17

Background color
Font
Font size
Line height

Sorry for any typos,enjoy !

Ashlyn POV

Sakit.

Hanya itu yang kurasakan saat ini. Aku sama sekali tidak menyangka kalau Harry akan berkata seperti itu. Aku sekarang sangat menyesal karena mengambil tugas bodoh ini.

Mengapa aku terlahir seperti malaikat, Ibu? Mengapa aku tidak bisa menjadi manusia biasa dengan kehidupan normal?

"Hei, mengapa kau menangis?"

Aku menengok kearah sebelah kanan ku dan menyadari bahwa aku masih di dalam mobil. Kurasakan air mataku sedari tadi sudah membendung di dalam kelopak mataku.

Aku mengedipkan mataku lalu air mataku mengalir di pipiku, dengan cepat aku langsung menghapusnya dengan telapak tanganku.

"Jika kau tidak mau memberi tahu ku, it's okay. I understand." Ucapnya lagi.

Aku hanya memberinya senyuman hangat dan ia tampaknya sangat mengertiku. Aku menundukan kepalaku kebawah dan melihat celana jeans yang sudah kotor.

Aku melihat ke arah kaca mobil ini dan terlihat diriku di cermin, sangatlah kacau. Rambutku yang sudah mulai berantakan, mata dan hidungku yang sangat merah sedari tadi karena aku tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata.

Aku menguncir rambutku menjadi buntut kuda. Sedikit berantakan, tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya.

"Umm, sebelumnya siapa namamu, Non---"

"Ashlyn." Ucapku memotong perkataanya.

Ia tersenyum lebar kepadaku, "Beautiful name. I like it." Jawabnya sambil tertawa kecil, aku ikut tertawa denganya. "Oh iya, namaku Max James, call me James." Ucapnya lanjut, aku menganggukan kepalaku.

"Okay Ashlyn, dimana kau tinggal? Aku tidak keberatan sama sekali untuk mengantarkanmu."

Senyum yang sedari tadi tertampang di wajahku pun memudar. Aku baru ingat jika aku sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi.

"Apakah kau mau tinggal di apartmentku dulu? Sepertinya kau sedang banyak pikiran." Ucapnya tanpa melihat kearahku melainkan hanya memandang ke jalan.

Ucapannya membuatku mengangkat kepalaku dan menatapnya. Ia tampaknya menyadari pandanganku lalu menoleh kearahku.

"Tapi---"

"Ayolah, aku sangat tidak keberatan jika harus menerima tamu cantik sepertimu." Ucapnya.

Aku memutarkan kedua bola mataku.

"So, apakah kau mau?" Tanyanya disertai senyuman giginya. Aku menganggukkan kepalaku dengan malu. Ibu, tolong pastikan kali ini aku tidak bertemu dengan orang yang jahat padaku lagi.

--------------

James memarkirkan mobilnya di depan pintu apartment yang sangat besar dan megah. Sepertinya ia anak dari pengusaha terkenal. Lihat saja disamping mobil yang telah kunaiki, terdapat mobil-mobil sport di sebelahnya yang kuyakini itu miliknya.

Saat sedang berjalan masuk ke dalam lobby apartment, terdapat dua pegawai yang menyapa.

"Good night, Sir." Ia hanya tersenyum tanpa melihat kearah dua pegawai itu dan aku tersenyum canggung kepada dua pegawai James lalu mengikutinya dari belakang.

Aku dan James telah masuk ke dalam lift, lalu ia menekan tombol lantai dimana apartmentnya berada.

"Ash, tadi aku melihatmu dan Harry berada di bar bersama. Tapi mengapa kau pergi mendahului Harry?" Tanyanya padaku.

Shit, baru saja aku ingin menghapus wajahnya dari pikiranku, tapi aku sudah kembali untuk mengingat wajahnya. Apa yang harus ku jawab saat ini? Apakah aku harus jujur, atau berbohong?

Aku mengaitkan jari jemari ku di bawah. "Emmm..." Jawabku sambil menggigit bibir bawahku.

"Okay, aku menyuruhmu untuk menjawab, bukan menggodaku dengan bibir mu."

Aku membulatkan mataku lalu meninju lengan nya dengan keras. Ia tertawa denganku, tanpa disadari dering pintu lift ini terbuka. Dengan segera aku dan James keluar dan berjalan di lorong apartment.

Ia berhenti tepat di depan salah satu kamar, lalu ia mengambil sebuah kunci dan membukanya, aku berjalan masuk setelahnya.

Ruangan masih sepenuhnya gelap, hanya terdapat cahaya di ujung dari jendela apartment. Tak lama, James menyalakan seluruh lampu ruangan dan terlihat seluruh ruangan yang megah.

Terdapat perapian di depan sofa besar. Terdapat cenderamata yang sangat mahal di atas meja. "Make yourself comfy." Ia berkata sambil mengarahkanku untuk duduk di sofa.

Aku berjalan kearah sofa lalu duduk tepat di sebelahnya.

"Ash, apakah kau keberatan jika aku menanyakan tentang kalian berdua?"

"Sebelumnya, apa kau bisa berhenti memanggilku dengan sebutan 'Ash'? Itu membuatku tidak nyaman." Setiap kali aku mendengar namaku dengan sebutan 'Ash', bayangan Harry selalu menerkam kepalaku, dan itu membuatku gila.

"Sorry," ucapnya.

"Alright, maksud dari pertanyaanmu itu siapa?"

"Kau dan Harry."

"Uh, ya." Aku menghembuskan nafas beratku lalu menyenderkan punggungku ke sofa dan memejamkan mataku sebentar.

"jika kau tidak mau bercerita, aku tidak memaksamu. Jika kau ingin beristirahat, itu kamarmu." Ucapnya sambil menunjukan pintu kamar dengan ujung jari nya.

Saat ia hendak berdiri, aku langsung menarik lenganya sehingga ia kembali duduk seperti sebelumnya." Apakah kau ingin bercerita?" Tanyanya, aku menganggukan kepalaku lalu melihat kedua matanya.

Aku menceritakan seluruh kejadian bagaimana aku bisa bertemu Harry dan kejadian saat di bar itu. Tapi, aku tidak lupa untuk menutup satu hal yang tidak diketahui semua orang, bahwa aku adalah malaikat.

"Dan setelah itu datang seseorang dan ia menyuruhku untuk masuk ke dalam mobilnya lalu--" ucapanku terpotong karena James memasukan seluruh sisa bubuk biskuit kedalam mulutku.

"Kau ini sengaja mengejekku atau apa, hah?" Ucapnya sambil memeletkan lidahnya kepadaku.

Aku memuntahkan seluruh biskuit yang berada di mulutku tepat di celana jeans nya."

"Hah! Rasakan itu Max James!" Teriaku lalu tertawa sangat kencang.

"Ashlyn, oh my god!" Ucapnya lalu tertawa kencang bersamaku.

----------

Aku memasuki kamar yang berada di apartment James ini. Saat hendak menekan kenop pintu, seseorang memegang pundakku dan membuatku kaget lalu menoleh kearah belakang.

"Goodnight, Ashlyn."

"James, kau membuatku kaget setengah mati." Ucapku sambil mengatur kembali nafas ku, ia hanya terkekeh lalu berjalan kembali kearah pintu kamarnya.

Aku menghela nafas panjang lalu masuk ke dalam kamar. Mulutku terbuka melihat sekeliling kamar ini. Ini sangat besar dan dua kali lipat lebih besar dari kamar Harry. Shit, Ashlyn. Mengapa kau selalu mengingatnya?

Tanpa basa-basi aku langsung melemparkan tas ranselku ke bawah lalu menghempaskan tubuhku ke kasur ini. Pandanganku mengarah kepada dinding diatas.

Apakah aku masih mampu menjalankan tugas ini, Ibu?
Akankah Harry kembali kedalam hidupku lagi, Ibu?
Aku pikir menjadi malaikat pembawa kebahagiaan itu mudah. Tapi, mengapa sebaliknya?

Aku memejamkan mataku dan tak terasa air mataku mengalir di pipiku, tapi dengan segera aku menghapusnya dari wajahku.

Baru kusadari jika terdapat kaca jendela yang sangat besar tepat di sebelah tempat tidurku. Aku bangkit dari kasur lalu membuka seluruh tirai jendela.

Aku membulatkan kedua mataku saat melihat keindahan malam hari ini. Aku menempelkan dahiku ke kaca jendela ini yang dingin lalu memejamkan mataku.

Aku menjadi mengingat dimana tak kalah indahnya kota Holmes. Saat itu, Harry dan aku menikmati setiap keindahan kota Holmes di balkon rumahnya.

Tapi kali ini aku akan menyelesaikan tugas ini dengan cara diriku sendiri. Karena aku tahu, Tuhan sudah membuat rintangan sesuai dengan kemampuan diri kita.

Aku merasakan mataku semakin berat sehingga aku membuka mataku lalu berjalan kearah kasur dan memejamkan kembali mataku. Dari semua hal yang telah aku alami, selama ini hanya satu hal yang ingin kutanyakan.

Jika Harry adalah orang yang tepat untukku, mengapa engkau jauhkan dariku?
-
-
A/N : I want to find someone hot in this fanfic so I already found him and he is Theo James as Max James.






You are reading the story above: TeenFic.Net