Sorry for any typos,enjoy :) !
Ashlyn POV.
Minggu pagi ini aku dibangunkan oleh beberapa ciutan burung di luar jendela. Mataku masih belum terbuka sepenuhnya. Tanganku menjalar di kasur ini untuk mencari tubuh besar Harry.
Tanganku terhenti saat merasakan kaus putih yang sering Harry gunakan setiap hari. Saat tanganku hendak menariknya, aku sadar bahwa itu hanyalah kaus saja, tanpa Harry yang memakainya.
Aku memaksakan kedua mataku membuka lalu mengangkat tubuhku menjadi duduk. Mataku memindai seluruh pojok kamar,masih mencari seseorang yang seharusnya sudah membuat kebisingan setiap pagi.
Terkadang saat aku bangun, Harry selalu menertawakanku. Ia memanggilku "Simba" karena rambutku seperti singa setiap bangun pagi. Tak kalah jahilnya, saat itu aku langsung terbangun karena ia menggelitikku habis-habisan dan saat aku hendak berjalan ke kamar mandi,tak sengaja aku melewati kaca lemari Harry lalu tersadar akan muka ku yang sudah menjadi buku gambar. Ia mencoretkan cat air berwarna-warni di mukaku.
Aku tersenyum mengingat hal-hal kecil seperti itu. Walaupun sederhana namun susah dilupakan untuku. Aku berharap, semoga aku masih bisa melihatnya tertawa dan tak lelah mendengarkan semua cerita yang menurutnya lucu tapi tidak bagi seberapa orang,termasuk aku.
kamar ini sepi, sangat sepi dari biasanya. Aku bergumam lalu merenggangkan tubuhku. Mungkin Harry dan lainnya sedang melakukan latihan pagi ini.
Aku menuju kamar mandi untuk melakukan morning routine-ku di dalam kamar mandi selama satu jam. Entahlah, aku lebih suka untuk berendam di air panas karena membuatku relax dan menghilangkan semua beban di pikiranku.
Setelah aku berganti pakaian,aku mendengar suara benda jatuh seperti suara besi dan suara itu berasal dari dapur.
Sepertinya hanya aku yang berada di flathouse ini. Kulihat seisi ruangan sepi dan tidak terlihat the boys dan yang lainya berlalu-lalang di dalam rumah.
Saat aku sedang berjalan ke arah dapur, aku mendengar kembali suara gelas yang pecah. Aku mempercepat langkah ku menuju dapur.
Aku terhenti saat aku melihat susu yang mengalir dari arah dapur, aku memperlambat jalanku. Aku menaikkan tumitku sehingga sekarang aku berjalan jinjit sambil mengendap-endap, punggungku menempel di dinding
Keringat jatuh ke pelipis ku, kedua telapak tanganku mulai berkeringat. Aku mengambil tongkat sapu yang berada di depanku lalu memegangnya dengan erat di atas kepalaku.
Suara langkah kaki berjalan semakin dekat ke arahku, aku sudah bersiap untuk keluar dari tempat persembunyian ku. Dalam sekali gerakan, aku langsung keluar dari belakang dinding yang besar.
"Ashlyn?" Sial.
Aku terdiam sebentar lalu menoleh kebelakang, "Sedang apa kau disini?" Tanyanya lagi. Wtf, itu hanya Niall.
Aku menghembuskan nafas ku, ia melihat kearah tongkat sapu yang masih ku angkat diatas kepalaku lalu turun kebawah muka ku sambil menaikan satu alisnya.
"Eh? U--h, menyapu?" Jawabku. Jawaban yang sangat bodoh, Ashlyn.
Dengan menyadari pandangannya, aku dengan kaku menurunkan tongkat sapu yang berada di atasku ke bawah lalu menaruhnya lagi di tempat sebelumnya ku ambil.
Ia tidak menjawabku, melainkan tertawa dengan sangat kencang sampai ia harus menaruh mangkuk sereal dan susunya di meja makan.
Aku memutarkan kedua bola mataku dan kurasakan kedua pipiku menjadi panas. Kuyakin bahwa mukaku sudah menjadi tomat, aku menundukan kepalaku kebawah dan melihat kedua tanganku.
"Hmm, aku lapar." Ucapku bohong, untuk mengalihkan pembicaraan. Ia mengangkat kepalanya ke arahku lalu tersenyum.
"Kau mau sereal?" Tanyanya sambil menunjukan satu box sereal yang berada di depan matanya.
Aku mengganguk setuju lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil mangkuk. Setelah itu kembali ke meja makan dan mengambil tempat duduk di hadapanya.
Aku melahap satu sendok serealku, tentu ini masih menyiksaku. Aku bertahan demi anak satu ini.
"Ashlyn?"
Aku menaikan kepalaku, lalu memandangnya dengan tatapan "Apa?"
"Hmm, dari mana asal mu? Waktu itu aku belum sempat menanyakan kepada mu." Tanyanya membuat sereal yang berada di mulutku tersedak, ia memberikan segelas air putih kepadaku. Dengan cepat, aku langsung mengambilnya dan meneguknya hingga habis.
"Baiklah jika kau tidak mau memberi tahu ku." Ucapnya lembut.
"Tidak, sebenarnya aku dari Sky.." Aku menelan ludah ku dengan susah "--land."
Ia mengerutkan alis nya, "Sepertinya aku belum pernah mendengarnya, huh?" Ucapnya sambil memasukan satu sendok penuh ke dalam mulutnya.
"Mungkin kau harus ke sana sekali-kali." Jawabku sambil memainkan sendok di dalam sereal yang masih penuh, kurasakan kedua mata nya melihatku, "Ash, kau tidak mau makan? Itu masih penuh." Aku hanya menggelengkan kepalaku, "Aku kenyang." Jawabku sambil menepuk-nepuk perutku layaknya aku sudah sangat kenyang.
Ia dengan sigap langsung mengambil mangkuk serealku.
"Whoaa, santai saja, Horan." Ia hanya tersenyum lalu berkata,"Maaf." Dengan menampilkan deretan gigi nya yang rapih. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat anak satu ini.
Aku langsung beranjak pergi dari meja makan meninggalkan Niall dengan makanan tercinta nya. Saat hendak keluar dari dapur, pikiranku langsung menuju Harry yang sejak tadi pagi menghilang entah kemana.
Aku terhenti di tengah-tengah ruangan lalu membalikan badanku sehingga terlihat kembali Niall yang sedang sibuk mengunyah makanan nya. "Niall, apakah kau sudah melihat Harry pagi ini?" Tanyaku.
"Tidak, memangnya ia tidak di kamar bersamamu?" Aku menggelengkan kepalaku lalu tersenyum kearahnya, "Okay, sampai nanti Nialler." Ucapku.
"Sampai nanti juga, cantik!" Ucapnya sambil melambaikan tanganya lalu kembali fokus dengan serealnya. Aku membalikan badanku kembali ke posisi semula, saat aku baru berjalan berberapa langkah,
"Ashlyn," kudengar suara Niall memanggil lagi, dengan reflek aku menoleh kebelakang,"Ya?" Tanyaku sambil menaikan satu alisku.
"Be careful with Harry. Make him happy."
Aku tersenyum mendengar kata katanya, "I will." Jawabku mantap. Bukankah itu tugasku? Membuatnya bahagia?
Saat aku berjalan kembali, aku mendengar suara tangisan laki-laki di dalam kamar,aku langsung mempercepat langkah ku ke depan pintu kamar Harry.
Aku menempelkan telinga kanan ku di pintu untuk mendengar lebih jelas suara tangisan itu. Hanya satu yang aku pikirkan saat ini,
Harry?
Apa yang terjadi denganya?
Rasa penasaran mengelilingi ku sekarang. Tangan ku sudah memegang knop pintu ini, aku menarik nafas dalam-dalam,sebelum aku membuka pintu dengan sangat pelan agar Harry tidak menyadari kedatanganku disini.
Pandanganku terpaku lurus melihat seorang lelaki yang sedang bersandar di pinggir kasur sambil menangis. Kakinya menekuk di dada nya, tanganya yang besar menutupi seluruh muka indah nya. Tapi tentu saja pintu sialan ini membuat bunyi yang membuatnya cepat mengangkat kepalanya.
"Harry?" Ucapku saat melihat keadaanya yang sangat kacau. Rambutnya berantakan dan kedua matanya sedikit sembab setelah menangis. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiranya sekarang. Tapi,apa yang telah ku lihat dimatanya ia terlihat sangat hancur saat ini.
"Hey, ada apa?" Ucapku, ia tidak membalasku,ia mencoba mengatur nafasnya. Aku mencobanya untuk menenangkanya,tanganku mengusap-usap belakang punggung nya.
"Sshh, tenanglah." Dengan sekali gerakan, ia memeluku dengan sangat erat. Kepalanya berada di bahu ku, aku merasakan dada nya naik turun.
Aku merasakan rahang nya bergerak hendak mengatakan sesuatu tetapi ia menutupnya lagi, "Tak apa jika kau tidak ingin mengatakannya padaku."
Saat ia sudah mulai tenang, terdengar suara telephone genggam Harry berbunyi. Ia segera melepaskan pelukannya lalu beralih ke ponselnya sejenak,
Di layar handphone nya terdapat nama pemanggilnya.
"Gemma is calling..."
Who's Gemma?
You are reading the story above: TeenFic.Net