6. Jadi...

Background color
Font
Font size
Line height

(Nama kamu) masih berada di Taman Sari. Ia masih sibuk memotret setiap sudut yang indah di bangunan bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini. Kemudian, ia membuka aplikasi snapchat yang ada di handponenya.

"Hai, aku lagi di Taman Sari. Disini bagus banget.."
Kemudian ia melihat hasilnya. Dan ada yang janggal disana, di belakangnya. Ada seseorang yang tersenyum di belakangnya, dan dia adalah... Deva.

"Deva?" (Nama kamu) menoleh ke belakang. Dan benar saja. Deva sedang berdiri tersenyum nenatapnya dengan tatapan yang tak bisa ia artikan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya (nama kamu).

"Jemput lo,"

"Jemput gue? Gue bilang kan lo gak usah muncul - muncul lagi di depan gue. Lo batu ya emang," Ucap (nama kamu).

"Sejak kapan tuan putri menjadi segalak ini?" Kata Deva.

Deva kemudian memegang pergelangan tangan (nama kamu).

"Lepasin, mau apa lo?" (Nama kamu) berusaha untuk melepaskan tangan Deva dari pergelangan tangannya. Namun sayang, kekuatan Deva lebih besar darinya. Dan kemudian Deva menarik (nama kamu) dengan kasar menuju parkiran.

"Lepasin, mau lo bawa kemana gue? Heh, lepasin, denger gak sih lo!" Kata (nama kamu) yang tak dihiraukan oleh Deva.

"Diem dan masuk!" Bentak Deva.

"Nggak! Gue gak mau!" Ucap (nama kamu).

"Dasar!"

PLAK!

Deva menampar (nama kamu) dengan kencang. Menghasilkan (nama kamu) yang kemudian pingsan. Dan semakin memudahkan Deva untuk membawa (nama kamu) ke tempat tujuannya.

***

Ting...tong..

Iqbaal telah berada di depan pintu kamar (nama kamu). Ia sudah bediri sekitar 10 menit dan selali membunyikan bel kamar (nama kamu). Namun tidak ada yang membuka pintunya.

Dan setelah sekali lagi ia mencoba, akhirnya pintu kamar (nama kamu) terbuka.

"Hai." Kata Iqbaal.

"Loh, bukan (nama kamu)?" Tanyanya.

"(Nama kamu)nya lagi pergi, lo siapa? Panitia MnG?" Tanya Arin.
"Gue Iqbaal. (Nama kamu) pergi kemana?"  Tanya Iqbaal.

"Oh jadi lo Iqbaal," kata Arin. Arin mengangguk-anggukan krpalanya dan kemudian meneliti penampilan Iqbaal dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"(Nama kamu) pergi udah lama?" Tanya Iqbaal lagi.

"Udah sih, udah sekitar 2 jam yamg lalu. Gue juga heran kok gak balik-balik." Jawab Arin.

"Emang dia pergi kemana?"

"Ke Taman Sari."

"Oh yaudah, gue mau nyusul dia," Ujar Iqbaal.

"Oke," Ucap Arin. Iqbaal berjalan sangat bersemangat meninggalkan kamar (nama kamu). Ia akan menemui (nama kamu) dan ia akan mengejutkannya.

"Halo?" Kata Arin yang sedang mengunci pintu kamar. Ia akan pergi menemui seorang teman.

"Rin.. lo sekarang ada dimana? Lo harus selamatin (nama kamu)! (Nama kamu) lagi sama Deva. Deva ada rencana ga baik sama dia. Cepet Rin!"

"Lo gak lagi bercanda kan Zy?" Tanya Arin pada Ozy yang meneleponnya.

"Gue serius. Kita ketemu di depan hotel lo. Gue lagi jalan kesana."

"O-oke..." Arin pun menutup sambungan teleponnya.

"Ah, Iqbaal.." Arin kemudian berlari mengejar Iqbaal yang ia rasa belum terlalu jauh pergi.

Dan dia menemukan Iqbaal di lobi hotel.

"Hh.. qobal.."

"Heh. Qobal itu yang boleh manggil cuma (nama kamu)! Lo cari kesayangan sendiri sono! Lagian lo siapa sih," Cetus Iqbaal.

"Hh.. gue mau jelasin sama lo." Kata Arin.

"Yang pertama, nama gue Arin, gue assistennya (nama kamu),"

"Yang kedua, gak usah bercanda dulu. Gue tau gue jomblo udah lama."

"Dan yang terakhir paling bahaya dan darurat..." Arin mengatur nafasnya yang tersengal akibat berlari mengejar Iqbaal.

"(nama kamu) diculik," Ucap Arin akhirnya.

"Hah? Serius lo? Sama siapa?"

"Sama Deva,"

"Deva siapa?"

Tin..tin..tin..

Mobil Ozy sampai tepat waktu. Dan kemudian Arin menarik Iqbaal untuk mengikutinya.

"Nanti aja tanyanya. Sekarang selamatin (nama kamu) dulu.."

***

Ve, (Nama kamu) diculik Deva. Gue gak tau Deva siapa. Jadi gue mohon, lo jangan bilang-bilang dulu ke anak-anak yang lain. Lo sahabatnya, dan gue rasa lo harus tahu soal ini. Gue lagi di Jogja mau samper dia, dan gue sekarang lagi cari dia sama Arin.

Verin terkejut saat membaca pesan yang ia terima dari Iqbaal.
"Gimana bisa Deva muncul lagi? Ah, kenapa gue lupa! Deva kan rumahnya Jogja. Terus gue sebagai sahabatnya harus diem gitu disini? Duh gue harus gimana..." Ve mondar-mandir sembari memikirkan jalan agar ia juga bisa mencari (nama kamu). Dan sesaat kemudian, terlintas di pikirannya sebuah nama... Ari Irham.

Ia kemudian mencari kontak Ari Irham di phonebook nya dan menelfon Ari.

"Halo,Ri. Lo masih di Jogja kan? Lo kemarin sama (nama kamu) kan? Lo tau gak--"

"Ve, kalau ngomong pelan-pelan kali, gue baru aja sampai rumah. Gue udah balik. (Nama kamu) kan masih ada MnG , jadi dia masih disana. Ada apasih? Lo mau nyusul?"

"Ah ide yang bagus! Temenin gue ke Jogja sekarang, gue bayarin tiket pesawat lo, kita ketemu di bandara, gue gak mau tau lo harus dateng,Ri,"

"Ta-tap--" Ve menutup sambungan telepon. Dan dia bergegas mengambil tasnya yang ia isi dengan 2 pakaian dan barang seperlunya, kemudian ia bergegas menuju bandara.

***

Ozy,Iqbaal, dan Arin sedang menyusul (nama kamu) di Tamna Sari. Namun saat ini, kemacetan sedang menutupi jalan mereka.

"Duh, macetnya lama gak sih ini?" Tanya Arin.

"Macetnya Jogja gak selama macetnya Jakarta kali," Ucap Ozy.

"Ini keburu gak sampai sana?" Tanya Iqbaal.

"Dikit lagi nyampai kok." Kata Ozy.

"Ck, keburu (nama kamu) di bawa Deva! Terus kita harus cari dimana?" Kata Iqbaal.

"Zy, lo kan temen Deva. Kenapa lo ngasih tau kita kalau (nama kamu) diculik?" Tanya Arin.

"Oh jadi lo temennya bocah itu? Sialan ya temen lo,
!" Iqbaal mencekik leher Ozy dari belakang.

"Eh udah udah.. jangan berantem!" Lerai Arin. Iqbaal melepaskan tangannya dari leher Ozy.

"Gila ya lo?" Kata Ozy.

"Lo kan temen Deva, pasti lo tahu kan dia bawa (nama kamu) kemana?" Kata Iqbaal.

“Gue gak tau, kalau gue tau dari tadi gue langsung kesana,bego!” Kata Ozy.

“Kenapa lo jadi manggil gue bego? Minta di cekik lagi lo?” Iqbaal kemudian mencekik leher Ozy lagi.

“Eh, udah-udah! Apaansih kalian! Bukannya bantu cari solusi gimana tambah memperkeruh suasana aja lo pada!” Kata Arin.

Iqbaal membuang nafasnya asal. Lalu bersandar di jok mobil Ozy.

“Seandainya (nama kamu) pasang GPS,” gumam Iqbaal.

“Ah, GPS! Bener banget!” Arin mengeluarkan handphonenya.

“Ah gue tau di mana (nama kamu) berada,” Kata Arin bersemangat.

“Dimana?”

***

Semuanya gelap. Pipi (nama kamu) terasa panas dan nyeri, ia berusaha membuka matanya. Setelah ia dapat menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya, ia bisa melihat dimana ia sekarang.

Di sebuah gudang yang sangat gelap, kotor, dan berbau anyir ternyata ia berada. Banyak kecoa dan tikus-tikus berkeliaran. (nama kamu) berusaha bangkit, namun badannya terasa sakit. Dan ia baru menyadari jika tangan dan kakinya diikat. Dan tanpa ia menduga-duga, ia sudah tahu siapa dalang dari semua ini. Tentu saja Deva. Karena sebelumnya Deva pernah melakukan ini kepada dirinya.

“To-long—“ rintihnya.

Terdengar suara pintu berdecit. Sepertinya seseorang baru saja masuk. Derap langkah kaki menggema di seluruh sudut gudang ini.

“Sudah bangun,Tuan Putri?” Ucap Deva dengan suara lembutnya.

“Bunuh aku sekarang juga, Dev.” Ucap (nama kamu) dengan suara paraunya.

“Ah, aku tidak mau kau mati begitu saja. Main-mainlah denganku dulu, sayang.” Kata Deva.

Deva berjongkok, dan membelai rambut (nama kamu) yang kemudian ia jambak.

“Shh.. lo sebenarnya mau apa?” Kata (nama kamu).

“Gue sekarang gak mau apa-apa, karna harga diri gue udah lo injak-injak. Gue udah nunggu lo selama 5 tahun, dan lo tetap gak mau buka hati lo buat gue?” Ucap Deva.

“Lo kurang berusaha! Dan lo gak pernah tulus sama gue, lo Cuma berambisius buat dapetin gue!” Ujar (nama kamu).

“Apa kata lo? Gue gak tulus?”

“Iya, lo gak pernah tulus. Lo gak pantes disebut manusia, lo psikopat!” Ujar (nama kamu).

Deva semakin menjadi-jadi. Ia mencengkram kedua pipi (nama kamu). Dan menghadapkan wajah (nama kamu) ke arahnya.

“Dengar baik-baik ya, (nama kamu), gue bisa dapetin apa aja. Bahkan 1000 wanita yang lebih dari lo gue juga bisa! Tapi gue Cuma mau lo! Gue butuh lo! Gue butuh hati lo! Tapi apa? Lo gak pernah bisa hargain gue, lo gak bisa buka sedikit pintu hati lo buat gue, lo gak pernah sadar akan keberadaan gue!” Jelas Deva. Ia kemudian membantu (nama kamu) untuk bisa duduk.

Tanpa ia sadari, (nama kamu) berlinangan air mata. Entah apa yang membuatnya menangis.

“Dev, seandainya lo gak sekasar ini sama gue dan lo terus berusaha buat dapetin hati gue, gue pasti bisa cinta sama lo, tapi sayangnya lo gak pernah buktiin rasa lo itu ke gue. Dan menurut lo? Apakah gue akan jatuh cinta setelah lo perlakukan gue seperti ini? Nggak. Nggak sama sekali. Meskipun lo nantinya juga akan berubah, maaf,Dev, gue gak bisa.” Kata (nama kamu).

Deva menarik tubuh (nama kamu) dan kemudian memeluknya.

“Kenapa (nama kamu)?” Tanya Deva.

“Gu-gue, jatuh cinta dengan orang lain,”

***

Verin dan Ari kini sedang berada di pesawat. Mereka sedang take off menuju Yogyakarta untuk menyusul (nama kamu) dan Iqbaal.

“Duh, gak sampai-sampai! Ini padahal gak lagi macet,” Kata Ve.

“Sabar,Ve. Lo tuh sekarang, jelasin ke gue, kenapa lo tiba-tiba ajak gue ke Jogja? Lo mau nyusul (nama kamu)? Yaudah sendirian aja. Ajak tuh yang lagi ngejar-ngejar lo.. siapa namanya? Salim? Kasim?” Ujar Ari.

“Namanya Nasim, bego!” Ari mengangguk tanda mengerti.

“Udahlah, lo kan sahabat (nama kamu) juga, jadi kita harus bantu nyari dia.”

“Nyari? Maksud lo?”

“Ya maksud gue, (nama kamu) ilang,” Kat Ve. Aripun terkejut dan..

“Apa? (nama kamu) ilang?” Teriak Ari dengan spontan. Ve menutup mulut Ari dengan telapak tangannya.

“Jangan kenceng-kenceng! Lo malu-maluin aja sih,Ri! Iya, si (nama kamu) ilang.” Verin menarik tangannya.

“Lo inget kan Deva? Nah dia muncul lagi, dan dia yang nyulik si (nama kamu) sekarang.” Jelas Ve.

“Jadi, sainagn tgue itu masih hidup.” Kata Ari.

“Apa saingan? Saingan dalam apa nih? Jangan-jangan.. lo suka (nama kamu) juga ya?” Ucap Verin. Ari mengangguk.

“Sebenarnya gue udah lama suka sama (nama kamu), tapi gue gak berani buat ngungkapinnya. Dan tiba-tiba kemarin ada gossip kalau (nama kamu) lagi deket sama temen lo. Itu bener gak?”

“Mm.. iya, kayaknya juga, (nama kamu) juga udaha mulai jatuh cinta sama Iqbaal.” Kata Verin. Ari menunduk.

Verin kemudian memeluk Ari dari samping.

“Lo yang sabar ya,Ri, gue juga sedang ngerasain apa yang lo rasain. Yang lebih parahnya lagi, cowok yang gue suka udah jadian sama sahabat gue sendiri.” Kata Ve.

“Kita senasib ya,Ve.” Ari merangkul Ve.

“Semoga kita dapat yang terbaik,” Ucap Ari.

Akhirnya pesawat yang di tumpangi Ve dan Ari tiba di Yogyakarta. Ve kemudian langsung menghubungi Iqbaal.

“Baal, gue udaha da di Jogja nih, gue lagi di Bandara, sekarang gue harus kemana?”

“lo serius udah di Jogja? Lo sama siapa?”

“Nanti lo juga tau. Sekarang lo share location ya, biar nanti kita ketemu disana.”

Oke,Ve. Gue juga udah deket sama tempat (nama kamu) di culik.”

Verin kemudian mematikan sambungan teleponnya.

“Gimana Ve?” Tanya Ari.

“Kita nyari gojek aja ya, gue takut gak keburu kalau pake taksi.” Jawab Ve dan di angguki oleh Ari.

***

“Gu-gue, jatuh cinta dengan orang lain,”

“Apa? Apa lo bilang?” Kata Deva.

“Haha..” Tawa Deva menggema. Kemudian ia mengacungkan sebuah pisau ke langit.

“Sekarang lo tinggal pilih, (nama kamu), mau gue bersihin rambut lo dulu, atau gue rusak wajah cantik lo dulu?” Ucap Deva. Matanya terlihat berapi-api.

“G-gue mohon Dev, jangan..” Rintih (nama kamu).

“Tapi tekat gue udah bulat. Seorang Deva Ekada tidak boleh di tolak. Dan lo udah berani nolak gue, dan ini resiko yang harus lo terima! Selamat tinggal Tuan Putri,”

Deva mengarahkan pisau yang tajam itu tepat di mata (nama kamu). Ia benar-benar akan menusuk mata indah gadis yang ia cintai itu dengan pisau yang ia pegang. (nama kamu) hanya mampu berteriak dengan sisa suara yang ia miliki.

Trang!

Pisau itu terjatuh. Ada yang menendang pisau itu sebelum mata pisau menembus kulit mata (nama kamu). Ialah Iqbaal yang melakukan itu. Untungnya Iqbaal datang dengan tepat.

“Siapa lo?” Tanya Deva.

“Lo gak perlu tau siapa gue,”

“Berani-beraninya lo ikut campur urusan gue,” Deva memukul rahang Iqbaal. Dan membuat Iqbaal yang belum siap jatuh tersungkur. Namun tak bertahan lama, Iqbaal berdiri dan membalas perlakuan Deva padanya. Kemudian merekapun saling adu pukul.

Sementara itu, Arin dan Ozy melepaskan ikatan tali yang sedari tadi menjerat (nama kamu).

“Arin..” Kata (nama kamu) sembari memeluk Arin.

“Lo gak papa kan,(nam..),” (nama kamu) mengangguk.

“Iqbaal..” Ucap (nama kamu) disela tangisnya. Ia melihat Iqbaal yang babak belur karena pukulan dari Deva.

Ia melihat Iqbaal yang sudah tidak memiliki daya untuk berdiri dan melawan Deva. Cairan merah keluar dari hidung Iqbaal. Membuat (nama kamu) semakin histeris.

“Iqbaal…” (nama kamu) ingin menghampiri Iqbaal, namun Arin menahannya.

“Gimana? Lo masih mau jadi sok pahlawan?” Kata Deva yang menatap remeh kepada Iqbaal yang sudah tergeletang sambil mengatur nafasnya yang mulai habis.

“Dan ini yang terakhir buat lo,” Deva mengangkat kakinya bermaksud untuk menginjak Iqbaal. Namun, sekali lagi usahanya gagal.

Ari yang tiba-tiba datang menendang tubuh Deva dengan keras. Yang membuahkan Deva terbentur tembok dan jatuh tersungkur.  Verin yang berada di belakang Ari kemudian berlari menuju (nama kamu) yang sudah lemah tak berdaya dan kemudian memeluk sahabatnya itu.

“Lo disini,Ve?” Kata (nama kamu) masih dengan sisa tenanganya. Ve tak kuasa melihat keadaan (nama kamu). Ia pun menangis.

“Iya,(nam..) . gue bakal selalu ada buat lo.”

Deva bangkit dengan sempoyongan.

“Wah, kawan lama, apakabar? lo mau menyelamatkan (nama kamu) juga? Atau mau meminta hatinya juga?” Ucap Dev.

“Ngomong apa lo?” Kata Ari.

“jangan belagak bego. (nama kamu), lo tau, sahabat lo yang satu ini jatuh cinta sama lo, tapi sayang, dia gak punya nyali buat ngakuin perasaan dia.” Jelas Deva.

(nama kamu) dan Iqbaal pun kaget.

“Gak usah banyak bacot, lo, psikopat!” Ari dan Deva pun saling memukul, namun kini, Iqbaal jugaikut membantu Ari memukuli Deva. Dan akhirnya si psikopat ini pun tak punya daya lagi. Deva tersungkur.
Tepat saat itu juga polisi datang dan membawa Deva.

(nama kamu) berdiri dibantu oleh Verin dan Arin. Kemudian dengan sisa tenaganya, ia berjalan kearah Iqbaal dan Ari.
(nama kamu) tersenyum. Dan ia memeluk Iqbaal. Menghasilkan sesak yang amat sangat di hati Ari. Ve dapat melihat air muka yang berubah dari Ari. Ia kemudian menghampiri Ari dan mengusap punggung Ari.

“Lo harus kuat, suatu hari nanti ada yang baik datang buat lo. Siapa tau jodoh lo sebenarnya ada di dekat lo. Ya gak?” Kata Verin berusaha untung menenangkan Ari.

“Di dekat gue? Lo dong,Ve?” Kata Ari.

“Yee.. nagrep lo,” Kata Ve sembari mengusap wajah Ari yang babak belur dengan kasar.

“Aduh-aduh,Ve. Sakit,” Rintih Ari.

“Eh eh sorry,Ri, sorry,” Ve mengusap pipi Ari yang kesakitan dengan lembut. Ari kemudian memegang tangan Ve.

“Makasih Ve lo selalu tenangin gue,” Ucap Ari sembari tersenyum ke arah Ve.

“Anytime,” Ucap Verin.

Sementara itu, (nama kamu) masih berdiam memeluk Iqbaal.

“Baal,” Kata (nama kamu).

“Hm?” Balas Iqbaal yang semakin mempererat pelukan (nama kamu).

“I love you..” Bisik (nama kamu) pada Iqbaal.

DEG!

Jantung Iqbaal. Jantungnya berdebar sangat kencang. Senyuman mengembang timbul di bibirnya.

“I love you more than you, (nam..).” Ucap Iqbaal.

Setelah berkata demikian, Iqbaal merasa bahwa tubuh (nama kamu) semakin berat. Dan ia kemudian memanggil nama (nama kamu).

“(nam..) .. (nama kamu).. (nama kamu)..”

“Baal, (nama kamu) pingsan.” Seru Verin. Iqbaal pun panik. Ia kemudian menggendong (nama kamu).

“Ayo kita bawa (nama kamu) ke rumah sakit,” Ucap Iqbaal.
Kemudian semuanyapun keluar dari gudang itu dan menuju ke rumah sakit menggunakan mobil Ozy.

***

Iqbaal,Verin,Ari,ARin,dan Ozy sedang berada di kamar rawat (nama kamu). Mereka sedang menunggui (nama kamu).
Meskipun (nama kamu) sudah sadar sekitar 5 menit yang lalu.

“Makasih,Baal,Ri,Ve,Rin, dan…” Ucap (nama kamu) yang melihat kearah seorang lelaki yang berdiri di sebelah Arin.

“Ozy.. nama gue Ozy.”

“Gue (nama kamu), makasih banyak,” Kata (nama kamu).

“Gue tau kok siapa lo dan semua cerita lo dari Deva.” Kata Ozy.

“Ozy ini temen Deva, (nam..) , dia kemarin juga ikut Deva jemput kita di bandara. Berkat Ozy juga, kita tahu kalau lo diculik Deva.” Jelas Arin.

“Sekali lagi gue berterimakasih. Ke kalian semua, dan terlebih lagi ke Iqbaal, Ve, dan Ari, yang udah bela-belain jauh-jauh ke Jogja buat gue. Makasih,” Kata (nama kamu). Air bening kemudian mengalir dari sudut matanya.

“Udah (nam..), lo jangan pidato dulu. Sekarang lo istirahat, jaga kesehatan..” Kata Verin.

“Bener kata Ve, lo istirahat dulu, masalah MnG, nanti gue yang urus. Lo pokoknya pulih dulu.” Jelas Arin. (nama kamu) mengangguk.

Iqbaal sedari tadi hanya diam sambil duduk di sebelah ranjang (nama kamu). Entah apa yang ia rasakan sekarang.

Ve mendapatkan kode dari (nama kamu) bahwa ia dan lainnya diminta untuk keluar dan meninggalkan (nama kamu) dan Iqbaal sendirian.

“UUhh.. gue lapar nih. Yuk makan dulu Ari yang traktir.” Kata Ve sembari merangkul Ari dan berjalan keluar kamar rawat (nama kamu). Dan diikuti oeh Arin dan Ozy.

“Baal,” Panggil (nama kamu).

“Hm..”

“Pantes paket hari ini nggak ada dateng, padahal gue nunggu loh. Ternyata, yang dateng yang suka ngirim toh..” Ucap (nama kamu).

“Aku—rindu kamu, (nam..)” Kata Iqbaal sambil menatap (nama kamu). (nama kamu) terkekeh. Ia mengusap rambut Iqbaal yang bisa ia capai.

“Kenapa tiba-tiba jadi aku-kamu sih?”

“Ya biarin lah, oh ya, tuh kan gue bilang apa. Belum hari ke 23 aja lo udah cinta sama gue.” Kata Iqbaal.

“Dih geer banget lo.”

“Bukan geer sih, tapi kayaknya otak gue gak amnesia. Tadi di gudang sebelum pingsan,a da yang bisikin kalau dia cinta ke gue,” Pipi (nama kamu) bersemu.
“Jin di gudang itu kali,”

“Yakali, udah ngaku ae lo, lo udah jatuh cinta sama gue kan?” Tuding Iqbaal.

“Dih apaansih, nggak.”

“Halah, ngaku aja. Gak usah sok malu-malu kuda deh,” Kata Iqbaal.

“Yang bener itu malu-malu kucing, Qobal..”

“Wah, gue kangen tuh di panggil Qobal. Duh, lo kok gemesin sih (nam..), makin cinta gue.”

“Gue juga..” gumam (nama kamu).

“Eh gue denger loh,”

“Denger apaan?”

“Lo bilang lo juga cinta gue..”

“Kapan gue bilang gitu?”

“Tadi, gue gak budek, (nama kamu).”

“Haha. Lo bisa aja ya Baal, padahal belum hari ke 23,”

“Jadi meskipun belum hari ke 23, lo sekarang terima gue?” Tanya Iqbaal.

“Terima apaan?”

“Ya, terima gue jadi pacar lo, lah. Lo mau kan jadi pacar gue?” Tanya Iqbaal sekali lagi.

You are reading the story above: TeenFic.Net