Enjoy ;))
Ashlyn POV.
Samar-samar, aku melangkahkan kakiku menjauh dari Harry dan James. Aku berjalan bertelanjang kaki karena tumitku sudah nyeri memakai heels terlalu lama. Salah satu tanganku menenteng kedua heels ku.
Langit sudah sepenuhnya gelap. Aku berhenti tepat di tengah jembatan di Kota Holmes ini. Aku mengahadap kedepan, melihat genangan air yang mulus mengalir seperti air mataku.
Tidak ada penerangan sama sekali di jembatan ini, yang ada hanya pantulan cahaya bulan yang terpantul dari genangan air. Aku mengganti posisiku menjadi duduk dan menaruh kedua heels ku di sampingku.
Aku memeluk lutut yang ku tekuk sambil memandangi danau yang berada didepanku, lalu menangis lagi setelah sekian kali nya aku menangis.
Beberapa lama kemudian, aku hendak beranjak pergi dari tempat ini. Aku mendengar suara motor yang berhenti di ujung jembatan.
Aku menoleh ke arah suara itu berasal, lalu menyipitkan kedua mataku. Sayangnya, pencerahan di sini sangat lah kurang sehingga aku tetap tidak bisa melihatnya.
Tapi, apakah itu James? Kalau Harry, itu pasti sangat tidak mungkin. Jelas, ia lebih mementingkan jalang-jalang nya dibandingku.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku lalu menghadap kembali kearah sungai yang indah dan memejamkan mataku sambil menghirup udara dingin yang menerpa tubuhku.
Mataku sudah membengkak karena terlalu banyak menangis, bibirku menjadi kering, rambutku yang tergerai ikal pun menjadi berantakan karena sesekali aku menjambaknya frustasi.
Kurasakan tangan seseorang memegang pundakku membuatku kaget. Aku segera menoleh. Terdapat seseorang sedang berdiri tepat di sebelahku, aku melihat sepatu yang sering digunakan James setiap kerja.
"Thanks God, it's James." Ucapku dalam hati.
Aku segera menghapus air mataku yang masih berada di pipi dengan telapak tanganku.
"Ashlyn?"
Aku sedikit kaget, mendengar suara James yang sangat mirip dengan Harry. Apakah ini bukan James?
Tidak, tidak mungkin ini Harry.
Aku mengangkat kepalaku lalu melihat rambut ikal yang terurai berantakan dan terdapat darah segar yang masih mengalir dari bibir nya itu. Rasanya, udara di dunia ini menghilang dengan cepat dan paru-paruku dengan cepat menyempit.
Aku memberanikan diri untuk menanyakan duluan.
"Harry, apa yang kau lakukan?"
"Aku mencarimu, Ash."
Diam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku. Hanya anggukan kecil dari kepalaku saja yang bisa merespon. Aku menundukan kepalaku sambil memainkan jari kakiku yang tidak tertutup dengan apa pun.
"Ash, apakah James tadi berada disini sebelum aku datang?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku. Sungguh, aku sedang tidak ingin berdebat lagi dengannya.
"Bintang malam kali ini sangat terang, bukan?" Ucapannya membuatku mengerutkan dahi.
"Semua orang tahu itu, Harry. Lalu kenapa?" Jawabku tanpa melihatnya.
"Sama seperti mu, yang selalu menerangi hidupku saat aku di dalam masa kegelapan."
"Bualan lagi." Desisku.
Ia tidak menjawab apapun melainkan hanya menatap bintang yang terang itu. Tapi memang benar, bintang itu sangat terang dari yang lainya.
Normal POV.
Semakin malam, udara di Holmes Chapel pun semakin dingin. Sedari tadi Ashlyn dan Harry saling bungkam, tidak ada dari pihak mana pun yang berbicara. Hanya ada suara gemerecik air dari sungai.
Tiba-tiba, Ashlyn dengan sendiri nya berdiri. Karena baju nya sedikit berantakan, ia langsung membenarkan bajunya lalu mengambil heels yang berada di sebelahnya.
Jelas lelaki yang berada di sampingnya menyadari gerakan Ashlyn pun langsung berdiri dengan tampang kebingungan.
"Kau mau kemana?" Tanya lelaki itu sambil melihat Ashlyn yang sedari tadi masih kesusahan memakai heels nya.
"Mati." Jawab Ashlyn singkat. Harry pun langsung membulatkan matanya lalu menarik tangan Ashlyn.
"Harry! Apa yang kau lakukan?" Omel Ashlyn. Tapi, Harry tetap kuat memegang tangan Ashlyn.
"Apakah benar kau ingin mati?"
"For a God sake, Harry! Yang benar saja aku ingin mati di pinggir jembatan. I wanna go home, Harry." Ucap Ashlyn sambil tertawa karena Harry percaya bahwa ia akan mati sekarang juga.
Dengan gerakan kaku, Harry melepaskan tangan Ashlyn lalu tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Sejak kapan kau mempunyai apartment sendiri? Mungkin jika tidak ada acara, bolehkah besok aku kesana?" Tanya Harry sambil menatap kedua bola mata Ashlyn.
"Boleh jika kau tidak keberatan. Mungkin aku harus meminta izin James terlebih dahulu." Jawab Ashlyn sambil menampilkan senyum liciknya.
Mendengar kata James, Harry langsung mengepalkan tangannya dan rahangnya menggeras seketika.
"James? Memangnya ada apa dengan nya?" Tanya Harry dengan suara yang dibuat setenang-tenang nya.
"Aku tinggal denganya."
Seribu pisau telah menusuk lidah Harry sehingga sekarang rasanya kelu setiap ia ingin mengeluarkan kata-kata.
"Oh." Hanya itu jawaban dari seorang Harry Styles.
"Harry, mungkin aku harus pergi sekarang. Sekali lagi, terima kasih."
"Terima kasih?"
"Kau sudah mencariku, kan?"
Harry berpikir sejenak, lalu tersenyum sambil menganguk.
"Bagaimana kalau kau ikut denganku? Tidak baik jika perempuan berjalan sendirian malam-malam." Tawar Harry.
"Apartment ku dekat dari sini. Aku bisa berjalan kaki sendiri." Jawab Ashlyn, lalu melangkahkan kaki nya pergi dari hadapan Harry.
Dengan itu, Harry hanya bisa tersenyum, lalu berpikir sejenak. Ini memang kesalahan terbesar yang dibuatnya, jadi ia yang menanggungjawabkan apa yang telah hilang dari hidupnya.
Ashlyn POV.
Tidak ada Si Keras Kepala lagi yang memaksa aku untuk diantarkan olehnya. Ia hanya diam tepat berada dibelakangku. Ini sudah selesai?
Aku menoleh kebelakang. Harry sudah tidak ada dibelakangku bersama motornya. Aku memberhentikan taxi dan langsung memberikan alamat apartement ku. Ralat, James.
Taksi berhenti didepan apartement. Aku membayarnya dan langsung masu kedalam. Aku menaiki lift. Orang-orang melihatku dengan iba. Sesedih itukah keadaanku saat ini?
Aku menyelipkan rambutku dan berjalan dengan gontai kearah kamarku. Aku memencet bell dan James langsung membukakan pintu.
"James? Apa yang kau lakukan?!" Aku melihat sudah ada koperku yang penuh dengan baju-bajuku dan semua barangku yang sudah tertera didepan pintu.
"Kau harus kembali kepadanya, Ashlyn! Aku tahu, dia masih sangat mencintaimu." Aku mengerutkan dahiku. Apa yang dia maksut? Aku tidak mengerti. Barang-barangku, 'dia', semuanya. Kenapa ini sangat aneh?
"Apa yang kau maksut, Max? Kau mengusirku atau bagaimana?" Aku sudah mulai tidak bisa menahan amarahku. James menarikku kedalam kamar dan menutup pintu kamarnya.
"Maksutku ini," seorang lelaki muncul dari dalam. Apa yang ia lakukan disini? Ia ingin mempermainkan aku?
"Kau--"
"Aku ingin kau kembali kepadanya Ashlyn. Aku tahu kau juga sangat.."
"Tidak. Kalian mempermainkanku? Kau mempermainkan perasaanku! Kau pikir aku senang? Kau pikir aku, aku tidak--" tangisku pecah untuk kesekian kalinya sampai lututku sangat lemas. Dan akhirnya aku jatuh sambil menutup wajahku. Aku merasakan seseorang memelukku.
"Pergi kau, brengsek! Kau sudah membuangku, dan sekarang apa? Kau ingin aku kembali? Jalang-jalangmu tidak bisa memuaskanmu?!" Aku berteriak didepannya. Aku tahu dia yang memelukku. Aku tahu semuanya!
"Iya, aku brengsek, Ashlyn. Aku brengsek." Ia memelukku lebih erat. Aku memberontaknya. Aku benci hal ini, dimana ia memelukku dengan sangat nyaman, dimana ia mengerti perasaanku.
"Ashlyn, tenanglah." James mengusap punggungku.
"Kau menyebalkan! Brengsek! Aku membencimu! Aku sangat,aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu. Aku--" aku terisak didalam pelukannya yang sangat nyaman, dan aku menyukai ini.
"Shh, Ashlyn. Sudah, kau ingin disini atau ikut bersamaku?" Tanyanya dengan lembut sambil melihat wajahku yang ia sentuh dengan lembut. Aku melihat James, ia mengangguk mengisyaratkan aku untuk mengatakan 'iya'.
"Aku, ikut bersamamu." Harry tersenyum dan mengatakan terima kasih untuk kesekian kalinya. Aku sampai bosan dengan kata-kata itu.
"James, terima kasih, dan mobilmu besok akan kukembalikan!" Ujar Harry semangat, aku tersenyum dan memeluk Max.
Harry POV.
Aku tidak menyangka recanaku berhasil. Katakan aku brengsek. Aku hanya ingin perempuan itu tidak menghilang dari kehidupanku, aku harus bertindak.
Saat ia terisak seperti anak kecil dipelukanku, aku merasa bahwa aku sudah sangat berlebihan kepadanya. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Aku tidak mau melihatnya menangis lagi.
Aku melihat kearah kananku dan terlihat malaikatku sedang tertidur dengan sangat pulas. Aku melihat setiap inci dari wajahnya dan berhenti dibibirnya yang sangat memikat hatiku. Tanpa sadar, aku mengecup bibir itu.
"Ash?" Aku mengurungkan niatku. Aku keluar dari mobil ini dan langsung membawa Ashlyn kekamarnya. Aku menyuruh Gemma untuk menggantikan pakaiannya. Gemma melontarkan beribu pertanyaan yang membuat kupingku panas. Aku hanya membalas dengan, "Lain kali akan ku ceritakan."
Setelah Gemma menggantikan pakaiannya, aku masuk dan melihat wajah yang damai itu.
Semoga kau tidak meninggalkan aku seperti apa yang Clarie lakukan padaku.
You are reading the story above: TeenFic.Net