PART 7

Background color
Font
Font size
Line height

Kadang ada perasaan yang tidak akan bisa kau paksakan sebanyak apapun pengorbanan dan sebanyak apapun ketulusan yang kau berikan

Vote Sebelum dibaca

#Happy Reading"

*********

Dalam hidup, ada hal yang datang dengan sendirinya, dan ada hal yang harus diperjuangkan dahulu untuk mendapatkannya.

Begitulah yang dilakukan Siwon, memperjuangkan Yoona yang dianggapnya sangat berarti, meski terkadang dia justru mendapat upah luka setelah sekian jauh berjalan kaki, dengan telapak yang tanpa alas.

Namun pria itu bertahan, dia meyakini, jika dia harus mencari apapun yang baik, benar, indah dalam masa hidup yang dijalaninya.

Dia harus melepaskan tenaga, mengorbankan waktu, melakukan sesuatu dan menguatkan perasaan jika ingin keinginan kuatnya untuk bersama Yoona teraplikasi.

Seperti yang dilakukanya, sering mengikuti Yoona secara diam-diam, memperhatikan Yoona diam-diam, melindungi dengan cara tersembunyi. Hanya terkadang dia harus menelan kekecewaan saat justru Yoona terbebani dengan segala kepeduliannya.

Mereka hanya melewati sedikit waktu untuk berdua,yang terkadang terlihat jika semua itu tidak adil untuk Siwon. Dia hanya akan memiliki waktu dengan Yoona saat gadis itu berada pada emosi yang baik, yang mengerti atas asas hubungan mereka.

Selain itu, Yoona akan seperti malam lalu, membuatnya hanya mengikuti langkah dari belakang, kemudian akan diangkat wanita itu saat menghangatkan tangan Siwon di dalam coat itu. Kemudian akan dijatuhkan kembali setelah beberapa hari berlalu mungkin

Meski itu sangat singkat, tetapi Siwon menikmatinya, menikmati waktu berdua dengan Yoona meski waktu berdua itu terkadang hanya akal-akalan Siwon untuk bisa menghabiskan waktu dengannya.

Mengorbankan banyak hal

Mengorbankan waktu untuk selalu bisa mengikuti Yoona kemanapun

Mengorbankan perasaan saat orang tuanya begitu gencar untuk memaksanya mengakhiri pernikahan dengan Yoona.

Mengorbankan hati juga saat harus menjadi korban Yoona dan Dong Wook ketika duduk berdua dan menjadi pasangan kekasih

Lalu di mana tempat yang tepat dan layak untuk Siwon?

Yoona dan Dong Wook?

Pasangan kekasih?

Manusia sialan mana yang mau menyebut itu sementara Yoona memiliki kekasih yang memiliki kebohongan besar dan dosa besar yang seharusnya ditebusnya kepada seorang wanita. Dan Yoona masih merupakan istri seseorang hingga saat ini.

Tetapi pada titik tertentu, pada titik di mana Yoona tetap mengatakan tidak dengan rasa cintamu, Siwon. Maka pada titik itu kau harus sadar bahwa, akan ada perasaan yang tidak bisa kau paksakan, sebesar apapun yang sudah kau korbankan.

Siwon.
Pria itu berdiri kokoh di dalam bangunan rumahnya yang dulu dihuninya dengan Yoona, memandang kaca besar di sana. Ke arah luar untuk menatap saat lelehan salju itu turun hingga permukaan tanah rumahnya, meratap saat harus mengingat jika Yoona adalah wanita yang dicintainya sangat menggilai yang namanya salju.

Wanita itu gemar bermain salju setiap musim itu tiba. Membayangkan jika wanita itu sedang berada di antara lelehan salju itu. Membayangkan Yoona berada di sana sempat membuatnya tersenyum yang justru berujung pada kepahitan.

Kepahitan dan kedinginan yang membuatnya selalu bertahan untuk berdiri di depan kaca itu. Mengabaikan waktu yang terus berlalu, menikmati alkohol di atas meja dekat dengan kakinya berdiri.

Tubuhnya bahkan mengabaikan rasa lelah pada kakinya yang bisa berdiri selama itu di sana. Sesekali ditatapnya lingkaran kecil di jarinya. Dia lupa akan rasa dingin yang justru membuat tubuhnya meriang dan suaranya mulai serak.

Sesekali juga mata itu beralih pada i-Phone di meja, berharap ponsel itu akan menyala dan layar itu akan menampakkan nama Yoona sebagai penelepon atau pengirim pesan.

Namun tetap saja seperti sebelumnya. Meski telah mengirimkan banyak pesan sebagai sebuah kepedulian, dan Yoona hanya akan menjawab kata 'terimakasih'. Sebuah kata, bagi dua orang manusia yang berada pada status hubungan yang sangat jauh.

Tentu saja Siwon, hanya karena kau menang sekali dari Dong Wook beberapa waktu malam lalu, bukan berarti itu bisa menjadi alasan bagi Yoona dengan berubah haluan hati dalam seketika.

Dan kau harus menyadari, saat ini kau hanya memiliki raganya. Tetapi tidak dengan hatinya.

Kau harus mulai berpikir Siwon, saat ini kau sedang memperjuangkan cinta yang membuatmu bahagia, tanpa menyadari jika Yoona yang kau perjuangkan tidak bahagia ketika kau memperjuangkannya.

Kau egois jika hanya mengharapkan sesuatu untuk membahagiakanmu, namun cenderung memaksa perasaan Yoona sebagai pihak lain yang kau perjuangkan.

Hingga benar-benar lama, siang dan melelahkan, barulah Siwon menyadari jika belakangan ini dirinya sangat mengabaikan kesehatan lantaran terlalu sibuk mengikuti Yoona.

Menyadari jika dia menjadi pria yang suka minum dan perokok semenjak haru menelan pil pahit jika matanya harus melihat Yoona dengan pria lain.

Menjadi pria dengan kesehatan buruk yang pasti berdampak pada keadaan di sekelilingnya, hal itu yang membuatnya perlu memeriksa kesehatan.

Selain alasan meriang di tubuhnya saat ini, dia juga perlu memeriksa tenggorokannya, kenapa belakangan ini sering terasa gatal. Dan mungkin juga efek dari dia yang menjadi pecandu alkohol dan rokok.

Itu adalah alasannya untuk mendatangi rumah sakit sendiri meski memiliki seorang istri, dia ke sana setelah pulang bekerja.

Mengikuti perawat membimbingnya setelah melakukan administrasi, membawanya pada sebuah ruangan bersih nan rapi.

Pria itu bergaya biasa dengan hanya menggunakan kemeja putih yang dibulusdalamkannya, menenteng ponsel tipisnya kemudian memasuki ruangan sang dokter untuk menjelaskan keluhannya.

Sekilas dia masih ingin berdecak kagum dengan ruangan yang tidak perlu dikatakan mewah, dia berdecak untuk penataan ruangan serta kebersihan ruangan itu.

Setelah perawat yang mengantarnya tadi keluar, Siwon melihat seorang berjas putih yang membelakanginya, yang bisa dipastikan Siwon belumlah menyadari kehadirannya.

Dokter yang duduk di kursi, dan tangan yang bergerak-gerak pelan, entah sedang melakukan apa.

Untuk tidak terlihat berperilaku tidak sopan, Siwon nyaris menyapa sebelum menelannya kembali ketika dokter itu berdiri tiba-tiba, menutup mulut dan kemudian beralih pada salah satu ruangan di dalam sana, ruangan yang diprediksi Siwon sebagai kamar mandi.

Siwon menelan saliva, merasa jijik dalam beberapa waktu mendengar bagaimana suara dokter itu dari dalam kamar mandi, muntah-muntah dalam waktu lama yang sebenarnya tidak mengeluarkan apapun dari mulut selain hanya air liur sendiri.

Dan begitulah, menjadi dokter tidak menjadi jaminan setiap dokter selalu bisa menjaga kesehatan, right?

Cukup lama di dalam kamar mandi, sempat membuat Siwon nyaris mati kebosanan dan bahkan mulai menduga-duga apa yang mungkin sedang dilakukan dokter itu di dalam sana.

Penasaran, Siwon menciptakan langkah mendekati pintu, mengumpulkan keberanian sebelum mengetuk. Dan beberapa saat berlalu, Siwon mengangkat tangan untuk mengetuk.

Belum sampai tangan itu mengenai pintu, sudah lebih dahulu pintu itu ditarik dan dibuka pemilik ruangan

"Aku terkejut"

Pekik dokter yang baru saja membuka pintu, terkejut luar biasa dengan kehadiran sosok di depan pintu itu. Mengelus dada yang kemudian justru merasa aneh dengan pria di depan itu.

Yang hanya diam dan memandanginya sangat lama. Dokter itu mengamati pakaiannya. Atau bahkan roknya yang mungkin miring atau semacamnya, siapa tau itu alasan mengapa pria itu seperti batu yang terus diam di depannya.

"Kau bisa melubangi tubuhku dengan tatapanmu Tuan"

Suara dokter itu menyapa yang mengejutkan Siwon, membawa kesadarannya kembali pulang setelah sekian lama termangun memandang dokter yang tadi memasuki kamar mandi itu.

Menyadarkannya setelah membuang waktu untuk mengagumi salah satu ciptaan Tuhan di hadapannya.

"Kau akan terus berdiri di sana atau mau berkonsultasi sekarang?"

Tanya sang dokter yang membuat Siwon mengingat kembali tujuan awalnya datang kemari. Dan sang dokter hanya bisa membuang napas panjang, seharusnya dia tidak harus terkejut melihat pria itu berreaksi seperti itu saat pertama kali melihat wajahnya.

Dari sekian orang yang pertama kali melihatnya memang, sebagian besar akan lebih dahulu terkejut. Mereka terkejut atau terpesona dengan kecantikannya.

Well, itu salah satu rahasia umum. Dia sering menjadi objek bulan-bulanan wanita ketika pasangan mereka akan memandangnya hingga mata mereka nyaris keluar. Memuja cantiknya mungkin.

"Sorry"

"Lupakan"

Ucap sang dokter, berjalan menjauh dari Siwon yang kemudian membawa langkahnya untuk mengikuti sang dokter.

"Duduklah"

Ucapnya, diikuti Siwon duduk di depan mejanya. Dan pria itu sudah bergaya biasa. Berreaksi seharusnya menjadi seorang pasien menghadapi dokter. Hal tadi hanya sebuah keterkejutan sementara untuk seorang pria yang melihat wanita cantik.

Itu hal biasa.

"Apa yang bisa saya bantu untuk anda tuan?"

"Tidakkah seharusnya anda yang menebak bantuan apa yang saya butuhkan dari anda, setelah melihat wajah saya. Dokter?"

Tanya Siwon yang justru ditanggapi dokter itu dengan kekehan singkat, pria di depannya cukup menyebalkan untuk ukuran pasien.

"Saya dokter, bukan peramal"

"Apa kau mendengar aku mengatakanmu peramal? Apa aku terdengar sedang membahas ramalan Perang Dunia ke III 13 Mei?"

Dokter itu sempat membuka mulut lebar dengan nada sindiran pria itu, dan bagaimana bisa pria itu menggunakan bahasa informal padanya di dalam sebuah rumah sakit

"Sudah pasti aku kemari untuk diperiksa, masihkah kau perlu bertanya tujuanku kemari?"

Kembali mendengar nada informal, pada akhirnya dokter itu memutuskan melawan dengan cara yang sama.

"Aku tidak bertanya tujuanmu. Orang idiot mana yang tidak tau jika orang mendatangi dokter seperti ini sudah pasti untuk segala hal berbau penyakit dan kesehatan. Aku bertanya apa yang bisa ku bantu tuan"

Tekan dokter itu dengan tatapan kesal yang pada akhirnya membuat Siwon terkekeh, dia berhasil melampiaskan kekesalan. Setidaknya dia bisa sedikit tertawa.

"Apa kau mendengar aku sedang melawak atau semacamnya?"

Kesal dokter itu lagi, memandang tidak percaya pada Siwon yang masih betah pada tawa, tanpa peduli dengan sang dokter yang berada pada puncak kekesalan.

"Sangat lucu"

Pasrah sang dokter saat menyadari Siwon tidak akan diam, dia memilih untuk mengabaikan. Persetan dengan pria itu, lebih baik dilanjutkannya makan tertundanya beberapa saat lalu.

Malas membaca data-data dan keluhan apa yang dituliskan Siwon di atas mejanya. Menyendoki potongan buah di sana ke dalam mulut kemudian mengunyah tanpa peduli dengan Siwon yang mulai berhenti dari tawa yang kemudian mengangkat tangan pada arahnya.

"Choi Siwon, panggil aku Siwon"

Oh, pria itu mengajaknya berkenalan.

"Kau mengajakku berkenalan setelah membuatku hampir mati kesal?"

"Anggap saja itu ospek perkenalan pada perkenalan barumu dokter"

Jawab Siwon tanpa menarik tangan dari hadapan dokter yang justru lebih memilih data Siwon di atas mejanya.

"Aku cukup mendengar bagaimana menyebalkannya ospek. Dan kau cukup menyebalkan seperti senior yang dirumorkan"

Ketus sang dokter yang kembali membuat Siwon terkekeh panjang, nyaris menarik tangan menyadari jika sang dokter tidak lagi berkenan untuk berjabat tangan dengannya.

"Dokter Yoo In Na, panggil dengan sebutan apapun sesuka hatimu selama itu bukan nama binatang"

Oh Yoo In Na.
Nama yang nyaris sama dengan istrinya.

Siwon mengangkat tangan kembali setelah sempat ditariknya, menjabat tangan dokter yang mengaku Yoo In Na tadi.

"Bagaimana dengan kelinci? Itu terdengar lucu"

"Itu nama binatang"

"Benarkah? Bagaimana dengan kodok?"

"Mengapa kau tidak sebut saja babi sekalian?"

Jawab sang dokter, sebuah candaan yang pada akhirnya berujung pada senyum diantara mereka. Tersenyum setelah cukup lama saling berdebat dan saling membalas kekesalan, meski Siwon selalu lebih sering menang banyak.

Melepas jabatan tangan, barulah In Na beralih fokus pada data-data Siwon dan membacanya baik-baik. Mengabaikan tatapan aneh Siwon pada sesuatu yang tadi dimakannya.

"Apa pekerjaanmu membuat dirimu stres?"

Tanya In Na sambil membolak balik data itu.

"Terkadang"

Jawab Siwon, menunggu In Na mempelajari data-data itu. Data yang diberikan sang perawat setelah melakukan pemeriksaan padanya terlebih dahulu sebelum mendatangi ruangan Yoo In Na

"Berapa banyak alkohol yang kau minum?"

"Terlalu banyak"

"Merokok membuatmu lebih baik?"

"Membuatku merasa sedikit tenang, tidak pernah lebih baik"

In Na hanya mengangkat bahu sebagai tanggapan, meletakkan kembali kertas yang tadi dibacanya kemudian beralih pada Siwon yang menatap buah di meja terus menurus

"Kau mau?"

"Kau tidak mati menghabiskan asam seperti itu? Kau yakin seorang dokter?"

Justru itu tanggapan Siwon, memandang ngeri pada buah itu terus menerus.

Mau kata dokter itu padanya?
Tidak taukah dokter itu bahwa dia sudah merasa ngilu pada giginya hanya dengan melihat buah itu saja.

"Kau mau ku suntik sampai kejang untuk membuktikan jika aku dokter?"

"Aku tak yakin kau seorang manusia, bagaimana bisa orang sepertimu menghabiskan makanan asam seperti itu"

Dengan polosnya pria itu memberi argumen yang justru membuat In Na tertawa, tawa yang tidak berani ditanggapi Siwon sebagai sebuah ejekan. Wanita itu memang tertawa karena merasa lucu.

"Kau sangat polos, siapa namamu tadi?"

Ucapa In Na diselang tawa besarnya, mengabaikan tatapan malas dari Siwon.

"Siwon.. Tuan Choi Siwon. Kau tidak seharusnya sepolos itu"

"Selucu itu?"

Tanya Siwon kesal, mengabaikan tahanan tawa yang dilakukan In Na setelah memandang wajah Siwon. Berdehem beberapa kali sebelum menetralkan kembali pikirannya.

"Baiklah, mari kita periksa keadaanmu. Berdoalah semoga kau tidak HIV, atau kanker atau semacamnya"

Ungkap In Na dengan tawa tertahan kembali, mencoba untuk menggandai kekesalan Siwon padanya.

Dilakukan wanita itu beberapa pemeriksaan ringan pada Siwon, dan disimpulkannya jika sebenarnya pria itu hanya mengalami sedikit gangguan pada liver lantaran alkohol yang terlalu banyak ditimbun pria itu setiap saat ke dalam mulut. Serta tenggorokan yang sedikit bermasalah lantaran rokok yang tiba-tiba dikonsumsi pria itu setelah sekian lama meninggalkan kebiasaan itu.

"Resep obatnya. Dan kurangi kebiasaan merokok pagi harimu. Dan alkoholmu sudah bisa kau hentikan"

In Na menyerahkan kertas di tangannya pada Siwon dibaca pria itu tanpa banyak bicara.

Lama membaca hingga tidak disadarinya jika dokter di depannya terus memandanginya, terutama jemari pria itu.

"Bagaimana rasanya menikah? Menyenangkan?"

Pertanyaan tiba-tiba dari In Na setelah wanita itu memandang lama jari manis Siwon yang dihias oleh lingkaran kecil berkilau. Pertanyaan yang memaksa kepala Siwon mendongkak dan sedikit tidak nyaman dengan pertanyaan itu.

"Begitulah"

"Begitu? Begitu seperti apa?"

Siwon hanya mengangkat bahu dan tersenyum berat sebagai tanggapan.

Oh, In Na masih terlalu penasaran bagaimana rasanya berkeluarga, bagaimana rasanya menikah dan bagaimana rasanya bahagia.

Oh begitulah, orang selalu mengatakan jika pernikahan adalah dua menjadi satu dengan porsi kebahagiaan yang keduanya tidak bisa habiskan jika berdua.

Tetapi seharusnya kau lihat dari sudut pandang Siwon, Dr.Yoo. Dia mungkin mengatakan hal berbeda dengan statement itu.

"Apa menikah tidak semenyenangkan yang diberitakan?"

"Menurutmu?"

"Sepertinya begitu. Ekspresimu mengatakan kebenarannya"

"Apakah pembahasan itu menjadi penting?"

"Tidak juga"

Jawab In Na, mulai menduga-duga hal yang mungkin dialami Siwon sehingga pria itu sangat enggan pembahasan tentang itu.

"Jika demikian apa alasanmu menikah?"

"Aku tidak menikah"

"Tidak?"

Tanya Siwon tidak percaya, lalu dugaanya sejak tadi jika In Na mungkin adalah salah satu dokter yang pada masa mengandung adalah salah?

Tetapi setahu pria itu, gejala yang tadi dilihatnya adalah gejala ibu ibu hamil.

Yang membuatnya percaya adalah ketika dokter itu memamerkan jemari, dan tidak ada cincin apapun yang menandakan jika dia sedang terikat hubungan dengan siapapun

"Lalu?"

"Muntah dan buah?"

In Na tersenyum ketir melanjutkan pertanyaan dari Siwon.

"Haruskah aku menjelaskan sepanjang itu? Kau tidak bisa menyimpulkan sendiri?"

"Mungkin sudah waktunya bagimu menikah"

Bagus Siwon
Itu kata lain jika kau paham apa yang sedang dijelaskan dokter itu padamu secara tidak langsung. Dan In Na hanya tersenyum sebagai tanggapan.

"Dia tidak mau bertanggung jawab?"

"Apakah kau sungguh berpikir jika yang disebut pertanggungjawaban dari kejadian seperti yang ku alami harus dengan menikahi?"

In Na terkekeh pada pertanyaanya sendiri, dua kalinya dia menertawakan kepolosan Siwon. Mereka tidak tau jika mereka asing untuk pembicaraan sejauh itu.

"Kau lahir di zaman apa? Tanggung jawab tidak harus dengan pernikahan"

"Dia butuh seorang ayah"

"Dia memilikinya sejak ada di dalam perutku, tetapi itu bukan berarti aku harus memiliki seorang suami"

"Lalu kenapa kau harus bertanya bagaimana rasanya menikah padaku"

"Jadi itukah yang kau lakukan? Menciptakan sebuah komitmen dengan seseorang hanya karena dasar tanggung jawab?"

Justru In Na yang kembali menciptakan topik baru yang membuat pria di depannya kehabisan kata.

"Dari sebuah kata tanggung jawab, dan tidak akan ada yang tau jika itu akan mengubah keadaan menjadi sebuah komitmen"

"Lalu ada apa dengan ekspresi itu"

"Kau dokter atau psikiater?"

"Apapun yang kau pikirkan"

Jawab In Na saat terang terangan Siwon mengatakan jika wanita itu selalu bisa membaca ekspresinya dan selalu tepat dengan yang terjadi.

Yoo In Na kembali membesarkan mata padanya, seolah menuntut untuk menjawab pertanyaanya yang pertama.

"Tidak semanis itu. Terkadang sepat, hanya rasa pahit itu akan menguap karena alasan cinta. Membuat bertahan dan menahan sakit. Ya, cinta sesungguhnya perlu pengorbanan"

Jawab Siwon, yang ditanggapi In Na dengan kekehan kembali.

"Ya, komitmen adalah alasan paling baik untuk berkompensasi"

Dilanjutkannya untuk mengangguk, bukan untuk mengejek sebenarnya, hanya sebuah bentuk ketidak percayaannya dengan pria di depannya. Menurutnya itu tidak lagi pada kategori pengorbanan tetapi kebodohan.

"Aku tidak percaya jika kau bertahan untuk wanita yang tidak menginginkanmu"

"Aku percaya kau mengatakan itu jika yang kau andalkan hanya tentang rasionalitas dan juga logikamu. Kau tidak harus punya alasan untuk mau menjadi seonggok daging di depan seseorang jika kau sungguh

You are reading the story above: TeenFic.Net