Fyi,cewe yang ada di mulmed itu Danielle Campbell as clarie,tau clarie kan? (Not Ashlyn)
Ashlyn POV.
Sekali-kali aku memejamkan mataku lalu terbuka kembali. Entahlah, ini sudah jam tiga di pagi hari dan aku masih tidak bisa tertidur sama sekali.
Mataku tertuju kepada tirai balkon di kamar Harry yang berterbangan karena hembusan angin pagi. Sepertinya Harry lupa untuk menutup jendela nya tadi malam.
Aku menoleh kesamping kiri ku, terdapat Harry yang masih terlelap. Tiba-tiba saja angin kencang memasuki kamar ini melalui jendela balkon membuat Harry menggeliatkan tubuhnya lalu tangan nya menarik selimut sampai lehernya.
Aku tersenyum,melihat nya tertidur dengan wajahnya yang damai membuatku seketika lupa akan kejadian yang berlalu tadi malam.
Tak mau membangunkan Harry,aku bangkit dari kasur dan berjalan kearah balkon. Hembusan angin menerpa wajahku sehingga rambut-rambut ku terhempas kebelakang.
Aku terdiam sebentar melihat keindahan kota Holmes Chapel dari atas sini. Aku sangat suka dalam keadaan seperti ini. Sunyi, tenang, hanya ada diriku dan pikiranku.
Meskipun matahari sudah mulai bangkit, lampu-lampu jalan masih tetap menyala,di setiap sudut kota orang-orang akan memulai aktivitasnya masing masing. Suara mesin, klakson mobil dan motor mulai terdengar jelas di telingaku.
Di saat seperti ini, aku jadi teringat kembali dimana aku pertama kali datang di Bumi dan terdampar di balkon yang dimana tempat aku berdiri sekarang. Aku tersenyum sambil memejamkan mataku mengingat kembali semua kejadian itu dan membiarkanya angin kencang menerpa mukaku.
Pikiranku melayang pada malam itu, dimana ia meminta izin untuk memelukku dan tanpa aba-aba, aku langsung memeluknya dengan erat. Harry langsung menangis dan terisak didalam pelukanku. Ia belum bercerita apapun tentang kehidupan 'real' nya. Aku tidak ingin memaksakanya karena pasti ada suatu hari ia akan melimpahkan semuanya kepadaku dan akan lebih baik jika aku menunggu.
Saat sedang memikirkan tentang kejadian itu, seseorang memanggil namaku.
"Ashlyn?" Aku menoleh kebelakang dan terdapat Harry dengan keadaan shirtless dan hanya selimut besar yang menutupi tubuhnya.
Aku tersenyum kepadanya,"kau sudah bangun ternyata," ia berjalan mendekat lalu berhenti tepat disebelahku.
"What are you doing in here? Its 03.00 AM."
Ia berbicara sambil menatap muka ku, tetapi sebaliknya aku tidak menatapnya. Aku masih melihat dengan takjub kehangatan kota di pagi hari.
"Just looking around. It's beautiful, right?" Jawabku.
Setelah aku berkata seperti itu Ia langsung memalingkan wajahnya kedepan melihat apa yang sedang kulihat sekarang. Ia bergumam pelan, tidak ada dari kita yang membuka pembicaraan, hanya terdengar suara angin yang menerpa rambut kita.
Aku menyilangkan kedua lengan ku di dada karena pagi sudah mulai menjelang, udara di sini pun semakin dingin,nampaknya, Harry melihat gerakan ku dan dengan sekali gerakan ia menarikku sehingga tubuh kita bertabrakan lalu ia menyelimuti tubuhku dengan selimutnya.
"But, you know what, Ashlyn? This view is not as beautiful as your face." Ucapnya tepat di belakang kupingku dengan suara khas nya yang serak. 'Here we go again Ashlyn.' Teriakku dalam hati.
Apa yang aku rasakan dua menit yang lalu tiba-tiba menjadi sebaliknya,udara di sini menjadi seketika panas ketika ia berada di dekatku. Aku bisa merasakan kedua pipiku memanas. Aku berusaha sebaik mungkin tidak terlihat dengan Harry tapi sayangnya salah satu tangan Harry memegang daguku untuk menaikan kepalaku ke atas.
"Owww, someone blu--sh.."
"Tidak."
Belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, tanganku sudah mencubit perut Harry.
"Shit, Ashlyn." Aku tertawa dan meminggirkan sebagian rambut Harry yang menutupi jidat nya,setelah itu ia melakukan hal yang sama kepadaku.
Ia menatap kedua mataku dan dengan cepat ia menempelkan bibirnya tepat di jidatku. Aku tertawa melihatnya, entah mengapa aku sangat suka tertawa,entahlah apa ini bawaan atau tidak. Dan secara tiba-tiba Harry pun ikut tertawa denganku.
Now we're weird.
"Maafkan aku,jika saat di rumah sakit aku telah bertingkah kasar." Ucapnya sangat menyesal, kutatap kedua matanya lalu tersenyum,
"It's okay. Now everything is gonna be alright?" Ucapku.
"Alright." Ia tersenyum dengan menampilkan deretan gigi nya yang rapih, ia memeluku dengan erat sehingga selimut yang kita gunakan pun jatuh, udara dingin langsung mengenai kaki telanjang ku.
Aku berusaha untuk keluar dari pelukan Harry tapi hasilnya ia lebih kuat dibanding ku.
"Harry!" jeritku tepat di depan mukanya, bukanya ia melepasku, malahan ia tambah mempererat pelukanya.
"Harry, please." Ucapku menyerah. "No." Jawabnya dan langsung menggelitikku di pinggang. "Harry! Oh my god, stop it!" Teriaku lagi sambil meronta-ronta agar membuatnya berhenti.
"Harry!"
Seseorang berteriak dari arah pintu balkon ini yang membuat seketika aku dan Harry berhenti di tempat. Tepat di pintu balkon ini terdapat Gemma dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya. Harry melepaskan pelukannya dari ku lalu fokus kepada mimik wajah adik perempuan nya itu.
"Gemma?" Ucapku dan langsung berlari kearahnya lalu memeluknya. Tangisannya pecah saat berada di bahuku.
Harry POV.
"Gemma?" Ucap Ashlyn dan langsung berlari kearah Gemma dan memeluknya. Shit, whats wrong with her?
Aku berjalan mendekati Gemma yang sedang menangis di pundak Ashlyn. "Gemma,ada apa denganmu?" Aku memberanikan diri untuk menanyakannya, tapi Ashlyn memberi tatapan tajam kepadaku agar diam, tangan Ashlyn berada di belakang Gemma untuk menenangkan nya.
Raut wajahnya seakan tak bisa digambarkan betapa sedihnya ia saat ini. Dan itu membuatku semakin penasaran,"Seriously,what happen? Tell me." Tanyaku dengan nada yang datar,aku sedikit menahan amarahku.
"Mungkin kita akan membicarakan nya di dalam,tidak disini." Ucap Ashlyn sambil memegang pinggang Gemma agar masuk ke dalam kamar.
"No." Isak Gemma,sambil menahan tangan Ashlyn agar tidak membawanya kedalam.
"Okay,sekarang beri tahu aku apa yang terjadi!" Ucapku sedikit keras kepada Gemma, Ashlyn melebarkan matanya kepadaku, "Harry!"
Kulihat Gemma melepaskan gengaman nya dari tangan Ashlyn lalu menghapus sisa air mata yang berada di pipinya "Ha--rry.." Ia mengambil nafas terlebih dahulu,"He's back."
Rasanya seperti beberapa petir telah menyambar ku saat ini. Tanganku mulai berkeringat begitu juga badanku yang seketika kaku.
"Dimana dia sekarang?" Tanyaku sambil menatap muka Gemma dengan geram.
"Don't, please Harry." Ucap Gemma yang masih menahan air matanya.
Aku menendang pintu kaca balkon ini dengan sangat kencang. Aku tidak mendengarkan perkataan Gemma dan langsung menuruni anak tangga.
Dan sudah terlihat jelas laki-laki bajingan yang selama ini telah menghilang pun kembali yang membuat diriku ingin sekali menghajarnya.
Lelaki itu melihatku di ambang tangga,ia berjalan kepadaku sambil membuka lenganya lebar "Harry! Aku sangat merindukanmu."
Oh,You wrong Dad, I'm not your fucking child anymore. Batin ku.
Ia berhenti tepat di depanku. Lenganya masih terbuka lebar berharap aku akan memeluk nya. Tapi kejadian ini sebaliknya,tanganku langsung menarik kerah baju nya dan langsung menempelkan nya di dinding. "What the hell Harry!" Ia berteriak tepat di depan mukaku,so fucking lovely.
"Seharusnya aku yang menanyakan nya kepadamu! What the hell are you doing in here!" Teriaku, aku semakin mengeratkan tanganku di kerah kemejanya.
"I know Harry, I know. I don't deserve being in here but please give me a second chance, I always think about out family and You have to know that I love you as my son,always."
Perkataanya membuatku terdiam, entahlah aku harus berbicara apa saat ini. Aku sangat ingin memaafkan nya tapi disisi lain aku masih tidak rela apa yang ia telah lakukan. Ia melepaskan gengaman tanganku dari kerah bajunya lalu memegang kedua tanganku dengan erat.
"Please give me a second chance." Ia menatap dalam kedua mataku, matanya yang mirip denganku dan juga ibuku.
"No." Ucapku.
"Kenapa Harry? Apakah ada masalah?" Ia masih menggengam kedua tanganku, dengan segera aku melepaskan nya. Pikiranku tertuju kepada ibuku yang masih dalam keadaan koma di rumah sakit membuat kesalahan yang di buat ayahku semakin fatal.
"No, I can't." Jawabku dengan tegas, lalu menuju pintu depan rumah.
"Aku bisa membayar kehidupan kalian semua Harry. Kita bisa kembali bersama." Ia berjalan mengikuti ku dari belakang.
"Dad, apakah kau lupa aku siapa? Aku sudah menjadi sukses sekarang dan mungkin perkataanmu benar bahwa kita semua bisa bahagia."
Ia menaikan kepalanya keatas.
"Really?" Tanyanya.
"Yeah, without you."
You are reading the story above: TeenFic.Net