soobin tersenyum saat melihat pesan masuk di grup teman masa SMA nya.
Hueningkai: Heyyy! Kabar baik aku bisa pulang ke Korea besok. Bagaimana kalau kita semua bertemu?
Beomgyu: Benarkah? Ayo kita bertemu di bulan ini.
Taehyun: Aku setuju. Bagaimana kalau kita bertemu di kedai mie favorit kita dulu?
Hueningkai: Itu ide bagus! Aku sangat merindukan kedai mie itu. Aku bosan dengan makanan Belanda. Hmm.. aku sangat merindukan Korea.
Beomgyu: Kalau begitu tunggu apa lagi? Kapan kalian ada waktu untuk bisa bertemu
Tanpa menunggu lama, Soobin mengetikkan balasan.
Soobin: Bagaimana kalau hari sabtu, minggu ini?"
Hueningkai: Aku pulang ke Korea besok hari kamis. Tentu, aku bisa hari sabtu.
Soobin: Bagaimana dengan yang lain?
Beomgyu: Aku ikut.
Taehyun: Aku setuju!
Soobin tersenyum senang melihat antusiasme dari teman-temannya. Dia menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. Namun, itu tidak lama setelah dia merasa ada sesuatu yang kurang. Yeonjun.
Mengapa dia tidak berkomentar apapun di grup? Apa mungkin dia saat ini sedang sibuk?
Sudah 2 tahun, mereka semua tidak bertemu dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Menjadi mahasiswa tidaklah mudah, tugas menumpuk dan banyak acara kampus di luar kelas yang harus dia ikuti.
Berbicara tentang kuliah, mereka semua berkuliah di tempat yang berbeda di Korea. Kecuali Hueningkai sendiri berkuliah di luar negeri, yaitu di negara Belanda.
Ponsel Soobin hampir terjatuh saat dia merasakan sakit secara tiba-tiba di area leher bagian bawahnya. Dia mengelus lehernya dan terkejut saat dia melihat sebuah nama muncul dan terukir di lehernya.
Disaat itu juga Soobin ambruk dengan posisi berlutut di lantai, yang semulanya berdiri di samping nakasnya.
'Yeonjun'
Soobin tidak percaya, ternyata temannya itu adalah orang yang menjadi soulmatenya. Seketika kenangan-kenangan indah bersamanya berputar di kepalanya.
Sejak pertama kali mereka berteman, Soobin sudah menyukai Yeonjun. Menyukai senyumannya, sikapnya yang selalu ceria, dan rasa kepeduliannya terhadapnya.
Saat itu, Soobin tidak tahu apa yang menariknya untuk menyukai Yeonjun dalam kurun waktu yang cepat. Namun, Soobin yakin dia tertarik kepada Yeonjun bukan semata-mata hanyalah karena mereka adalah soulmate. Lebih dari itu, Soobin merasa dia telah memiliki ikatan yang kuat setelah dia bertemu Yeonjun. Dan ikatan itu bertambah semakin kuat setiap harinya. Soobin sangat merindukannya, dan merindukan segala kenangannya bersama Yeonjun.
Mengingat salah satu kenangan indahnya bersama Yeonjun, saat itu di jam makan siang, Yeonjun mengajak Soobin ke taman belakang sekolah. Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil mengobrol. Siang itu, Yeonjun sangat bersemangat menceritakan film romantis yang baru saja dia tonton. Dan Soobin tersenyum dan mendengarkan cerita Yeonjun dengan seksama.
'Kau tahu bagian yang paling aku suka di film itu? Bagian di mana sepasang soulmate itu berciuman di bawah pohon dan angin menerpa mereka dengan lembut" ucap Yeonjun lalu tersenyum.
Soobin membulatkan matanya, 'Oh ya? Itu sangat romantis'
'Menurutmu begitu? Lalu, apakah kau mau mempraktekkan bagian itu bersamaku?'
Jantung Soobin berdebar saat itu dan wajahnya menyiratkan keterkejutan namun dia segera menjawab pertanyaan Yeonjun. Tidak ingin membuat temannya itu menunggu.
'Apakah tidak apa-apa berciuman di lingkungan sekolah?' Tanya Soobin polos.
'Jadi kalau tidak di sekolah, kau mau? Aku kira kau akan menolakku karena kau berpikir kita berdua ini teman, dan teman tidak berciuman'
'Tentu, aku mau. Dan erm.. aku tidak merasa masalah dengan kita adalah teman, karena aku juga menginginkannya, Yeonjun' Soobin ingat saat itu Yeonjun langsung membulatkan matanya terkejut mendengar ucapannya.
'Oke, bagaimana kalau kita bertemu di pohon rindang yang ada di kebun dekat rumahku sepulang sekolah? Kau setuju?' Soobin mengangguk.
'Jangan biarkan Beomgyu, Hueningkai, ataupun Taehyun tahu oke? Aku ingin ini menjadi rahasia diantara kita' ucap Yeonjun lalu membelai rambut hitam Soobin lembut. Dan Soobin merasa hangat.
Setelah pulang sekolah, Soobin cepat-cepat mengganti pakaian sekolahnya dan berjalan menuju pohon rindang yang dimaksud Yeonjun. Dan dia tersenyum saat melihat Yeonjun menunggunya sambil bersandar di pohon itu.
'Kau telah menunggu lama? Maafkan aku' ucap Soobin. Yeonjun menggeleng sambil menyunggingkan senyuman dan menyuruh Soobin untuk berjalan mendekatinya.
Soobin menatapnya polos dengan hati yang berdebar-debar saat Yeonjun memposisikan Soobin untuk bersandar di pohon sementara dia mengukungnya dengan kedua tangannya.
'Di film, pemeran prianya membelai rambut pemeran wanitanya dengan lembut' ucap Yeonjun, saat dia ingin membelai rambut Soobin, namun tangan Soobin menghentikannya.
'Tapi aku kan bukan wanita' ucap Soobin polos. Yeonjun tertawa kecil, 'Bagaimana kalau aku menggantinya dengan kata pasangannya yang manis?'
'Apakah kau menyukai pemeran wanitanya sampai kau menyebutnya manis?' Tanya Soobin lagi-lagi dengan kepolosannya. Yeonjun hanya mengangguk.
Soobin memutar bola matanya, 'Oke'. Melihat itu, Yeonjun terkekeh.
'Awal dari bagian itu, pemeran prianya membelai rambut pasangannya yang manis dengan lembut' Yeonjun menggerakkan tangan kanannya ke rambut hitam lurus milik Soobin dengan lembut. Soobin merasa sangat malu saat itu.
'Kemudian, dia mendekatkan wajahnya kepada pasangannya yang manis itu lalu mencium bibirnya' Yeonjun mendekatkan wajahnya kepada Soobin dan perlahan dengan polosnya mereka berciuman di bawah pohon rindang itu di temani angin yang bersemilir lembut.
Soobin meraih kedua pipi Yeonjun saat dia bergerak untuk menyudahi ciuman mereka dan memperdalam ciuman mereka dengan lumatan-lumatan kecil.
Bibir Yeonjun terasa sangat halus dan lembut hingga Soobin tidak ingin menyudahi ciuman mereka dengan segera. Namun, mereka benar-benar berhenti disaat mereka berdua membutuhkan nafas.
Mereka menyatukan kening mereka sambil menghirup nafas dengan cepat, hingga akhirnya tenang. Lalu, mereka berdua terdiam sambil menikmati angin sore yang berhembus dan perasaan aneh yang menggelitik yang sekaligus membuat hati mereka berdua berdebar.
'Soobin, lihat mataku' Soobin pun membuka matanya dan menatap Yeonjun.
'Aku ingin mengakui sesuatu, bahwa aku tadi berbohong. Aku menggantinya dengan kata manis bukan karena aku menyukai pemeran wanitanya. Aku menggantinya dengan kata manis karena kau adalah orang yang manis itu'
'Oh..' Yeonjun hanya tersenyum melihat ekspresi terkejut Soobin lalu mengelus bibir Soobin yang sedikit membengkak dengan jemarinya yang bergerak lembut di permukaan bibirnya.
Soobin tersadar dari lamunannya dan mengambil ponselnya yang tergeletak di lantai lalu mengirim pesan ke grup teman-temannya.
Soobin: Apakah diantara kalian semua tahu keadaan Yeonjun?
Taehyun: Aku tidak tahu. Terakhir kali aku mengirim pesan padanya, pesannya tidak terkirim dan nomornya tidak aktif. Aku rasa dia sudah mengganti nomor ponselnya.
Hueningkai: Aku juga tidak tahu keadaannya, dan aku khawatir dengannya.
Soobin menghembuskan nafasnya. Dimana Yeonjun? Bagaimana keadaannya sekarang? Pertanyaan terus bermunculan di benaknya dan rasa khawatir mulai menyelimutinya.
Soobin membaringkan tubuhnya di ranjang seraya menghembuskan nafas perlahan. Mencoba tetap tenang meskipun rasa khawatir itu terasa semakin kuat.
Dia hanya bisa berharap Yeonjun baik-baik saja dan bahagia disana. Dan dia berharap Tuhan segera mempertemukannya dengan Yeonjun. Pasangan hidupnya, sekaligus belahan jiwanya.
Air mata menggenang di pelupuknya membuat Soobin memejamkan matanya untuk segera bisa tertidur, ingin istirahat dari rasa kehilangan dan khawatir sebentar. Meskipun itu hanya sia-sia saja. Namun, setidaknya Soobin mencoba.
.
.
Akhirnya hari itu tiba, pukul 10 pagi mereka akan bertemu di kedai mie favorit mereka dulu. Mengingat kembali memori-memori indah saat masa SMA.
Canda tawa di lontarkan disana bersama pertengkaran-pertengkaran kecil yang tidak serius namun memberikan suatu pelajaran yang berarti.
"Soobin! Disini!" Pekik Hueningkai di tengah keramaian kedai mie itu. Dia melambaikan tangannya ke arah Soobin yang kebingungan mencari orang yang memanggilnya. Tetapi, itu tidak lama sampai indera penglihatannya menangkap wajah sumringah Hueningkai dan wajah penuh antusias Beomgyu dan Taehyun.
Soobin tersenyum dan berjalan menuju meja yang memiliki 4 kursi yang telah mereka duduki itu.
"Wah, kau bertambah tinggi. Dulu kau hanya sebahuku" ucap Soobin kepada Hueningkai. Beomgyu dan Taehyun terkekeh.
"Tentu, aku harus bertambah tinggi dan mengalahkanmu" ucap Hueningkai lalu tertawa. Soobin hanya terkekeh dan mengacak rambutnya.
"Soobin, kami sudah memesankan makanan untukmu" ucap Beomgyu. Hueningkai mengangguk.
Soobin menaikkan alisnya, "Oh kalian baik sekali. Memangnya kalian semua masih ingat favoritku?"
"Mie jjajangmyeon tidak pedas dengan udang goreng!!" Jawab ketiga temannya kompak.
Soobin terkekeh, "Kalau minuman?"
"Teh lemon!" Jawab Hyueningkai sementara Beomgyu dan Taehyun terdiam bingung.
"Salah! Bukan teh lemon. Sayang sekali, padahal jika kalian benar menjawab pertanyaanku yang kedua aku akan mentlaktir kalian semua hari ini" ucap Soobin. Seketika temannya pun cemberut dan protes.
"Kami tidak tahu karena kau terus berganti minuman yang kau pesan setiap kita makan di kedai ini, Soobin. Kecuali Yeonjun, aku ragu dia tidak mengetahuinya. Dia mengetahui semua tentangmu" ucap Taehyun.
DEG! Yeonjun.
Nama itu seakan menampar keras dirinya. Soobin merasa bahagia disini bersama teman-temannya, namun apakah saat ini Yeonjun juga sedang berbahagia? Bagaimana kalau saat ini Yeonjun sedang tidak berbahagia dan merasakan sakit karena sesuatu yang buruk bisa saja menimpanya kapanpun?
Soobin merasa dia tidak berhak untuk bahagia sebelum dia mengetahui kalau Yeonjun juga sedang berbahagia. Karena menurutnya soulmate itu harus berbagi kebahagiaan dan kesedihan, jadi jika Yeonjun merasa sedih dia pun harus merasakan kesedihan yang Yeonjun rasakan.
“Benarkah diantara kalian semua tidak ada satu pun tahu yang tahu dengan keadaan Yeonjun?” tanya Soobin sambil menatap ketiga temannya satu persatu.
“Soobin, kami semua benar-benar tidak ada yang tahu dengan keadaan Yeonjun. Yeonjun memutuskan kontak kami dan terasa hilang begitu saja” ucap Taehyun
Hueningkai mengangguk, “Yeah itu benar. Tetapi aku ingin menanyakan sesuatu padamu Soobin” Soobin menaikkan alisnya.
“Aku tahu kau bertanya tentang Yeonjun karena kau menunjukkan kepedulianmu kepada seorang teman, tapi menurutku untuk seorang teman itu berlebihan. Raut wajahmu saja tiba-tiba berubah saat Taehyun menyinggung soal Yeonjun. Sebenarnya ada apa diantara kau dan Yeonjun?” tanya Hueningkai. 3 pasang mata langsung menatap ke arahnya.
Soobin menghembuskan nafasnya, “Yeonjun tidak hanya sebagai seorang teman bagiku, dia juga sebagai seorang soulmate” Soobin bergerak untuk melepaskan syal di lehernya. Mereka semua pun terkejut.
“Soobin..” Hueningkai menatap Soobin sedih.
“Aku sungguh tidak mempercayai ini, kau dan Yeonjun adalah soulmate. Namun memang kalian begitu dekat saat kita berada di SMA dulu” ucap Taehyun.
“Aku juga pada awalnya tidak mempercayai ini, kami berdua adalah seorang teman. Dan ternyata dia adalah soulmateku. Hatiku terasa hancur karena tidak mengetahui keberadaannya saat ini” ucap Soobin lalu menundukkan kepalanya menahan tangis. Hueningkai bergerak mendekatinya dan menepuk bahunya untuk menenangkan.
Setelah merasa agak tenang, pandangan Soobin beralih pada Beomgyu yang sedari tadi hanya diam mendengarkan dan sekarang dia sedang melamun.
“Beomgyu? Mengapa sedari tadi kau diam saja?” tanya Soobin. Taehyun dan Hueningkai pun menoleh ke arah Beomgyu. Beomgyu terlihat tegang dan terkejut setelah Soobin memanggilnya dan itu membuat Soobin curiga.
Beomgyu terkekeh namun itu terasa di paksakan, “Hanya ada sesuatu yang mengganggu pikiranku” Soobin mengerutkan kedua alisnya tidak percaya.
“Sesuatu tentang apa? Tentang Yeonjun? Atau jangan-jangan kau mengetahui sesuatu tentangnya dank au memilih untuk tidak memberitahukannya kepada kami semua?” desak Soobin. Beomgyu hanya terdiam dan menunduk.
“Beomgyu, tolong jawab pertanyaanku. Apa kau tega merahasiakannya kepada kami semua? Kepadaku?” Beomgyu menatap sedih Soobin yang saat ini terlihat begitu kecewa terhadapnya.
“Oke. Yeonjun yang memintaku untuk merahasiakan keberadaan dan keadaannya saat ini” ucap Beomgyu.
Soobin mengernyit, “Beomgyu, apa maksudmu?” Taehyun dan Hueningkai menatap Beomgyu bingung.
“Beberapa bulan setelah kelulusan, Yeonjun meneleponku dan memberitahuku bahwa dia mendapatkan nama soulmatenya di lehernya pada hari itu. Dan dia bilang dia cukup terkejut begitu juga denganku. Aku bilang padanya untuk segera memberitahumu, tetapi Yeonjun bilang ingin memberitahumu saat kita semua bertemu. Tetapi..” Beomgyu memalingkan wajahnya sebentar lalu kembali menatap Soobin yang merasa penasaran.
“Bulan lalu dia meneleponku untuk tidak memberitahu keadaan dan keberadaannya kepada kalian terutama padamu, Soobin” lanjut Beomgyu
“Tetapi mengapa?” tanya Soobin
“Aku tidak tahu pasti apa alasannya, karena dia tidak ingin memberitahukannya padaku. Namun aku rasa ini semua karena Yeonjun telah melalui hal-hal yang buruk yang berkaitan dengan soulmate” jawab Beomgyu.
“Mengapa kau berpikir seperti itu? Apa alasannya?” Tanya Taehyun.
“Dia pernah bercerita padaku, kedua orang tuanya meninggal karena soulmate. Kedua orang tua Yeonjun sering sekali bertengkar dengan hebat sampai akhirnya ibunya pergi meninggalkan rumah dan Yeonjun merasa terpukul saat mengetahui keduanya meninggal meskipun di tempat yang berbeda. Dan kakaknya mengalami depresi karena soulmatenya menolaknya dan meninggalkannya.” Jelas Beomgyu.
“Taehyung hyung mengalami depresi?” ucap Taehyun tidak percaya. Beomgyu mengangguk.
“Yeonjun telah melalui berbagai hal yang sangat sulit, dan dia menghadapinya sendirian.” Ucap Hueningkai.
“Aku telah bersikeras untuk menolongnya meskipun hanya sekedar memberikan bahuku untuknya bersandar tetapi dia melarangku. Namun walaupun begitu, dia pasti membutuhkanmu Soobin” ucap Beomgyu. Soobin menyeka air mata yang menetes di pipinya dengan cepat.
“Dimana dia sekarang?” tanya Soobin dengan suara bergetar.
“Seongnam, tetapi dia tidak memberitahuku alamat rumahnya agar aku tidak bisa menemuinya. Dia tinggal bersama Taehyung hyung” jawab Beomgyu. Soobin mengangguk.
“Jika kau tidak tahu lalu, bagaimana caranya agar kita dapat bertemu dengannya?” tanya Hueningkai. Beomgyu hanya menggeleng.
Tidak lama kemudian pesanan makanan mereka sampai. Soobin memakan makanannya sambil menyimpan rasa khawatir setelah mengetahui apa yang terjadi kepada Yeonjun. Mereka semua terdiam sambil menyantap makanan mereka, hanya terdengar suara pelanggan yang lain yang sedang mengobrol. Sampai pada akhirnya Taehyun membuka suara.
“Mungkin Jungkook hyung tahu alamat rumahnya, Taehyung hyung dan Jungkook hyung kan berteman dekat”
“Kau masih memiliki nomor ponsel Jungkook hyung?” tanya Soobin.
Taehyun mengangguk, “Tentu, aku juga masih berhubungan dengannya sampai sekarang. Dia telah membantuku untuk dapat memasuki kampus favoritku yang merupakan tempat kuliahnya juga. Aku senang sekali”
“Wah, kekagumanmu kepada Jungkook hyung masih terus berlanjut” ucap Hueningkai. Taehyun terkekeh.
“Benar kata Taehyun, kemungkinan Jungkook hyung tahu dimana Taehyung hyung dan Yeonjun tinggal” ucap Beomgyu.
“Kalau begitu, bisakah kau menemaniku untuk berbicara dengannya di kampus pada hari senin siang? Kebetulan aku ada jam kosong di senin siang” ucap Soobin kepada Taehyun.
“Sepertinya aku tidak bisa menemanimu, karena hari senin aku tidak memiliki jam kosong. Namun, aku bisa mengantarkanmu, Soobin” ucap Taehyun. Soobin
You are reading the story above: TeenFic.Net