Harry POV.
jantungku bekerja lebih cepat dari sebelumnya ketika aku bertemu dengan bibirnya. Aku bisa merasakan air hujan yang turun di bibirnya.
Entah setan apa yang sedang merasuki dirinya saat ini,ia membalas ciumanku yang membuatku sedikit heran dan senang bersamaan.
"Harry." Ia memanggilku di tengah-tengah ciuman kami. Deru nafas kami bersahut-sahutan seiring dengan degupan jantung kami.
Ia menatap ku dalam-dalam lalu ia memelukku dan kepalanya berada di dadaku. "How's good?" Aku berbisik kearah rambutnya.
Ia mengangkat kepalanya setelah aku berbisik. Ia menyipitkan kedua matanya lalu memukul lenganku, "jangan berharap lebih kau!" Balasnya yang kedua lengannya masih mengait di tubuhku.
Tak lama,ide licik ku pun bermunculan. Aku mengangkat tubuh Ashlyn berada di bahuku dan aku memutar-mutarkanya sehingga ia berteriak histeris dan memukul-mukul punggungku.
"Harry!" Jeritnya.
"Jangan teriak di dekat kuping ku Ash!". Lalu ia tertawa. Aku tidak tahu mengapa aku sangat suka membuatnya tertawa. Aku menurunkannya dan memeluknya dengan erat. Ia masih tertawa bersama dengan datangnya suara hujan.
Aku terdiam. Memandangi perempuan di hadapanku yang sedang menatap ku juga. Air hujan sudah mengguyur tanah sedari tadi. Semakin lama semakin deras, Yang membuat ku tersadar akan baju yang kukenakan menjadi basah.
Aku mengalihkan pandanganku kepada Ashlyn. Kulihat baju yang ia kenakan juga basah. Rambut brunnette yang tadinya bergelombang kini menjadi lurus karena terkena air hujan.
"Sepertinya kita harus kembali kedalam." Ucapnya. Aku melepaskan pelukanku dan memegang tangan Ashlyn.
Ia tertawa. Aku menyukai setiap suara ketika ia tertawa. Ia melepaskan kedua tanganku. "Ayolah. Tuan Harry yang genit." Ia menarik satu lenganku.
"Jangan sebut aku genit." Aku menggeram dan memutarkan kedua bola mataku.
"Itulah kau." Jawabnya masih menarik lenganku untuk masuk ke dalam flat. Aku menghela nafas terlebih dahulu lalu berjalan mengikuti Ashlyn.
Saat sampai di depan pintu flat ku, Ashlyn menatapku dengan tatapan bingung. Aku mengkerutkan alisku dan langsung menghampirinya. "ada apa?"
Ia terlihat berpikir dahulu sejenak lalu ia memegang gagang pintu dan membukanya dengan sangat lebar, tetapi ia tidak masuk melainkan hanya berdiri seperti orang bodoh.
"Bagaimana cara kita masuk sedangkan baju kita sudah basah kuyup seperti ini?"
Entah untuk berapa kalinya aku tertawa karena kepolosan Ashlyn. Tanpa basa-basi, aku langsung mengangkat tubuhnya di pundakku lalu membawanya ke dalam.
"Demi Tuhan, Harry! Jangan lakukan itu lagi!" Teriaknya tepat di sebelah kupingku. Bagus.
Ia memberontak agar aku menurunkan nya. Aku mengeratkan tanganku ke badan nya agar ia tidak terjatuh. Kakiku menendang pintu dari belakang sehingga tertutup kembali.
"Harry, ayolah. Turunkan aku."
Aku melepaskannya setelah aku sudah sampai di kamarku. "Idiot." Ia memutarkan kedua matanya lalu langsung berlari menuju kamar mandi.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala ku dan segera menuju lemari ku untuk mengambil berberapa baju yang akan ku pakai untuk konser malam ini.
Saat di tengah aku memilih baju, aku mendengar suara pintu terbuka. Mataku tertuju kepada pintu kamar mandi yang sebelumnya Ashlyn masuki.
Mataku terbelak. saat menyadari Ashlyn keluar kamar mandi hanya dengan handuk yang menyelimuti tubuh nya. Sialan.
"Sialan." Ia tampak menyadari pandanganku. Pipinya berubah menjadi merah.
"Seharusnya kau sudah terlebih dahulu memakai pakaian sebelum keluar dari kamar mandi, Ashlyn." Aku tersenyum miring.
Aku melangkahkan kakiku kearah Ashlyn. Ku pandangi seluruh sudut mukanya. Rambut dan wajahnya masih terlihat basah dan Ia terlihat gugup saat melihat ku masih berada di kamar.
"Harry! Ayolah, para fans sudah berada di depan flat kita dan se--" Ocehan nya terhenti saat ia mendaratkan matanya kepada seseorang yang berada di sebelahku sekarang, Ashlyn.
Dengan cepat tanganku langsung menarik nya kebelakang badanku, sengaja menutupinya dari Niall.
"God! Maafkan aku. Aku tidak tahu bahwa kalian sedang melakukan itu-" Lanjutnya sambil menutup mukanya dengan satu tanganya tetapi ia masih membuka celah celah di antara jarinya sehingga ia masih dapat melihat jelas. Stupid Horan.
"Niall, bisakah kau mengetuk dahulu pintu sebelum masuk?" Teriak Ashlyn dari belakang ku.
"Sebentar lagi aku akan keluar, masih banyak yang harus di siapkan." Ucap ku kepada Niall sambil memberi tatapan membunuh untuk keluar sekarang juga.
Tampaknya ia mengerti dengan tatapan ku, dengan segera ia keluar dari kamar dan menutup pintu dengan rapat.
Ashlyn POV.
Aku menarik nafas dengan lega saat Niall telah keluar dari kamar Harry. Bisakah ia mengetuk pintu dahulu sebelum masuk? Oh, sepertinya orang-orang di bumi tidak diajarkan sopan santun?
Aku tidak yakin jika Niall bisa lulus dari sekolah dasar. Lihat saja tingkah laku nya, ia tidak bisa duduk dengan tenang dalam sepuluh menit.
"Ash," Aku sedikit terlonjak saat seseorang memegang pundak ku. Aku memutarkan kepalaku ke belakang dan terdapat Harry sedang memperhatikan ku dari atas sampai bawah.
"Apakah kau yakin jika akan keluar menggunakan ini?" Ia mendaratkan matanya ke arah dada ku. Aku menundukan kepalaku dan aku baru tersadar jika aku hanya memakai handuk.
Aku mengangkat kepalaku dan kulihat Harry tersenyum jahil ke arahku.
Dengan sekali gerakan, aku mengambil baju yang sebelumnya aku siapkan di pinggir kasur Harry dan berlari menuju kamar mandi.
Kulihat Harry mengejarku dari belakang, tapi aku sudah berhasil menutup pintu terlebih dahulu.
"Kau terlalu muda untuk ini." Aku tertawa kecil, dan memakai pakaian yang aku bawa kekamar mandi.
Dengan cepat, aku memakai baju ini dan memakai sebuah alat untuk mengeringkan rambutku. Kulihat wajahku didepan cermin, aku tersenyum dan memegang punggung dimana sayapku lenyap.
"Ashlyn? Kau mau aku tinggal?" Ketukan dari luar membuat Ashlyn sedikit terkejut dan cepat cepat keluar.
"Aku sudah sia--" Mulutku menganga sedikit. Terpampang jelas ia sudah memakai pakaiannya. Ia terlihat lebih baik dari sebelumnya. Dan kau tahu ... ia sangat tampan
"Sudah? Okay ayo kita pergi."
***
Kami memasuki pesawat untuk pergi ketempat yang lain. Kau tahu, Harry bilang kami akan pergi ke Paris.
Ibuku bilang, Paris adalah tempat yang indah, sangat indah. Ibu yang berkata seperti itu. Aku tidak sabar untuk pergi kesana.
"Apakah perjalanan ini butuh waktu yang panjang har?"
"Yap dan akan lebih baik jika kau beristirahat terlebih dahulu."
"Baiklah."
Aku duduk disebelah Harry dan ia memberiku sebuah buku. Buku berukuran sedang dan sedikit agak usang. Mungkin ini buku favorit nya sejak kecil?
Aku akan menjaga buku ini baik-baik. Ini adalah barang pertama yang ia berikan padaku. Secara tiba tiba.
-
-
-
-
double chapter for you all !!.xx
You are reading the story above: TeenFic.Net