2.9 my star has rested forever

Background color
Font
Font size
Line height

Aku terduduk lemas di tepi ranjang Danu, tapi dia malah tersenyum padaku. Sakit melihatnya, bagaimana disaat dia sudah seperti ini senyuman itu masih terukir tulus dan indah di bibirnya.

"Jangan nangis kak Veno, Danu enggk papa" jawab Danu, dia mengusap usap kepalaku dengan lembut.

"Apanya yang baik baik aja Danu, kamu gk tau apa seberapa takutnya kak Veno pas liat kamu kaya gitu. Kak Veno udah punya feeling dari pagi, tapi buat bilang kamu jangan pergi kak Veno gk bisa hiks" ucapku yang berterus terang tanpa ragu.

"Maaf ya udah buat kak Veno kaya gini, yang lain dimana kak?" Tanya Danu menoleh kesana kemari mencari keberadaan Marvin dan yang lain.

"Mereka lagi cari donor jantung buat kamu, makanya kamu harus bertahan ya, sedikit aja lamanya tiga jam, udah pasti mereka dapat kok dan" aku meraih tangan danu lalu menggenggamnya erat.

"Donor jantung buat Danu?" Tanya Danu.

"Iya Danu, gagal jantung kamu sudah parah. Kak Veno gk marah ke kamu tapi kak Veno kecewa, kenapa kamu punya penyakit kaya gitu yang katanya udah lama gk bilang ke kak Veno sama sekali, sejak kapan Danu?" Aku menatap Danu dengan dalam, aku ingin mencari jawaban jujur darinya.

"Maaf kak" cicit lirih Danu, sangat lirih. Dia bahkan tidak berani menatapku.

"Oke gk masalah kakak bakalan lupain hal itu, yang penting kamu harus bertahan ya? Mereka pasti bakalan pulang buat bawa donor jantung itu" ucapku kembali.

"Kak Veno, yang pertama Danu minta maaf karena udah nyembunyiin panyakit gagal jantung Danu, dan yang kedua Danu minta maaf suruh kak Juna sembunyiin penyakit Danu yang yang lain" ucap Danu menatapku dengan penuh kejujuran.

"Hah, penyakit yang lain?" Tanyaku terkejut, Danu memiliki penyakit yang lain lagi.

"Em tapi semuanya udah ya. Dan yang ketiga, Danu minta maaf bawa kalian hadir di kehidupan Danu yang bahkan udah gk bisa bertahan lama, Danu tau kapan Danu pergi tapi Danu tetep maksain bawa kalian buat jadi teman Danu. Jujur kak, Danu gk bisa sendiri dan Danu minta maaf karena hal ini, padahal hidup Danu udah gk lama, tapi malah korbanin perasaan kalian juga" jawab Danu panjang lebar, dia bahkan meneteskan air matanya menangis sembari menggenggam erat kedua tanganku.

"Apasih Danu kamu bilang kayak gitu gk boleh, kak Marvin lagi berjuang, kamu harus sabar jangan nyerah gini ya" ucapku dengan cepat, tubuhku juga gemetar hebat mendengar ucapan itu seakan akan bahwa itu memang pesan terakhir dari danu.

"Danu gk perlu donor jantung kak, Danu cuman mau lihat kalian yang terakhir kali"

"Danu gk akan bertahan lama. Belum tentu Danu operasi tapi Danu bisa selamat, Danu udah lemah kak, Danu lelah, Danu pengen istirahat dari semua ini" ucap Danu.

Aku menggelengkan kepalaku, aku menangis kembali, air mata yang sedari tadi aku tahan keluar begitu saja setelah mendengarkan ucapannya. Tidak, jangan, itu bohong, Danu tidak akan meninggalkan ku.

"Kak?" Panggil Danu kembali.

"Enggk Danu enggk, kamu harus operasi, kamu pasti bakalan selamat" jawabku bersikukuh.

"Danu lelah kak, Danu merasa semua udah cukup kak, dua minggu sama kak Marvin dan yang lainnya bikin danu bahagia. Udah hampir satu bulan juga sama kak Veno itu lebih cukup dari apapun, semuanya udah buat Danu ikhlas mau ninggalin dunia"

"Enggk Danu enggk, jangan, jangan pergi dari kakak" tidak rela, aku tidak akan menjawabnya dan melepaskan Danu.

"Danu udah pengen gk sakit lagi kak, rasa sakit ini udah cukup bikin Danu menderita, Danu kali ini mau bobo dengan tenang, kak Veno? Boleh ya?"

Aku tidak menjawabnya, aku benar benar mendiamkan danu, aku tidak ingin Danu terus menyerah seperti ini.

Kini Danu diam, aku diam, suasana hening. Tidak ada lagi percakapan selama beberapa menit. Dan akhirnya, Danu mulai memanggilku kembali.

"Kakak, Danu lelah, Danu boleh istirahat?" Tanya Danu padaku.

Aku masih terdiam dengan tangisku, aku juga tidak berhenti menggenggam erat tangannya yang makin lama tangan Danu makin dingin.

"Kakak?"

Mataku menangkap sorot mata Danu yang sudah sayup sayup hampir terpejam, wajahnya juga pucat, mimik matanya terasa menarik diriku dan dia berkata boleh ya kak. Tapi senyuman itu, masih sama dengan tulusnya.

"Maaf Danuuu" ucapku kembali menunduk, aku tidak mampu melepaskan Danu, tapi saat melihat nanar matanya, hatiku juga merasakan sakitnya.

"Maafin kak Veno yang egois, Danu lelah, Danu capek tapi kak Veno malah maksain Danu tetap bertahan"

"Boleh Danu istirahat kak?" Tanyanya.

Aku mengadah keatas kembali, aku tidak seharusnya membuat Danu semakin menderita. Dengan terpaksanya aku mengangguk, aku tidak ingin menyiksanya lagi.

"Sayang banget ya Danu pamit gk ada kak Marvin sama yang lainnya. Danu tadi udah suruh suster buat cabut alat pacu jantung Danu pas ada mereka semua, tapi kayaknya Danu udah pengen cepet cepet istirahat deh. Bisa sampaiin pamit Danu ke mereka kak?" Tanya Danu menatapku dan tersenyum penuh arti.

Aku mengangguk dengan terus menangis tidak berani menatapnya, aku takut aku salah langkah, aku juga tidak ingin melepaskan genggaman tanganku.

"Ada sesuatu surat di tas Danu ya kak, tolong dibaca dan kasihin ke yang lainnya"

Terakhir, dan itu usapan tangan terkahir yang mendarat di kepalaku, tangannya juga menyeka air mataku untuk terakhir kalinya yang tidak akan pernah aku dapatkan lagi.

"Se...sel"

Rasanya aku tidak mampu mengucapkan kata kataku, suaraku tertahan tidak bisa di keluarkan.

"Selamat beristirahat bintangnya kak Veno"

Aku meraung menangis sejadi jadinya, aku tidak perduli bahwa aku berada di rumah sakit, aku tidak perduli bahwa aku laki laki.

"Hal yang paling bahagia di dunia ini adalah Danu ketemu sama kak Veno, bahagia selalu kak Veno"

Danu mengulas senyum yang begitu berarti untukku, dan sesaat itu. Matanya terpejam, dia memejamkan matanya untuk selama lamanya.

Aku menatapnya, aku menangis dengan menangkup wajahku, Danuku telah pergi, hari ini benar benar meninggalkan ku.

"Danu, kamu sembuh kan sekarang, kamu gk sakit kan. Makasih Danu udah hadir di kehidupan kakak, kakak sayang Danu lebih dari apapun, lebih dari seorang kakak yang sayang adiknya, lebih dari seseorang yang mencintai kekasihnya, bahkan lebih dari seorang ayah yang menyayangi anaknya"

Aku mengusap usap kepala anak itu, anak yang selama ini berjuang melewati kejamnya dunia sendirian, anak yang selalu berusaha kuat meski dia sangat lemah.

Sudah beberapa menit berlalu tapi aku masih menangis tanpa henti, siapapun aku ingin terbangun dari mimpi buruk ini. Berkali kali aku mengusap pipi Danu, menatap matanya dan berharap dia membukanya kembali, lalu memanggil namanya meminta jawaban dari itu meski semuanya sia sia.

Klek

"Veno?"

Aku menoleh kearah pintu, dimana ada Juna dan Harka juga Davka yang mencekal erat kedua orang itu. Bahkan ada Marvin dan Vinzo, mereka menatapku dengan kebingungan.

"Lo kenapa dah nangis sampai segitunya, kita udah dapet donor jantung buat Danu" ucap Marvin.

"Bang... Danu udah pergi" jawabku menggelengkan kepala kearah mereka bahwa semua yang mereka lakukan sia sia.

"Ven?"

"Danu udah pamit, Danu udah pulang, Danu udah istirahat. Dia udah gk ada, dia lelah" aku menatap Danu kembali dan menangis tidak bersuara.

"Bohong!!"

Marvin berlari kearahku di susul yang lainnya, mereka langsung menatap kearah Danu, bahkan mencoba membangunkan Danu.

"Danu, Danu bangun Danu. Kita udah dapet donor jantung buat kamu, jangan kaya gini" Juna menangis lalu menggoyang goyangkan lengan Danu.

"Danu, ayo bertahan sebentar lagi. Kakak tau kamu bisa, ayo kita harus operasi Danu" ucap Harka memohon pada Danu.

"Permisi kak, karena kalian sudah datang, alat pacu jantung yang ditanam pada dek Danu akan kami angkat"

"Enggk, jangan!! Danu harus di operasi dulu" Vinzo memeluk Danu tidak merelakan hal itu.

"Maaf kak, ini sudah permintaan terakhir dek Danu" ucapnya.

Vinzo tidak mau bergeming dari sana, hingga Marvin yang pasrah langsung menarik Vinzo dan Juna yang sudah seperti orang gila. Lalu Davka menarik Harka dan diriku menjauh.

"Kami akan mulai pengangkatannya ya"

"Jangan hiks, Danu bisa selamat!!" aku mulai kehilangan akal ku, aku tidak bisa. Aku ingin Danu kembali, aku tahu ini gila.

"Maaf tuan, tapi ini tidak bisa" ucapnya.

"Enggk hiks, jangan bawa Danu pergi ya Tuhan. Veno mohon, Danu jangan pergi" aku memberontak dalam dekapan Davka, aku ingin menarik Danu.

Sang perawat perlahan melepaskan alat yang membantu Danu bertahan hidup selama ini, dia melepaskan itu dari jantung Danu. Dan sesaat itu juga jantung Danu berhenti berdetak, dia menghembuskan nafas terakhirnya, dia kali ini benar benar telah pergi.

"GK!! DANU!!" Teriakku tidak terima.

Marvin memelukku, Juna dan Vinzo juga berteriak histeris sama denganku. Marvin menangis, Harka menangis, Davka menangis, kami semua menangis.

"Danu jangan pergi, kakak gk bisa" aku mengangkat tanganku seakan meraih Danu, aku ingin membawanya berlari dari mimpi buruk ini.

"Ikhlasin Danu Ven, biarin dia gk ngerasain apa itu sakit lagi, biarin dia bahagia sekarang dan di jaga sama Tuhan disana Ven" ucap Marvin.

"Maaf ini tadi ada titipan tas dari dek Danu, dia mengatakan harus memberikannya kepada kalian, juga buku yang di dalam jangan lupa di baca" ujar dokter yang datang mengarahkan tas itu kepada kami.

Aku menarik tas itu dan langsung membukanya dengan kasar, sampainya aku dapat menemukan surat yang dimaksud oleh Danu.

For : Kak Marvin
Kadang kak marvin keliatan masih enggan buat nyapa atau bilang dulu ke Danu, tapi itu dulu sebelum akhirnya kita jadi deket pake banget

Danu harap kak Marvin setelah ini gk pernah ingat kejadian dulu apalagi nyesal ya? Danu selalu coba deketin kak Marvin karena kak Marvin baik, kak Marvin juga tegas sama dewasa, itu yang Danu suka dari cara berfikir kak Marvin.

Meski cuman dua minggu Danu dapet kasih sayang dari kak Marvin, tapi Danu udah seneng banget. Makasih banyak selama ini udah ngajarin Danu banyak hal, tentang dimarahi tapi juga ada kasih sayang dan kekhawatiran disana.

Kak marvin semangat kuliahnya sampai lulus nanti ya? Danu sayang kak Marvin, ayo kejar cita cita kak Marvin, maaf Danu pamit ya kak.

For : Kak Arjuna
Kak Juna selalu bilang kalo Danu harus sembuh iyakan, Danu di suruh minum obat yang rutin, Danu sering di anter buat terapi juga.

Kak Juna baik Danu suka, Danu sayang banget ke kak Juna soalnya kak Juna ini selalu gemes ke Danu, jangan sedih ya kak Juna? Danu gk papa.

Kak juna semangat sampai lulus kuliah, Danu masih inget cita cita kak Juna soalnya, semangat semangat semangat!!

For : Kak Davka

Orangnya galak, tapi Danu tau kok kak Davka ini ada sisi baiknya. Kak Davka juga selalu bantu jagain Danu yang dikit dikit jatuh, kak Davka berusaha lindungi Danu dari orang orang jahat.

Danu suka banget sama masakan kak Davka, bahkan kadang kak Davka yang marah marah itu kaya sosok papa bagi Danu.

Danu suka di perhatiin kaya gitu, Danu suka di marahin pas Danu lupa waktu main game, Danu suka diingetin buat gk lupa kerjain pr Danu.

Kak davka jangan lupa semangat sampai lulus kuliah oke, ayo kejar apa yang kak Davka impikan selama ini.

For : Kak Harka
Kak Harka itu baik, kak Harka pas Danu mau ice cream aja sampe makan sembunyi sembunyi, kak Harka juga sering ajak Danu buat main biar gk suntuk.

Kak harka? Masih ingat gk pas kak Harka main di roftoop sama Danu terus kak Harka bantu Danu gambar bintang?

Di tas danu ada buku tentang itu, disana ada bintang yang di buat kak Harka terus Danu kasih ke pak guru. Nilainya berapa coba, seratuss.

Semangat buat kak Harka sampai lulus kuliahnya, belajar yang rajin oke? Danu sayang kakak, makasih banyak atas semuanya Danu bener bener bahagia.

For : Kak Vinzo
Di antara yang lainnya ini kak Vinzo yang paling enak di ajak main, kak Vinzo sering banget hibur Danu kalo tiba tiba Danu sedih.

Walaupun kak Vinzo kalo ngomong suka ceplas ceplos tapi Danu tetep sayang ke kak Vinzo. Kak Vinzo juga manjain Danu, beliin ini itu, Danu bener bener berterima kasih atas semuanya.

Makasih juga buat dua minggu penuh rasa bahagia ini, kenangan bareng kak Vinzo gk akan Danu lupain meski Danu udah gk ada.

Semangat terus ya kak Vinzo kuliahnya, ayo jadi apa yang kak Vinzo cita citakan, fighting fighting.

Untuk orang spesial, malaikatnya Danu : Kak Veno
Seseorang yang paling istimewa di kehidupan Danu, kak Veno orangnya. Disaat semua orang ngebenci Danu atas tuntutan semesta, kak Veno jadi orang yang paling sayang ke Danu.

Disaat semua orang coba sakitin Danu, kak Veno yang lindungi Danu. Disaat semua orang coba buat jatuhin mental Danu, kak Veno yang sembuhin Danu dari semua itu.

Kak veno? Danu salah, yang nyata itu ternyata lebih indah, seindah kasih sayang kak Veno ke Danu. Dikasih hari hari bareng terus sama kak Veno, dan di pertemukan sama kak Veno meski cuman sebentar, itu udah buat Danu ngerasa bahagia bangett.

Danu sayang banget ke kak Veno lebih dari apapun, kak Veno itu bagai semestanya Danu. Kak veno, jangan sedih ya? Danu gk pernah pergi, Danu masih disini, disisi kakak.

Danu tetep jadi bintangnya kak Veno yang temenin kak Veno, Danu masih jadi bintang yang paling bercahaya tanpa meredup sedikitpun buat kak Veno.

Gk pernah ada penyesalan bagi Danu yang pernah di selamatin kak Veno waktu itu, makasih banyak ya? Kak Veno, semua hal yang Danu sama kak Veno lalui itu kenangan terindah Danu, hal yang paling berharga bagi Danu.

Semangat terus semestanya Danu, Razeon Pradipa Arveno? Bahagia selalu, even in another universe, I still love you.

Kami menangis sejadi jadinya, Marvin bahkan sampai terduduk dan memeluk tubuh Danu yang sudah tidak bernyawa.

"Jadi ini, ini yang dimaksud kamu 2 bulan lagi atau 1 bulan Dan? Tapi kenapa cuman dua minggu. Kamu minta dua tahun, dua windu pun bakal kakak kasih dan, kamu bohong Dan" tangis Marvin.

Pesan yang Danu berikan kepada kami begitu terasa menyakitkan, ternyata Danu memang ingin pergi karena sudah mempersiapkan itu semua.

Yang masih aku sesali adalah, kenapa harus secepat ini? Masih terlalu sebentar kenangan yang aku berikan untuknya, tapi mengapa? Mengapa danu sudah pergi.

Danu terlalu berdamai dengan bintang yang disukainya, sehingga dia memilih untuk kesisi bintang dan menemaniku dari atas sana.

"Kamu pergi terlalu cepat Danu, sampai sampai kamu belum bahagia sama sekali, kakak belum bisa tepatin apa keinginan kakak. Sekarang kakak harus gimana karena keinginan kakak udah pupus sama kepergian kamu?" tanyaku sembari menatap Danu terus menangis.

Kami semua masih menangis, bahkan ada dokter dan para perawat lain yang ikut menangis melihat kami seperti ini.

Dunia terlalu suram untuk Danu, dunia terlalu kejam menguji anak seperti Danu. Dia selama ini hidup dalam kekangan orang tua, hidup dalam ketakutan akan perundungan dari teman temannya, hidup di dalam kebohongan menutupi penyakitnya.

Hidup penuh penderitaan yang merasakan sakit terus menerus. Secara mental, fisik, bahkan segalanya, dia selalu tersiksa.

Disaat itu seorang dokter datang, dia menutupi seluruh tubuh Danu dengan kain putih. Aku tidak ikhlas, aku tidak bisa jauh dari Danu.

Sekali lagi aku memintanya untuk tetap disisiku, bisakah aku mengulang waktu? Bisakah aku bertemu dengan danu kembali, dimana aku ingin bertemu dengannya sebelum dia memiliki rasa sakit sedikitpun.

"Ayo dok"

"Jangan bawa pergi Danu, jangan bawa dia pergi dari Veno" pintaku memohon pada sang dokter, Marvin kembali mendekapku dengan erat.

Aku di sembunyikan ketika danu di bawa pergi, aku menangis kembali seperti orang gila, aku kehilangan semua yang ada di hidupku.

Aku sudah mulai lelah, sudah satu jam lebih aku berada di dekapan Marvin tanpa henti menangis. Kepalaku juga pusing sekali rasanya, semua ini masih terasa mimpi bagiku. Aku takut untuk memejamkan mataku, aku takut jika aku terbangun ini benar benar bukan mimpi.

"Kenapa Danu pergi, kenapa danu milih buat tinggalin gue"

"Danu tinggalin kita, biarin dia istirahat ya Veno? Danu udah terlalu lelah buat semua ini" jawab Davka mencoba menenangkan diriku meski dia juga sangat hancur.

"Gue gk bisa, bilang ke gue bahwa semua ini mimpi. Bilang ke gue kalo Danu masih ada, gue masih liat dia ketawa tadi pagi, gue masih liat dia berangkat sekolah tadi pagi, dan sekarang juga gue masih mau liat dia gitu" tangis pecahku.

Juna kembali menangis, Harka bahkan Vinzo juga.

Andai tadi pagi, andai tadi aku memilih untuk terus menemaninya dari pagi. Andai aku tidak membeli sesuatu terlebih dahulu, andai aku tidak datang terlambat, andai aku tidak melepaskan genggaman tangan itu.

Danu masih ada, Danu tidak menyerah saat itu juga. Aku ingin sekali menghukum dunia dan orang orang yang menyakiti Danu, aku ingin membuat mereka sama menderitanya seperti Danu.


You are reading the story above: TeenFic.Net