12 [ENDING]

Background color
Font
Font size
Line height

Chanyeol melirik kearah Yoona yang terlihat tidak tenang, sejak tadi istrinya itu hanya meremas kedua tangannya. Dia gusar dan Chanyeol tau itu. "Kalau tidak enak badan, kita tidak perlu datang."

"Nee?"

Chanyeol tersenyum dan mengelus rambut Yoona. "Kalau kau tidak enak badan, kita tidak perlu datang." ulang Chanyeol.

Yoona menggeleng. "Aniyo, aku baik-baik saja."

"Kau yakin?"

"Ya."

Chanyeol mengangguk, pria itu mengerti. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, pasti saat ini jantung sang istri sedang berdebar kencang. Mereka akan kerumah keluarga Im dan bertemu kakak Yoona yang sempat menghilang. "Sebentar lagi kita sampai. Cepat benarkan riasanmu."

"Ye?"

"Aku ingin melihat istriku terlihat baik-baik saja didepan mereka. Kau harus terlihat cantik dari siapapun yang ada dirumah itu."

Yoona tersenyum lalu mengangguk. "Gomawo oppa."

"Hmm. Ini adalah kewajibanku."



Nyonya Im tampak sibuk menyiapkan hidangan di bantu Rose yang perutnya semakin besar, Jaehyun turut membantu membawa barang-barang berat. Hanya mereka bertiga yang sibuk sedangkan tuan Im sibuk menonton tv bersama cucunya dan Yura sibuk didalam kamar.

Terdengar bunyi bel membuat mereka mendongak. Rose berjalan. "biar aku saja yang membukanya."

"Hati-hati." tegur Nyonya Im.

"Nee eomonim." sahutnya lalu berjalan menuju pintu. Gadis itu tersenyum senang melihat Yoona dan Chanyeol datang bersama. "Eonni." serunya riang.

Yoona tersenyum lalu memeluk Rose. "Aigoo perutmu besar sekali. Apa kembar?"

Rose tersenyum lebar lalu mengangguk.

"Jinjjaro?" seru Chanyeol kaget.

"Nee."

Pasangan itu bertatapan. "Apa kita bisa mendapatkan kembar juga?" celetuk Chanyeol dan langsung mendapatkan pukulan di lengannya.

Dua orang itu tertawa.

"Ayo masuk. Eomoim dan Aboenim sudah menunggu sejak tadi."

"Nee."

Chanyeol membungkuk pada ayah mertuanya lalu menaruh sebuah kotak yang di balut kain keatas meja. "Rose bilang akhir-akhir ini abonim mudah lelah, karna itu aku dan Yoona membawa ramuan untuk stamina."

Tuan Im tersenyum. "Ghamsamnida Park seobang."

"Nee aboenim." ucap Chanyeol dan beralih pada bocah yang ada disamping mertuanya. "Annyeong." sapanya.

"Annyeong haseyo." sapa bocah itu.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan Yura disana membuat Chanyeol mendongak lalu bangkit untuk membungkuk. "Annyeong Haseyo." sapanya ramah.

Yura hanya tersenyum jutek lalu berjalan kedapur, gadis itu menemukan empat orang sedang mengobrol.

"Kalian semua kemarilah." perintah tuan Im membuat mereka berkumpul di ruang tv. Yoona membantu Rose untuk duduk lalu gadis itu duduk disamping suaminya. Yoona melirik kearah kakaknya yang menatapnya sebal, tatapan itu tidak pernah berubah. Kakaknya slalu menatapnya seperti itu seakan dirinya pernah mengambil mainan kesukaannya lalu merusaknya.

"Park seobang kenalkan ini Im Yura, kakak Yoona." ujar tuan Park.

"Annyeong Haseyo Park Chanyeol imnida."

"Hyung ini seorang artis." celetuk Jaehyun.

"Hmm aku pernah melihatnya di tv." ujarnya. Chanyeol tersenyum. Yura melihat kearah Yoona. "Kau tidak ingin menyapaku?"

Yoona menoleh. "Untuk apa? Kau bukan siapa-siapa untukku."

"Yoona-ya." tegur Nyonya Im.

"Aku kemari karena eomma dan Rose yang meminta."

"Hei." tegur Chanyeol lembut.

Yura mendengus. "Benar-benar berubah, apa karena sekarang kau sudah menikah dengan artis kau menjadi sombong."

"Setidaknya aku punya sesuatu yang bisa aku sombongkan sekarang." ujarnya sengit. "Punya suami artis, menjadi dokter, memiliki rumah dari uang sendiri. Hidupku sudah sempurna, karena itu aku sombong."

Chanyeol meremas tangan Yoona. "Geumanhae." pintanya.

"Kalian berdua. Baru bertemu saja sudah bertengkar hah." tegur tuan Im. "Im Yoona, kau tidak boleh mengatakan itu pada kakakmu."

"Lalu ahjussi ingin aku mengatakan apa? Menangis lalu memeluknya. Tidak akan."

"IM YOONA/YEOBO!" seru Nyonya Im dan Chanyeol.

Yura mendengus. "Dasar anak kurang ajar!" umpatnya. "Kau tidak akan bisa seperti sekarang kalau bukan karna appa."

Chanyeol mendesah. "Jweisonghamnida. Sepertinya kalimat itu tidak pantas keluar dari mulutmu." tengah Chanyeol. "Istriku bukan anak kurang ajar yang lebih memilih pergi dari rumah demi seorang pria."

Keluarga itu tersentak. Terkejut atas pembelaan Chanyeol.

"Tau apa kau? Jangan ikut campur urusan keluarga kami."

"GEUMANHAE!" seru tuan Im. "Kenapa kalian suka sekali ribut setiap kumpul."



"Yura eonni sudah kembali, artinya perang dunia akan segera dimulai." ujar Tiffany pada Taeyeon. "Aku yakin Yura eonni tidak akan pernah berubah. Dia itu nenek lampir."

Taeyeon tertawa. "Bagaimana bisa Yoona dan Jaehyun punya kakak judes dan egois. Aku sangat membenciya."

"Majja. Dia selalu iri pada Yoona padahal dia lebih disayang oleh aboenim. Ini benar-benar tidak adil, disaat Yoona ingin meminta sesuatu tidak pernah diberi sedangkan dirinya selalu saja diberi. Benar-benar ayah yang tidak adil."

Taeyeon mendesah. "Sekalipun keluargaku bukan keluarga golongan mampu seperti Yoona, aku tetap bersyukur karna ayah dan ibuku selalu berpihak padaku. Im Yoona benar-benar menyedihkan."

"Semoga Chanyeol bisa membuatnya bahagia."



"Berhenti didepan." seru Chanyeol membuat Jaehyun mengarahkan stir mobil kearah kiri.

"Waeyo hyung?"

"Kalian pakailah mobil ini, kami akan naik bis." ujar Chanyeol.

"Tapi hyung..."

Chanyeol tersenyum lalu memberi kode dengan melirik Yoona. Jaehyun mengangguk mengerti. "Yeobo ayo."

Yoona tersadar. "Mau kemana?"

"Jaehyun ingin meminjam mobil untuk ke rumah sakit. Kita naik bis saja."

"Aah begitu." Yoona meraih tasnya. "Rose-ya, jangan lupa pesanku ya."

"Nee eonni."

Chanyeol keluar mobil tanpa penyamaran lalu membuka pintu untuk Yoona. "Hati-hati."

"Nee Hyung."

"Kita mau kemana?" tanya Yoona sepergian adiknya.

"Kencan."

"Tapi aku lelah. Ingin pulang."

Chanyeol tersenyum. "Kau ingin pulang?" serunya riang.

Menyadari sesuatu, Yoona tersadar. "Aniyo.. Aku ingin berkencan."

"Pulang saja ya." rengek Chanyeol.

"Shirreo. Aku ingin kencan."

"Yeoboo."

Yoona berjalan lebih dulu meninggalkan suaminya yang merajuk. "Kira-kira enaknya kemana ya?"

"YA! NYONYA PARK." seru Chanyeol menyusul Yoona.

"OMO BUKANKAH ITU PARK CHANYEOL." seru gerombolan orang yang melihat mereka.

Pasangan itu terkejut dan menoleh kebelakang, benar saja banyak anak muda yang langsung memegang ponsel mereka.

"Larriii." seru Chanyeol.

"Oppa! Tunggu kami."

Keduanya lari dan mencari tempat persembunyian. Chanyeol menarik tangan Yoona lalu bersembunyi di tengah lorong yang sempit. Keduanya berdiri berhimpitan dimana Yoona berada didepan Chanyeol.

Posisi keduanya cukup... err memungkinkan untuk.. err ciuman.

Yoona menyandarkan kepalanya didada bidang sang suami sedangkan Chanyeol tersenyum.

"Sst jangan bersuara."

"Aku tidak bersuara." jawab Chanyeol pelan.

"Jantungmu bersuara kencang sekali."

Pria itu terkekeh. Yoona mendongak dan membuat keduanya bertatapan. Chanyeol mendekatkan wajahnya pada wajah sang istri lalu mencium bibir itu dengan lembut, melumatnya berlahan.

Tanpa mereka sadari seseorang sedang memotret kegiatan mereka secara diam-diam.

&&&&&

Park Chanyeol kedapatan berkencan dengan seorang gadis.

Artis Rookie Park Chanyeol, kedapatan sedangkan menghabiskan waktu bersama seorang gadis. Dispatch telah mengikuti Park Chanyeol sejak awal debutnya dan gadis itu selalu bersamanya disetiap kesempatan. Gadis yang merupakan seorang dokter itu sudah mendampinginya sejak sebelum debut, hal ini didukung oleh teman-teman sekitar keduanya. Saat ini SM Entertainment sudah merilis sebuah pernyataan.

'Halo kami SM Entertainment. Kami sudah bertanya pada artis kami dan benar artis kami, Chanyeol memiliki hubungan dengan seorang gadis yang bukan dari kalangan artis. Mereka sudah bersama selama satu tahun hingga saat ini. Menurut Chanyeol, gadis itu adalah tipe idealnya. Chanyeol juga meminta cinta dan dukungan dari kalian untuk hubungannya.'


Yoona telah kembali bekerja, gadis itu lebih memilih untuk pergi ke rumah sakit daripada bersembunyi dirumah. Toh, fansnya Chanyeol tidak tau siapa dia.

"Ciyee yang go public." goda Suho.

"Tsk. Menyebalkan. Jangan bahas apapun tentang itu."

"Ya! Kau mau kemana?"

"Menemui Kang sunbae, aku ingin memeriksa sesuatu."

"KAU HAMIL YA?"

Yoona melotot. "Ku bunuh kau."

Suho tertawa.



Chanyeol mendesah. "Syukurlah mereka menyetujui hubungan kami."

Hani mengangguk. "Ya, kau harus bersyukur Park Chanyeol."

"Apa hyung akan mengatakan kalau kalian sudah menikah?"

"Aku ingin mengatakannya, tapi sepertinya agensi akan melarang kita melakukan itu."

"Aku akan menyuruh wartawan Dispatch untuk merilisnya."

"YA! KAU GILA!"

Hani tersenyum. "Aku tau kau senang mendengarnya. Jangan munafik Park Chanyeol."

Chanyeol tersenyum nyengir. "Aku akan menjemput istriku. Kita ketemu besok."

"Okeh."

"Aku akan mengantarmu hyung." ujar Dino.

"Baiklah."



Wendy melempar ponselnya sembarangan. Gadis itu sedang kesal, beberapa hari ini kabar seorang Park Chanyeol selalu muncul setiap dirinya membuka situs Naver. Bahkan Dispatch secara eksklusif merilis photo Chanyeol sedang mencium istrinya.

"Ya! Aku tahu kau kaya, tapi janganlah membuang ponsel sembarangan."

Wendy mendengus. "Ini pasti di setujui oleh Direktur. Bagaimana bisa dia melakukan go public padahal dia seorang rookie."

"Wendy-ya, kau lupa. Park Chanyeol itu istimewa, bahkan debutnya sangat sukses melebih Wanna One. Bukankah itu sangat menguntungkan bagi perusahaan."

"Tapi itu merugikanku! Bagaimana kalau brand ku bulan ini menurun hanya karna rumor itu."

Manajer Kang menggeleng melihat tingkah artisnya. "Sudah kukatakan jangan terlalu dibawa perasaan, tapi kau tidak mendengarkanku dan hanya memikirkan egomu dengan mengajaknya untuk masuk agensi. Aku yakin kau sangat menyesal sekarang."

Wendy mengangguk. "Oppa benar. Aku sangat menyesal sekarang."



Senyuman manis itu tidak luntur dari wajah seorang Im Yoona. "Oppa." panggilnya saat melihat Chanyeol sedang mengobrol dengan Sehun.

Chanyeol tersenyum. "Kau sudah selesai?"

"Hmm."

Sehun tersenyum. "Kalau jadwalku tidak padat, aku akan menemuimu."

Chanyeol mengangguk. "Sampai ketemu besok malam."

Pria itu mengangguk lalu pergi begitu saja.

"Waeyo? Ada apa?"

"Aniyo, aku hanya ingin minum bersamanya."

"YA! Bukankah oppa tidak boleh minum alkohol."

Chanyeol mengacak rambut Yoona. "Kajja."

"Oppa tidak akan minumkan?"

"Tidak akan. Sudah percaya padaku."

Yoona tersenyum lalu mengaitkan lengannya di lengan suami.

^1^

"Kau tahu."

"Aniyyo." celetuk Yoona lalu tertawa.

Chanyeol mendengus sebal dan melepaskan pelukan belakangnya dari sang istri. Keduanya saat ini menghabiskan waktu berdua di balkon rumah mereka. "Aku serius."

Yoona berbalik lalu memeluk sang suami erat. "Wae? Apa yang aku tidak tahu?"

Chanyeol mengeratkan pelukannya lalu menghirup wangi tubuh Yoona. "Aku begitu familiar dengan harum tubuhmu."

"Ye?"

Pria itu mengangguk. "Harum tubuhmu sangat familiar di hidungku, seakan aku pernah menghirupnya lama."

Yoona mendengus. "Mwoya? Tentu saja familiar, karna kau selalu mencobanya setiap malam."

Chanyeol tersenyum nyengir. "Bukan itu maksudku."

"Lalu?"

"Aku merasa harum tubuhmu begitu familiar sejak pertama kali kita melakukannya."

"Hmm. Apa mungkin kau pernah menjadi pasienku?"

Chanyeol tersentak.

'Hanjabun... hanjabun..' teriak seseorang yang melakukan pertolongan pertama padanya. Membuat Chanyeol membuka matanya berlahan. "Dia sudah sadar, cepat lakukan pemeriksaan."

"Nee."

"Hei, kau melamun?"

Chanyeol mendesah. "Sepertinya kau pernah merawatku."

"Ye? Kapan?"

"Molla aku lupa. Saat itu kau membangunkanku dan melakukan pertolongan pertama, sepertinya itu beberapa tahun yang lalu. Saat aku putus dari Wendy."

Yoona menimbang. "Aah mungkin saja. Mian, aku tidak bisa mengingatnya."

Chanyeol mengeratkan pelukannya. "Aku juga tidak ingin mengingatnya, karna ingatanku sudah penuh dengan dirimu."

"Tsk dasar tukang gombal."

"Ayo masuk. Aku ingin menemui Sehun malam ini, sebentar lagi Joy juga akan datang."

"Dia akan tidur disini?"

Chanyeol mengangguk.

"Assa. Oh iya tadi aku menitipkan sesuatu pada Dino sebelum turun mobil."

"Sesuatu? Untukku?"

Yoona mengangguk. "Besok dia akan memberinya."

"Aah apa itu.. Jangan membuatku penasaran."

"Besok kau juga akan tau."


Pann: Gadis yang bersama Park Chanyeol saat itu adalah istrinya.

[+64, -17] HEOL! DAEBBAK!

[+62, -10] DIA SUDAH MENIKAH? WOAAAAH AKU PATAH HATI T.T

[+64, -09] Dia di umur yang pas untuk memiliki istri. Selamat Oppa.

[+63, -11] Aku ingin pria seperti Park Chanyeol!!

[+64, -24] Bolehkah aku mengatakan ini? Aaah maafkan aku. Aku sering melihat Chanyeol oppa menjemput istrinya di rumah sakit, setelah aku mengikutinya dan ternyata istrinya seorang dokter.

[+64, -24] Heol daebbak. Istri Chanyeol oppa seorang dokter, dia yang merawat ibuku saat ini.

[+63, -94] Daebbak. Istrinya sangat cantik, dia sedang belajar untuk gelar professornya.

[+64, -04] Dibandingkan gadis itu? Aku hanya butiran debu.

[+66, -34] Ini menyedihkan, melihat pria tampan dan gadis cantik menjadi pasangan. Aku penasaran bagaimana rupa wajah anaknya.


"Ada apa kau mengajakku bertemu?"

Chanyeol menggeleng. "Aku hanya ingin minum denganmu."

Sehun mendengus. "Hei kau sedang melakukan program anak, tidak boleh minum bir." tegurnya meraih bir dari tangan Chanyeol.

"Tsk tidak dirumah tidak diluar, ada saja orang yang melarangku untuk minum."

"Kau harus menahannya demi istrimu."

Chanyeol meringis. "Istri ya? Lalu kenapa kau belum menikah? Kau sudah 30 tahun Oh Sehun."

"Tsk bilang saja kau ingin mengatakan kalau aku itu tua."

Chanyeol terkekeh. "Ya kau tua, begitu juga denganku."

"Kau kenapa? Wajahmu terlihat mellow, kau sedang galau ya?"

"Galau? Yang benar saja. Untuk apa aku galau kalau aku sudah memilikinya, tidak akan ada yang bisa merebut Yoona dariku."

Sehun tersenyum miris. "Lalu kenapa wajahmu?"

"Aku hanya berpikir, bagaimana keadaan Yoona kalau aku tidak ada disampingnya?"

"Ye?"

Chanyeol mendesah pelan lalu menunduk. "Aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangannya. Tapi jauh didalam hatiku ada ketakutan yang membuatku takut kehilangannya, ketakutan kalau dia akan pergi dariku dan meninggalkanku, lalu aku mengkhawatirkan bagaimana keadaannya bila aku yang pergi dan meninggalkannya."

"Itu tandanya kau sangat mencintainya."

"Kalau ada kata yang mengartikan lebih dari cinta, aku akan menggunakan kata itu untuk mengungkapkan perasaanku."

Sehun meringis.

"Kau pasti jijik mendengarkannya kan?"

"Ye?"

"Kau jijik mendengar namja lain mengungkapkan perasaan cintanya pada yeoja yang kau cinta."

"Chanyeol-ah."

Chanyeol tersenyum. "Aku tahu, aku tahu kau adalah mantan pacar Yoona saat kuliah. Kau meninggalkannya setelah berkencan 3 bulan. Jadi gadis itu adalah istriku?"

Sehun mendesah lalu mengangguk. "Begitulah." jawabnya santai. "Gadis yang aku cinta adalah istri sahabatku."

"Kebetulan apa ini? Jujur aku tidak tahu kalau dia adalah mantan pacarmu, kalau aku tahu dari awal mungkin aku tidak melamarnya."

Sehun terkekeh. "Santai saja. Menurutku kebahagiaan kalian berdua lebih penting dari segalanya."

"Jinjjaro?"

"Tentu saja."

Chanyeol meringis. "Tunggu dulu, kau benar mencintai istriku? Atau jangan-jangan kau mencintai aku?'

"Park Chanyeol! Aku ini masih waras."

Pria itu terkekeh. "Aku hanya bercanda. Tapi aku serius, kalau kau memang mencintaiku aku yakin kau akan patah hati."

"Tsk percaya dirimu tidak pernah berubah tuan Park."

"Aah aku tidak sabar ingin punya anak." serunya merentangkan tangan.

"Wae?"

"Ya kalau aku sedang bosan aku bisa mengajaknya pergi dan tidak perlu memanggilmu."

"Aiish jinjja, kau pikir aku ini teman panggilan hah?"

Chanyeol terkekeh. "Kalau anakku laki-laki, aku harap dia tampan sepertiku."

"Aku akan berdoa kau akan mendapatkan anak perempuan."

"YA!"

"Lebih baik anakmu lebih mirip Yoona daripada dirimu."

"Aish jinjja. Kalau anakku perempuan, apa kau akan mengencaninya?"

Sehun mengangguk. "Setidaknya tidak mendapatkan ibunya, aku bisa mendapatkan anaknya."

"Shirreo. Aku tidak mau anakku mengurus kakek-kakek sepertimu."

"Aku akan tetap menjadi dokter tampan meski sudah tua."

Chanyeol menggeleng. "Kau langsung aku coret dari daftar menantu idaman."

"Tsk dasar."

Pria itu terkekeh. "Tapi tenang saja, aku tidak akan mencoretmu dari daftar orang yang menjaga istri dan anakku kelak."

Sehun tersentak.

"Kau maukan menjaga mereka bila aku sedang tidak bersama mereka?"

Sehun terdiam.

"Kalau karirku menanjak, aku yakin aku akan sibuk keliling dunia seperti boyband EXO. Nah, saat itu aku membutuhkanmu sebagai penggantiku."

"Chanyeol-ah."

"Hanya menjaga ya, bukan menggoda istriku." candanya.

"Aish jinjja." rutuk Sehun.



Yoona keluar kamar setelah berkutat dengan buku catatan medisnya dan menemukan Joy sedang menonton tv sambil belajar. Minggu ini Joy memang ingin tinggal bersama kakak iparnya itu. "Memangnya materinya masuk dikepala kalau sambil nonton tv?"

Joy tersenyum nyengir. "Aniyo, tapi kalau tv dimatikan aku jadi ngantuk."

"Majjayo." ujarnya bergabung dengan adik iparnya. "Sooyoung-ah, tolong ambilkan snack ditempat biasa."

"Oke."

Yoona melihat sekitarnya. "Kakakmu belum pulang?"

"Belum. Dia bilang ingin mengobrol dengan teman lama."

"Aah benar, dia mungkin sedang menemui Profesor Oh." gumamnya.

"Ini eonni."

"Gomawo."

"Menurut eonni bagaimana, kalau aku mengambil kedokteran juga?"

Yoona mengangguk setuju. "Sangat setuju. Woah rumah sakit tempatmu bekerja nanti akan beruntung mendapatkan dokter secerah dan semanis dirimu."

"Jinjja?"

"Nee. Dokter muda sekarang wajahnya tua-tua, bahkan ada yang terlihat tua dariku. Kau akan menjadi dokter cantik bila menjadi dokter."

Joy tersenyum bahagia. "Lalu, bagaimana eonni bisa jadi dokter?"

"Hmm. Aku mengambil beasiswa."

"BEASISWA?"

Yoona mengangguk. "Kau tidak tahu? Aku lulus kedokteran berkat beasiswa, Taeyeon juga beasiswa."

"Taeyeon eonni juga?"

"Hmm. Karena kami berdua berjuang sendiri untuk kuliah, jadi kami selalu rebutan beasiswa."

Joy tepuk tangan. "Eonni sangat hebat. Aboenim pasti bangga pada eonni."

Mendengar

You are reading the story above: TeenFic.Net