Marah Melawan Tuduhan
Pada suatu titik di mana kontrol kebahagiaan adalah milik netizen. Maka bertumbuh suburlah wahai luka-luka.Dan pada beberapa detik kemudian berderetlah tuduhan-tuduhan. Mereka, dulu adalah kawan. Kini, guru.Sebab merasa berhak memberi nilai.Lalu mereka memberi jarak. "Saya tak lagi mengenalmu," katanya.Bukan, sayang. Memang jalannya yang demikian. Aku harus melintasi kontur yang berbeda dengan kalian. Mengapa?Tak tahulah aku! Memang peta untukku demikian adanya.Jika tak lazim, itu pun bukan mauku. Mengapa pula kau hina aku tanpa jeda? Kau pikir aku pengendalinya? Payah betul!Jika iya, tentu dengan mudahnya akan kuatur pula pikiran kau, dan segala yang tampak lazim di semesta ini.Lalu kubuat kelaziman baru.…