Indra membelai rambut Limar yang lurus sebahu.
"Aku merasa beruntung bertemu denganmu,Limar." desah Indra.
"Oh,ya?"
"Kau bukan saja menolongku, tetapi memberi semangat baru padaku. Doakan aku cepat dapat pekerjaan...!"
"Kau lulusan sarjana apa?"
"Ekonomi..."
"Kudengar mama sangat membutuh- kan tenaga seperti engkau?"
"Oh,ya?"
"Buatlah lamaran kerja, lengkap dengan berkasnya.aku akan sampai kan kepada mama. kuharap hubungan baik ini akan berlanjut.
Mama sangat kekurangan sarjana seperti engkau..."
"Baiklah,jika kau menghendakinya...!"
"Kau tahu,papa sudah meninggal. Mama yang tadinya hanya memimpin dua buah perusahaan,satu retail, dan yang satu lagi garment,kini terpaksa ia memimpin enam perusahaan, setelah menerima limpahan empat perusahaan papa.ia belum punya orang dekat.kau tahu,kakakku yang pertama tak bisa memimpin.ia lebih suka menikah dan mengikuti suami ke Athena. sementara kakak kedua. Juga seorang wanita.aku pernah mengatakan padamu,bukan?ia tengah menyelesaikan pendidikannya di LA Amerika Serikat dan ia tumpuan yang di harapkan mama,baru aku, yang juga sebentar lagi selesai.tapi alangkah baiknya,jika mama memiliki tenaga kepercayaan seorang lelaki.nanti aku akan cerita..."
"Kemana lamaran itu aku tujukan?"
"Ini saja, ******* ****** ********,yang menangani manu - faktur dan transportasi.biar aku yang menyampaikan lamaran itu ke kantor mama.kau di rumah saja.aku akan bicara banyak dengan mama...!"
"Baiklah, tidak ada salahnya aku coba, bukan?"
"Kalau kau serius, pasti di terima,aku akan berjuang untukmu,"kata Limar serius.ia menatap Indra yang masih rebah dalam pangkuannya.
"Aku pasti tak akan mengecewakan mu, jika kau mempercayaiku,"kata lelaki itu.malam mulai menjelang. senja telah mulai bergulir.dan bulan hampir bulat penuh muncul dari balik tembok pembatas di belakang.
"Aku ingin memberi kejutan padamu, " kata gadis itu.
"Apa?"
"Ayuk...!"
Mereka segera menuju ruang makan, yang sejak tadi memang belum dilihat oleh Indra. ternyata disana sudah tersedia makan malam. sejak siang tadi Limar masak di situ.dan ia mem- buka magic jarr,dan di sana ia meng hangatkan nasi serta lauk yang sudah dimasaknya.lalu mengaturnya di atas meja makan.seluruh lampu ruangan juga dihidupkannya, sehingga rumah itu terang benderang.
"Sebaiknya kau lapor di RT,bahwa kau yang menempati rumah ini," kata Limar pelan.Indra mengangguk.ia menatap Limar tak berkedip.
"Kau lakukan semua ini untukku?"
"Ya..."
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu.tiba- tiba saja aku merasa dekat aja denganmu," kata gadis itu jujur.
"Dan ingin melakukan segalanya untukmu..."
"Terimakasih,kau baik sekali.apakah dulu kau bersikap seperti ini kepada Yos?apakah dulu kau memanjakan nya?"
"Tidak,sama sekali tidak.aku hanya baik saja.tapi Yos menyalah artikan itu.dan ia lelah melakukan hal yang salah...!"
"Aku jadi takut.jangan- jangan aku juga jadi manja padamu?"
"Ah,bagiku kau dan Yos sangat berbeda.kepadamu,terasa aku ingin mengabdi.tetapi kepada Yos,aku hanya ingin berteman.aku kecewa bukan lantaran Yos menyukaiku, tetapi lantaran aku jadi tak bersimpati terhadap pribadinya. kalau aku mencari kedamaian di bungalow,karna aku jadi tak percaya kepada lelaki..."
"Tetapi kenapa kau sekarang justru menemaniku disini?"
"Ada perubahan sikap, mudah mudahan kau tak menertawakan aku, Indra.aku bisa menerimamu seutuhnya.dan malam ini ,aku ingin menemanimu disini.kau tak keberatan?"
"Mama tak mencarimu?"
"Mama tahunya aku ke bungalow lagi, karna aku sedang menyelesaikan skripsi.mama tak ingin mengganggu ku.bahkan kalau Yos mencari saja, mama tak pernah memberitahu di mana aku berada.aku sudah cerita semua perilaku Yos,dan mama ke- hilangan simpati..."
"Tapi tadi aku membelaimu,tidakkah kau akan cerita pada mamamu?"
"Akutahu,mana yang harus ku sampai kan dan mana yang tidak, aku menyukaimu.dan aku sangat senang, perasaan itu tak bertepuk sebelah tangan.kau juga menyukaiku?"
"Kau sudah dengar tadi,aku tak sekedar suka,aku jatuh hati?"
"Benarkah?"
"Ya.dan aku berhutang budi,dengan apa aku harus membalas kebaikan mu?dengan cara apa aku harus membalas semua ini?"
"Tak perlu kau pikirkan itu..."
"Tadi aku hampir menciummu, bagaimana perasaanmu?"
"Indra,kau tak usah sungkan,dan takut aku memperlakukan kau seperti Yos.sudah kubilang,kau dan Yos lain. Hatiku juga membedakan antara kau dan Yos.kau mendapatkan tempat yang istimewa di dada ini!"
"Benar nih?"
"Iya..."
"Jadi kau tak marah,kalau aku menciummu?"
"Indra,malam ini aku menginap di sini.aku akan membuktikan cintaku padamu.kau bebas menyalurkan perasaanmu padaku,asal kau benar - benar menyukaiku?"Limar serius.
"Hei,ini sebuah izin terbuka...?"
"Iya, daripada kau takut aku ter- singgung?"
"Ah,kau benar.jadi aku tak sama dengan Yos dihatimu?"
"Berbeda Indra..."
"Syukurlah...!"
"Ayo makanlah..."
"Terimakasih,aku merasa sangat kau manjakan hari ini!"
"Kau juga memanjakanku..."
Mereka kemudian menikmati masakan Limar.dan gadis itu dengan sabar melayani Indra di meja makan, sehingga Indra makin merasa bahwa Limar membuktikan ucapannya.ia bukan sekedar suka tapi Limar mencintai dirinya.ia merasakan sekali .dan ia lebih menyukai gadis seperti itu.menunjukkan perhatian nya yang besar dengan cara cara yang amat menyentuh perasaannya sebagai lelaki.
Ketukan di pintu kamarnya mengangetkan Indra.ia yang sejak tadi belum bisa memejamkan matanya.membuka pintu dengan heran.ia melihat Limar berdiri di depan kamarnya.
"Ada apa Limar?"
"Aku tidak bisa tidur.boleh aku masuk?"
"Oo, silahkan.tapi kau tahu resiko nya...?"
"Yah.paling paling kau merayuku, kan?"
"Hahahaha.persis...!"
"Aku susah tidur,In..."
"Kenapa?"
"Enggak tahu,aku mikirin kamu terus...!"
"Sama aku juga begitu...!"
"Kau tak keberatan aku tidur bersama mu,kan?"
"Tentu saja tidak.seharusnya aku yang masuk kamarmu.
Tapi aku tak berani,takut di anggap kurang ajar, padahal aku juga gelisah..."
"Nah.aku yang masuk.kalau laki-laki, pasti menerima kedatangan wanita, kan?apakah aku juga kau anggap gadis murahan?"
"Tentu saja tidak.aku justru senang. Kau mau mengerti perasaanku.kita sama merasakannya,bahwa kita membutuhkan kebahagiaan...!"
"Aku tidur dimana?"
"Disini aja In,kita masih bisa ngobrol...!"
"Ini jam berapa?"
"Jam satu..."
"Enggak ngantuk?"
"Entah mengapa tidak tuh.padahal biasanya,paling banter jam sebelas aku sudah pulas.mungkin lantaran aku memikirkanmu terus tadi!"
"Sama...!"
"Kau sudah siapkan lamaranmu?"
"Semua sudah siap,aku tinggal mengisi alamat sekarang,domisili, dan alamat kantormu.sudah kutulis semua...!"
"Syukurlah,besok aku bawa sekalian..."
"Kau yakin mamamu menerimaku?"
"Tampaknya mama memang mem- butuhkan tenaga- Tenaga seperti kau. Kita lihat saja nanti.paling mama hanya perlu mendiskusikan kepada di reksi,dan personalia saja.dua hari atau satu hari,kau sudah dapatkan jawabannya.tidak perlu menunggu lama...!"
"Makasih..."
"Kau enggak bisa tidur juga,ya?"
"Iya..."
"Memikirkan siapa?"
"Dirimu,benarkah kita sudah menjadi kekasih?"
"Menurutmu bagaimana?"
"Kau masih punya rasa takut...?"
"Entahlah, bersama, rasanya aku ingin pasrah saja...!"
"Apakah kita perlu meresmikan bahwa malam ini sebagai malam awal seluruh kebersamaan kita?" Tanya Indra.
Entah mengapa tanpa ragu ragu Limar Arianti mengangguk.dan mereka saling pandang. mereka begitu dekat.bahkan nafas hangat merekapun terasa di wajah mereka. Dan entahlah,siapa yang lebih dulu mulai, keduanya kemudian tenggelam dalam ciuman yang panjang.dan getaran di hati mereka terasa sekali. Baik Indra maupun Limar,semakin yakin bahwa mereka benar-benar saling mencintai.hanya saja proses cinta itu terasa aneh bagi mereka.
****
Mereka masih saling pandang.namun tangan mereka sudah saling meraba. Limar meraba dada Indra,dan meng- usap- usap anak rambut di dada lelaki itu,dan Indra baru berani sebatas membelai rambut,dan menyalurkan rasa sayang saja.bagi Indra, pertemu- annya dengan Limar Arianti sebuah anugerah yang indah dan luar biasa. Hampir tiga tahun ia merasa kesepian setelah memutuskan kekasih hatinya.
Lantaran sadar bahwa dirinya sudah di jodohkan.namun disaat nila menghilang,dan entah kemana perginya, ia menyadari bahwa calon istrinya, Wulandari,tak pernah mencintainya.karna sudah memiliki calon suami sendiri yang dicintainya.
Kalau hanya menurutkan rasa sakit hati sih.ia memang sakit hati.serta kecewa begitu saja.namun ia menatap jauh ke depan.apabila dengan ke- beraniannya Wulan menemuinya dan bicara dari hati ke hati.serta ia berani mengutarakan uneg unegnya di dalam hati.Indra sadar.tak ada gunanya ia melanjutkan perjodohan itu.ia sendiri tentu tak akan bahagia. Bahkan akan merajut kecewa demi kecewa.
Kini setelah semua berlalu,dan masih menyisakan persoalan yang belum ia selesaikan,ia menemukan sebuah mutiara di bukit, perawan di bungalow yang begitu cantik,ramah, dan begitu besar perhatiannya. Jujur saja ia harus mengakui,bahwa ia sudah jatuh hati sejak pandang pertama.dan inilah baru pertama kalinya, secara tulus, kasih sayangnya mengalir dengan deras.mengharu biru di tengah malam yang sunyi. Namun karena ia takut menyinggung perasaan Limar,ia tak berani melangkah lebih jauh.ia hanya mengecup kening gadis yang memeluknya dengan hangat itu sambil membelai punggung dan rambut.
"Indra..."
Bisik Limar lembut.
Indra menarik nafas panjang.getaran aneh itu semakin terasa.
"Ya?"
"Usiaku sekarang dua puluh tiga tahun.dan selama dua puluh tiga tahun ini,aku selalu dicekam ketakutan untuk melangkah.padahal selama ini jelas aku sendiri lebih banyak merajut sepi sendiri di rumah...!"
"Lalu...!"
"Malam ini aku telah mengambil keputusan besar...!"
You are reading the story above: TeenFic.Net