Cincin Merah, Part 2

Background color
Font
Font size
Line height


"Bermainlah dengan aku Richi!"  Suara itu terus mengikuti ke arah gadis itu berlari, Richi terus mengejarnya hingga tak terasa Richi tersesat di dalam hutan yang sangat gelap tanpa sedikitpun cahaya. Richi terus berlari tanpa arah, karena tempat tersebut sangatlah gelap, Richi pun terjatuh ke dalam lubang yang sangat besar.

"Richi! Richi! Bangun dek. Kenapa badan adek panas?" Suara Mama yang terdengar kebingungan pun membangunkan Richi dari mimpinya yang sangat aneh.

Karena hal tersebut sangat terasa nyata, Richipun kebingungan dan terus berpikir apakah hal tersebut tadi hanyalah mimpinya atau memang nyata. Badan Richi berubah sangat panas hingga Mama bergegas menggendong Richi ke dalam mobil dan membawanya ke Rumah Sakit. Sesampainya di Klinik, Richi bergegas dibawa ke ICU karena panas tubuhnya mulai membuat Richi menjadi kejang.

"Dokter! Tolong untuk diperiksa Richi!"

"Tenang ya Ibu, ibu tunggu saja di lobby, biar kami yang merawat Richi."

Tidak lama Mama menunggu di Lobby, Dia dipanggil ke meja Resepsionis. Ada kejanggalan pada Richi, awalnya seorang perawat mengatakan suhu tubuhnya mencapai 43,2 celcius. namun hanya dalam kurun waktu 5 menit, suhu tubunya kembali normal dan Richi hanya merasa kelelahan. karena diagnosis Dokter tidak menunjukan hal yang berbahaya, maka Dokter memperbolehkan Richi untuk pulang ke rumah.

Setelahnya, Mama mengajak Richi membeli kue agar Richi menjadi senang dan pulih seperti sebelumnya. Mereka berdua melewati taman kota di mana ada rumah kosong yang membuat Richi penasaran. Richi terus melihat rumah kosong itu namun, dia tidak melihat ada lampion berkilauan di teras rumah itu.

"Ma. Siapasih yang punya rumah itu?"

"Rumah itu punya pemerintah sayang. Pemiliknya sudah meninggal 100 tahun yang lalu. Karena itu, rumahnya jadi jelek karena tidak ada orang yang mengurusnya."

"Adek boleh gak bermain ke sana?"

"Ja-jangan adek! Gak boleh ada anak kecil yang bermain ke sana. Lagian tempatnya juga menyeramkan."

Tidak lama kemudian, Mobil mereka terhenti setelah lampu lalu lintas depan taman kota berubah merah. Richi merasakan pusing yang sangat menyakitkan, dalam sedetik tiba tiba suasana sekitar menjadi muram dan gelap. Semua menjadi kelabu dengan dikelilingi kabut yang lebat. Bahkan, Richi tidak bisa melihat mamanya sendiri yang ada di sampingnya.

"Mau bermain denganku?" Suara gadis dalam mimpi itu terdengar jelas di telinga Richi.

Kaca mobil Richi menjadi berembun dan basah sehingga dia tidak bisa melihat keluar. Richi terhentak setelah ada yang melempar benda ke kaca mobilnya. Dia mengelap kaca dan melihat bola sepak yang jatuh di samping mobilnya. Richi langsung melihat sekitar mobil. Tidak ada jalan beraspal di sekitar mobilnya.

Perlahan kabut itu menghilang dan lenyap. Richi terus menghadap ke kaca dan terheran karena bangunan disekitarnya mirip istana yang sangat besar dan megah, rumah kosong yang menyeramkan tadi berubah menjadi ramai dan terlihat banyak orang yang bertamu di rumah tersebut. Banyak orang-orang berpakaian aneh berlalu lalang di sekitarnya. Orang-orang itu seperti tidak melihat mobil Richi sama sekali.

"Mau bermain denganku?" Richi terkaget ada suara gadis itu lagi di tempat ibunya menyetir.

Setelah kabut benar-benar lenyap gadis itu tertunduk dengan memegang setir mobil. Hal itu membuat Richi terkaget karena Mamanya menghilang entah kemanaa dan digantikan oleh Gadis pucat itu, gadis itu terus menunduk dan ketawa pelan. Richi yang penasaran mencoba untuk menunduk untuk melihat wajah gadis itu tiba-tiba, gadis itu tiba0tiba menunjuk ke arah depan mobil membuat Richi tidak sempat melihat wajahnya.

Seorang berjubah hitam membawa keris berjalan dari kejauhandan mengeluarkan api dari kerisnya, hal itu perlahan membakar seluruh benda di sekitarnya. Richi yang ketakutan hingga Dia tidak sadar bahwa gadis tersebut sudah tidak berada di sampingnya lagi. Richi terus ketakutan karena Dia sendirian di dalam mobil itu. Tak lama kemudian dia melihat api melayang ke arahnya dan membuatnya terbangun dari lamunannya. 

"Dek. Adek ikut turun?" tangan Mama membuatnya terbangun dari lamunannya.

Dia mengikuti mamanya turun dari mobil dan langsung menuju toko kue. Mama membeli kue tart agar Richi lekas sembuh. Mama yang sedang memilih kue tidak tersadar kalau Richi berkeliling toko sendirian, tiba-tiba Richi melihat gadis yang ada di mimpinya. Gadis itu berpakaian beda dari sebelumnya dan Dia menggandeng seorang perempuan yang seumuran dengan mama Richi.

Richi terus mengikutinya hingga mereka masuk kedalam toko buku di lantai dua. Richi masih terus mengikuti gadis itu ke rak buku yang paling belakang namun, Richi kehilangan jejak gadis itu karena rak buku yang lebih tinggi dari tubuhnya.

"Hai adek kecil. Kamu mau beli buku juga? Kenapa sendirian? Mama kamu mana?" Tanya ibu yang tadi bersama Gadis misterius.

"Ibu. Apa dia putri anda?" Richi bertanya kepada ibu itu.

"Oh iya. Kenapa?"

"Engga apa-apa Bu. Kalian berasal dari mana?"

"Oh iya kami baru saja pindah ke kota ini Dek. Kami baru saja kembali dari Inggris."

"Saya seperti pernah melihat putri Ibu. Tapi dia sering memakai gaun merah." Pembicaraan Richi membuat Wanita tua itu menjadi gagap seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ibu, kenapa diam?"

"Oh tidak apa-apa dek. Alexa ayo kita pulang. Sepertinya papa sudah menunggu di rumah. Kami duluan ya dek!" Ibu itu mengajak putrinya pulang dengan tergesagesa. Ternyata nama gadis itu ialah Alexa. Richi kembali ke bawah untukmenemui Mamanya. Saat Dia berjalan turun di eskalator, Dia melihat Alexabergaun merah berdiri memandanginya namun Alexa itu lenyap setelah beberapa orangberjalan di sekitarnya. 

You are reading the story above: TeenFic.Net