Cast:
note :
🔞 NSFW warning!! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Harap tinggalkan cerita ini bagi anda yang belum berusia 21 tahun ke atas.
Terdiri dari 17.297 kata.
Selamat membaca^^
---
Korea Selatan terkenal akan produk kecantikan yang selalu populer bagi kebanyakan perempuan di hampir seluruh dunia. Hadirnya iklan perawatan wajah dalam drama korea, tak jarang membuat penontonnya tergoda untuk membelinya.
Leecomé merupakan brand skincare paling laris dari Miso Group, perusahaan asal Korea Selatan yang bergerak dibidang fashion, jewelry, skincare, fragrance hingga make up. Brand ini hampir bermunculan disetiap drama yang tayang disana.
Baru ini, Leecomé merilis sunscreen wajah yang berbentuk spray, konsumen menanggapinya dengan positif. Banyak dari mereka yang penasaran lalu membelinya karena belum pernah mendapatkan sunscreen spray untuk wajah, Leecomé mengeluarkan yang pertama kali.
Namun hal ini seperti berbanding terbalik dengan anak perusahaannya yang bergerak di bidang fashion. Seminggu ini laporan penjualan mengalami sedikit penurunan sebesar 8% dibandingkan bulan lalu.
Lee Mi So yang sedang duduk di ruang kerjanya terlihat membolak-balik kertas yang disodorkan oleh Myeong Na Ri. Jari-jari lentiknya meraih bolpoin keluaran Montblanc berwarna putih mutiara dengan emas diujungnya. Dia rela merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkan sebuah pena spesial edisi Marilyn Monroe dengan harga $815.
Pena mahal itu dia goreskan diatas laporan penjualan Leecomé. Ruangan itu cukup luas untuk ditempati Lee Mi So seorang diri. Didekat mejanya ada sofa panjang yang dia pesan langsung dari Italia, milik desainer Antonio Citterio untuk menyambut semua tamunya.
Televisi canggih seri Samsung ES9000 LED TV terpasang disudut tembok. Televisi ini dapat dikontrol dengan menggunakan gerakan tangan dan suara saja. Dan tentunya, Lee Mi So tidak pernah merasakan kehilangan remote TV.
Myeong Na Ri berdiri menundukkan kepalanya menunggu perintah atasannya itu. Warna burgundy di bibir Lee Mi So terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Na Ri sedikit melirik ke bawah dan melihat beberapa contoh pasang sepatu yang sebentar lagi akan diluncurkan untuk edisi Winter Collection.
Tentu saja Na Ri berdoa agar produk tersebut bisa laku dipasaran jika dia ingin hidup sedikit damai di kantor. Na Ri melihat Lee Mi So yang masih fokus membolak-balik dokumen yang dia periksa. Samonim-nya baru saja mengganti cat kuku menjadi hitam gelap dengan sedikit tambahan glitter. Itu semakin membuat aura gelap seorang penyihir terpancar dari Lee Mi So.
"Kerugian yang dialami perusahaan akibat divisi fashion menembus angka 80,000$. Itu setara dengan 1000 pasang sepatu. Aku memberi waktu kalian 2 hari untuk menutup kerugian bulan ini"
"Samonim...Untuk saat ini pangsa pasar memang rendah karena banyak dari mereka yang menunggu akhir tahun untuk bisa mendapatkan diskon besar-besaran"
"Aku tidak mau tahu"
Lee Mi So menutup laporannya dan memberikannya pada Myeong Na Ri.
"T..tapi samonim, lagipula waktu 2 hari adalah waktu yang sangat singkat. Bagaimana bisa kami..."
"Jika gagal, terpaksa aku harus mencari karyawan baru. Cepat pergi" sahut Mi So tersenyum.
Lutut Na Ri terasa lemas, sadar jika masih membutuhkan pekerjaan maka dia hanya bisa mengumpat dalam hati. Na Ri menyeret pelan kakinya keluar dari ruangan Direktur.
Jo Yeong melihat wajah pucat Na Ri dan bertanya apa yang sedang terjadi. Na Ri hanya melotot dan melemparkan laporan itu ke tangan Jo Yeong.
"Nona Lee menyuruh kita menjual 1000 pasang sepatu sisa stok lama. Kini otakku tidak bisa berpikir apapun. Tolong pecat saja aku" keluh Na Ri hampir putus asa
"Tenanglah, aku akan mengadakan rapat dengan tim penjualan"
"Kerugian karena penjualan bulan lalu bahkan tidak mengurangi 1% kekayaan Nona Lee tapi dia begitu kejam kepada kita" keluh Na Ri
"Hukum alam"
Pintu ruangan Lee Mi So terbuka sangat keras dan dia melangkahkan kaki keluar. Ketukan heelsnya saat menginjak lantai terdengar menakutkan. Semua karyawan yang berjalan segera berhenti hanya untuk membungkuk memberi salam pada Mi So.
Lee Mi So berjalan dengan tatapan lurus kedepan sambil menenteng tas crocodile birkin Hermes berwarna putih. Koo Seo Ryeong, sekretaris pribadi Mi So mengikutinya dari belakang. Langkahnya tiba-tiba berhenti, Mi So melepas kacamata hitamnya dan melihat ke bawah. Dia menunjukkan sebuah noda kecil dengan ujung sepatunya.
"Panggilkan penanggungjawab petugas kebersihan" kata Seo Ryeong
Seorang pria paruh baya sedikit berlari menghampiri Lee Mi So lalu membungkuk memberi salam.
"Mengapa ada noda disini?" tanya Mi So
"Maaf Pimpinan Lee, sepertinya anak buah saya kurang teliti saat membersihkan. Saya akan menegurnya" jawab pria itu sedikit ketakutan
"Oh..begitukah cara kerjamu?" Mi So memasukkan kacamatanya kedalam tas tanpa melihat pria itu.
"......"
"Aku tidak suka dengan orang yang selalu mencari kesalahan orang lain. Bukankah ini semua tanggungjawabmu?"
"B...benar Pimpinan Lee" katanya gemetar.
"Aku tidak membayarmu hanya untuk bertugas mengomeli orang lain. Satu kali kuanggap kesalahan, dua kali kuanggap kesengajaan. Ingat itu"
"Baik Pimpinan Lee"
"Seo Ryeong, mintakan rekaman CCTV hari ini dan berikan padaku" kata Mi So
"Baik Samonim"
Lee Mi So melangkah keluar lobi menuju mobilnya. Di dalam mobil dia mengecek video CCTV yang ditunjukkan oleh Seo Ryeong disebelahnya.
"Untuk apa Samonim meminta rekaman CCTV hari ini? Apa ada pencurian?" tanya Seo Ryeong
"Coba kau lihat ini" Mi So menunjukkan rekaman CCTV yang dia putar
Terlihat pada pagi hari karyawan belum ada yang datang, semua petugas telah membersihkan kantor. Namun saat jam menunjukkan pukul 11 siang, seorang karyawan masuk membawa kopi dan tidak sengaja menjatuhkan kopi miliknya.
Karyawan itu dengan santai hanya mengambil gelas kopi dan pergi begitu saja. Tepat 30 menit kemudian terlihat Lee Mi So menuju lobi dan berhenti tepat di lantai bekas tumpahan kopi itu.
"Cari identitas karyawan ini dan berikan dia surat peringatan"
"Baik"
"Oh...potong juga gajinya selama satu hari"
Jalanan kota Seoul di malam hari sangat padat. Kim Jong Dae membeli ubi rebus di pinggir jalan dan memakannya. Bekas lebam di pipinya membuatnya susah untuk mengunyah makanan, dia membuang ubi itu ke tempat sampah. Dia mampir ke minimarket untuk membeli sebotol soju, saat akan membayar ternyata uangnya tidak cukup. Kim Jong Dae berpura-pura mengambil uang temannya yang menunggu diluar.
Namun tanpa diduga dia berlari meninggalkan minimarket. Petugas kasir yang panik mengejar Jong Dae. Kim Jong Dae sangat pandai memanfaatkan kelebihan tubuhnya, kaki yang panjang mempercepat langkah Kim Jong Dae dan petugas minimarket itu kehilangan jejak Kim Jong Dae.
Dari dalam mobil, Lee Mi So melihat toko-toko dan bangunan di pinggir jalan. Matanya menusuk tajam memperhatikan produk-produk miliknya yang dipamerkan di etalase depan. Pandangannya terganggu saat seorang pria berlari dengan sangat cepat.
"Hanya orang gila yang berolahraga malam hari di tengah kemacetan Seoul" gumam Mi So
"Ye? Samonim berbicara dengan saya?"
"Bagaimana dengan respon pemegang saham?" Lee Mi So bertanya balik.
"Sejauh ini masih aman"
"Bukankah itu mencurigakan? Apakah mereka berniat akan mengambil semua sahamnya secara bersamaan??"
"Untuk dalam waktu lama perusahaan belum pernah mengalami kerugian dan baru kali ini itupun angka 8% masih dalam batas normal jika kita melihat pendapatan yang masuk lebih besar" jelas Koo Seo Ryeong.
"Kau tahu? Rugi 1000 won pun akan kuperhitungkan. Siapkan rapat untuk besok pagi"
Kim Jong Dae telah sampai di bangunan tak berpenghuni yang dia pakai untuk tempat tinggal bersama temannya. Kehidupan kota Seoul sangat keras bagi dirinya yang hidup miskin. Kim Jong Dae kecil ditinggalkan oleh Ibunya di pinggir jalan hingga seseorang datang lalu mengantarkannya ke sebuah panti asuhan.
Kenangan tentang Ibunya hanya berhenti saat dia berusia 3 tahun, Jong Dae tidak bisa mengingat jelas wajah orang yang menelantarkannya. Dia hanya teringat ucapan Ibunya.
"Mati saja kau"
Kim Jong Dae tumbuh besar di panti asuhan bersama temannya yang kini tinggal dengannya, Baek Yong Gi. Yong Gi adalah kakak bagi Jong Dae.
Saat itu udara siang hari lumayan panas. Yong Gi dan Jong Dae duduk di pinggir jalan sambil memakan ramen mentah dan nasi sisa kemarin.
"Hyung, kau terluka lagi?" tanya Jong Dae
"Eoh"
"Siapa pemilik dari dompet yang kau curi? Terakhir kali kau mencuri uang seorang polisi" tanya Jong Dae.
Yong Gi mengangkat bahunya, dia sendiri tidak tahu. Pemilik dompet itu adalah seorang wanita. Yong Gi mengecek kartu identitas yang ternyata bernama Lee In Na.
"Wah...Coba lihat! Dia punya banyak uang. Ayo kita pergi ke klub nanti malam" ajak Yong Gi.
Jong Dae tersenyum mendengarkan kakaknya berbicara lalu melanjutkan makannya. Yong Gi menyenggol mangkuk Jong Dae hingga semua isi makanannya terbuang.
"Hey! Berhenti memakan makanan basi. Kita akan membeli banyak daging dengan uang ini"
Yong Gi merebahkan badannya di tanah dan menatap langit yang cerah.
"Seandainya aku bisa hidup seperti wanita itu" gumam Yong Gi.
"Seperti apa hidup itu?" tanya Jong Dae
"Hidup adalah uang. Kita tidak akan bisa hidup tanpa uang"
Jong Dae melihat seorang anak laki-laki disuapi oleh Ibunya. Tak menghiraukan Yong Gi, dia pergi masuk ke dalam rumah.
Pagi ini Lee Mi So mengadakan rapat dengan bagian divisi sales dan marketing. Semua staff telah menunggu di ruang rapat seperti yang Lee Mi So perintahkan.
Dia berangkat dari penthouse mewahnya dengan menyetir mobil sendiri. Tangannya kanannya memutar kemudi dan tangan lainnya meraba kearah layar dashboard.
"Halo, Seo Ryeong. Apa semua staff sudah berkumpul?"
"Sesuai yang Samonim perintahkan, semua staff pemasaran dan penjualan sudah siap di ruang meeting sejak pukul 8 tadi"
Mi So melihat jam tangan Chanel J12 berwarna putih miliknya yang menunjukkan pukul 10.18.
"Nice! Lakukan meeting tanpaku, waktu mereka hanya 2 hari untuk menutup kerugian perusahaan" tutup Mi So
Seo Ryeong menyampaikan pesan dari atasannya itu, Jo Yeong, Na Ri dan semua staff saling berbisik, mengumpat pelan nama Lee Mi So dengan menyebut nama-nama hewan.
Lee Mi So turun dari mobilnya dan berjalan menuju toko-toko yang memamerkan brand Leecomé paling depan. Dia berpura-pura menjadi seorang pembeli dengan melihat barang di toko itu.
Seorang karyawan toko menunjukkan sepatu produk lokal yang sedang dicari banyak wanita. Wanita itu menunjukkan brand lain pada Mi So.
"Apa ada model sepatu lainnya? Aku ingin lihat yang itu" Mi So menunjuk kearah sepatu dengan logo tulisan LMS.
"Ah baiklah tunggu sebentar"
Mi So memakai sepatu itu dan bertanya pada karyawan toko.
"Bagaimana? Bukankah lebih bagus yang ini?"
"Wah...cocok sekali di kaki anda. Apakah anda ingin mengambil yang ini?"
Seorang wanita paruh baya masuk ke toko dengan tergesa-gesa dan sedikit kesal. Dia mengeluarkan sepatu dari dalam paper bag yang dia pegang.
"APA TOKO INI MENJUAL BARANG-BARANG REJECT?? LIHATLAH AKU BARU MEMBELINYA KEMARIN DAN INI SUDAH MENGELUPAS"
Karyawan toko itu mengambil sepatu yang disodorkan padanya.
"Mohon maaf Bu, kami bisa menukar dengan barang baru. Boleh saya minta bukti pembayaran kemarin?"
"UNTUK APA AKU MENYIMPAN KERTAS-KERTAS ITU. SUDAH KUBUANG. CEPAT BERIKAN YANG BARU ATAU KEMBALIKAN UANGKU!"
"Kami tidak bisa memproses penggantian jika tidak ada bukti pembayaran dari toko kami, Bu"
Lee Mi So memperhatikan sepatu yang dipegang oleh karyawan itu. Sepatu dengan logo LMS.
"CEPAT BERIKAN! KAU JANGAN MENGHABISKAN KESABARANKU"
Pembeli itu menarik seragam karyawan toko lalu mendorongnya jatuh ke lantai. Karyawan itu menahan airmatanya karena kesal. Seorang karyawan menghampiri mereka dan membantu temannya berdiri. Sedangkan pembeli itu terus mengoceh dan merendahkan karyawan toko.
Mi So yang sedari tadi mengamati mereka akhirnya berdiri dan mendekati sang wanita.
"Nyonya, kupikir kau dari keluarga kaya raya ternyata aku salah" senyum Mi So licik.
"Siapa kau? Apa maksudmu?"
"Orang kaya yang sesungguhnya tidak mempunyai waktu untuk mempermasalahkan sepasang sepatu karena mereka bisa membeli 10 sepatu baru lagi bukan?"
"Kau??" wanita itu mengayunkan jarinya di depan Mi So.
"Nona, berikan 10 sepatu baru untuk Nyonya ini. Jadikan satu pembayaran padaku"
Setelah wanita tua itu pergi dengan membawa 10 sepatu barunya, Mi So bertanya pada karyawan toko karena dia mengingat tidak pernah mendapat laporan komplain dari karyawannya.
"Iya, mereka bilang jahitannya mudah lepas, ditambah lagi brand ini tidak pernah memberikan diskon"
Kalimat terakhirnya sedikit menohok.
"Kau tahu mengapa barang ini tidak pernah diskon? Itu karena desain eksklusif dengan barang terbatas yang dijahit dengan tangan-tangan terampil. Memakai sepatu ini akan membawamu ke tempat-tempat bagus" Mi So membela produknya
Karyawan wanita itu hanya tersenyum bingung.
"Ada berapa stok yang kau miliki? Aku beli semuanya. Semua merk LMS oke?"
Mi So melepas kacamata hitamnya dan duduk di sofa menunggu barang-barangnya disiapkan. Semua sepatu yang Mi So beli dia bawa ke kantor dan membongkarnya di lobi Kantor Miso Group.
Kantor Miso menjadi rusuh. Seo Ryeong yang mendapat info jika Mi So datang segera berlari menghampirinya. Jo Yeong, Na Ri dan semua timnya menundukkan semua kepala mereka. Lee Mi So melirik tajam ke semua pegawainya.
"Jelaskan padaku mengapa sampai ada produk jelek yang lolos keluar?!"
Mereka semua terdiam. Mi So memijat tengkuk lehernya karena menahan marah.
"Bereskan semua ini dan kalian berdua, temui aku di ruangan 1 jam lagi" kata Mi So pada Jo Yeong dan Na Ri.
"Samonim, kau ingin dipesankan apa untuk makan siang?" tanya Seo Ryeong
"Kau pikir aku masih punya nafsu makan setelah mengetahui kesalahan yang dilakukan semua staffku?"
Mi So masuk ke ruangannya dan melemparkan tas dan mantelnya ke meja. Dia berjalan ke sudut ruangan untuk menyalakan diffuser lalu merebahkan tubuhnya diatas sofa. Beban berat karena memikirkan perusahaan dan semua masalahnya sendirian membuatnya menjadi wanita yang sedikit menyebalkan.
Ponsel Mi So berdering dengan nama Choi Yoo Jin muncul di layar handphone. Mi So mendecih setiap kali membaca nama itu. Dia tak menghiraukan panggilan itu dan menolaknya. Ponselnya berbunyi berulang kali dengan nama penelpon yang sama. Dengan kesal dia akhirnya menerima panggilan masuk dari Choi Yoo Jin.
"..."
Mi So diam tak berbicara menunggu suara dari seberang telepon untuk memulai duluan.
"Lee Mi So...aku terpaksa menelponmu karena ayahmu yang memintanya"
"Oh ya? Mengapa dia tidak menelpon anaknya sendiri, malah menyuruh Nyonya Choi Yoo Jin"
"Hormat sedikitlah pada ibumu"
"Aku bukan anakmu" jawab Mi So santai
"Sudahlah aku tidak ingin berdebat. Ayahmu menyuruhmu untuk mengunjunginya akhir pekan ini"
"Katakan padanya aku sibuk" Mi So menutup panggilan
Lee Mi So memejamkan matanya mencoba untuk istirahat, namun masalah seakan tidak pernah berhenti dari kehidupannya. Dia bangun dan membuka ponsel pintarnya untuk memesan online ayam dua rasa favoritnya.
Perutnya kini mulai berbunyi karena lapar. Mi So melempar ponselnya dan berjalan keluar balkon. Ruangannya yang luas dengan fasilitas lengkap juga mempunyai balkon dengan pemandangan gedung-gedung perkantoran Seoul.
Dia menghirup dalam-dalam udara Seoul yang cukup panas dan berteriak.
"YA!! NEO SIPHAL SAEKKIA PABOYA CEGIRAL
You are reading the story above: TeenFic.Net