0.5 unknown things

Background color
Font
Font size
Line height

Danu saat ini sedang duduk sembari menatap sungai, dia memutuskan untuk pulang lebih larut, itu karena dia malas untuk dipaksa belajar.

Mungkin dia bisa saja di marahi karena pergi terlalu lama, tapi Danu sedang sangat lelah dan ingin menenangkan diri terlebih dahulu.

"Aaaaaa!!" Seketika pandangan Danu menjadi gelap, ada tangan yang menutupi mata Danu.

Danu mencoba melepaskan tangan itu dari matanya, hingga dia mulai merasa tidak asing dengan aroma parfum ini.

"Kak Veno?" Panggil Danu.

"Bener!!"

Aku melepaskan tanganku yang menutupi mata Danu, Danu menoleh kesamping dimana aku tersenyum menatapnya.

"Kok bisa tau ini gue?" Tanyaku.

"Parfum kak Veno beda dari yang lain" jawab Danu.

Aku langsung mengendus lengan bajuku, sehingga aku tersenyum dan tertawa kecil duduk di samping Danu.

"Kak Veno kok disini?" Tanya Danu.

"Gk sengaja liat Danu lagi ngelamun, jadi kak Veno turun buat liat Danu deh" ucapku dengan menunjuk ke jalan di atas.

"Kak Veno baru pulang ya?" Tanya danu, itu karena dia melihatku masih menggendong tas nya.

"Iya nih, tadi ada jam kelas siang" jawabku.

Danu hanya mengangguk, setelah itu danu kembali menatap sungai. Dimana warna langit sedang berwarna jingga kecerahan, senja sedang menampakkan dirinya hari ini.

"Gimana tadi sekolahnya?" Tanyaku pada Danu.

"Asik kok, Danu semangat banget hari ini" ucap Danu, dia berusaha menampung air matanya dan berbohong padaku.

"Ada apa, Danu?" Panggilku saat merasa Danu bertingkah tidak biasa.

Danu menggelengkan kepalanya, ntah mengapa jika di hadapanku dia selalu lemah, dia bahkan ingin selalu menangis jika bersamaku.

"Serius kan gk ada apa apa?" Tanyaku, aku mengusap kepala Danu dan menatap Danu dalam.

"Danu gk papa kok kak, cuman lagi liat senja aja" jawab Danu.

"Tapi kamu liat senja kok nunduk gitu, senja ada di atas loh Danu" ucapku.

"Danu liatnya kan dari air kak, kalo di air lebih indah dari pada yang nyata" jawab Danu kembali.

"Kamu ini ada ada aja, yang nyata itu lebih indah Danu" ucapku sembari tertawa kecil.

"Yang nyata gk indah sama sekali" ucap Danu.

"Yang nyata menyakitkan, yang nyata terlalu memaksa, yang nyata membuat menderita"

Danu ingin sekali meneteskan air matanya, tapi dia harus bisa menahan itu semua, aku tidak boleh tau hal ini.

"Danu mau minuman?" Tanyaku.

Danu memberanikan diri menatapku dengan menahan segala kesedihannya, lalu Danu menatap ku yang menunjuk ke arah toko.

"Boleh" jawab singkat Danu.

"Yang dingin, atau mau susu aja?" Tanyaku.

"Kak Veno pikir Danu masih bayi hah di beliin susu" ucap Danu menggerutu dengan rasa kesalnya.

"Yakan kamu kaya bayi hahahah, yaudah kakak beli dulu ya Danu" ucapku sedikit meledek Danu, lalu aku tertawa kecil dan meninggalkan Danu.

Danu tersenyum, dia rasa meski dia selalu di permainan oleh semesta, tapi saat melihat Veno dia menjadi lebih tenang.

"Semoga kak Veno beda dari yang lainnya ya" ucap lirih Danu.

Dia menatap kepergianku yang perlahan menghilang dari pandangannya, aku sudah masuk ke toko dan danu kembali menatap air sungai.

Dia terus bergumam sendiri di dalam hatinya. yang nyata tidak indah, yang nyata tidak cantik, yang nyata menyakitkan. Kiranya seperti itu yang dia gumamkan, danu hanya percaya pada kebohongan.

Pukh

"Hai cupu, lagi apa lo disini?"

Danu menatap sebuah tangan yang berada di bahunya, lalu dia mendongakkan kepalanya menatap seseorang disampingnya.

"Widih si cupu lagi sok sadboy nih" ucapnya.

Lalu salah satu dari mereka berempat mendekati Danu, dia langsung menaruh lengannya di bahu Danu yang satunya.

"Woy cupu, kerjain tugas kita ya yang buat minggu depan. Tenang ada aja upahnya, ntar lo gue kasih 10 ribu 4 tugas" ucapnya.

Danu hanya diam dengan menoleh kesana kemari, dia hanya takut jika Veno melihatnya yang sedang seperti ini.

"Woy budek apa gimana sih lo?!" Sentaknya.

Danu tersentak, dia terlalu fokus untuk mencari keberadaanku sehingga membuat keempat orang itu marah.

"Iya nanti Danu kerjain, di taruh sini aja" ucap Danu dengan menunduk.

Keempat orang itu tersenyum menyeringai, mereka menaruh sekitar empat buku di samping Danu duduk.

"Tuh, harus bener semua!! Ngerti kan kalo salah konkueksinya apa?!" Ucapnya dengan membentak Danu.

"Iya iya" jawab Danu yang masih menunduk.

"Minimal liatin gue kek!! Atau jangan jangan lo mau bikin salah semua ya?!" Sentaknya kembali.

"Enggk kok enggk, Danu gk bermaksud gitu" ucap Danu panik, dia juga menggelengkan kepalanya menatap orang itu.

"Halah bacod, ini pelajaran pertama buat lo kalo sampai lo bikin tugas kita salah semua" ucapnya mengancam Danu dengan kepalan tangan.

"Gess!!"

Seorang anak yang di perintahkan itu langsung berdiri di belakang Danu, dia juga mengangkat kakinya bersiap menendang Danu.

Bugh

Setelah satu tendangan itu berhasil mendarat di punggung, mereka semua terdiam, itu bukan punggung Danu.

"Sakit dan?"

"Kak Veno?!!" Panggil Danu dengan menatap kearah belakang.

Dimana aku memeluknya dari belakang untuk melindungi Danu, bahkan aku membiarkan punggungku yang di tendang oleh anak itu.

"Lo lo siapa?!" Ucapnya panik hingga terbata.

"Bisa bisanya ada orang merundung teman sekolahnya sendiri" ucapku menatap tajam keempat anak itu, lalu beralih menatap buku buku di samping Danu.

Aku melepaskan tangannya yang memeluk Danu, sehingga aku beralih mengambil empat buku yang bisa di katakan bukan milik Danu.

"Kak, itu emm—pr pr Danu kak" ucap danu dengan gugup.

"Iyakah, tapi tas Danu gk kebuka sama sekali tuh" ucapku menatap Danu penuh selidik.

"Em anu itu tuh Danu -"

"Gk usah bohong Danu, ini punya mereka kan" ucapku.

Danu hanya terdiam, dia menundukkan kepalanya tidak berani menatapku karena sudah ketahuan olehku.

"Apaan sih lo main ikut campur urusan orang!!"

Aku menatap tajam keempat anak itu kembali, lalu melemparkan buku buku itu kearah mereka hingga bukunya berserakan.

"Tugas lo pada di kerjain sendiri, gue bisa laporin lo kesekolah juga gue laporin ke kantor polisi karena udah merundung temen sekolah lo" ucapku.

"Gk sudi kita anggep si cupu ini temen, dia kan cuman mainan di sekolah" ucapnya.

Aku mencoba mencerna apa yang mereka katakan, sehingga tiba tiba danu mencekal tanganku dengan menggelengkan kepalanya.

"Berhenti kak, kak Veno bikin mereka takut" ucap Danu.

"Halah lo gosah sok memelas cari pembelaan cupu, hobinya ngadu" ucapnya.

Aku rasanya ingin memukul keempat anak itu, tapi danu berusaha keras mencegahku, dia bahkan menarik-narik tanganku.

"Jangan kak Veno"

Aku terdiam melihat mata Danu yang sudah berkaca kaca, akhirnya aku menarik tangan Danu pelan dan pergi dari sana.

"Mereka siapa sih Danu?"

Danu berusaha mencari alasan, mungkin aku tau mereka merundung Danu, tapi dapat di pastikan oleh Danu bahwa diriku tidak tahu jika di sekolah dia di bully.

"Itu tuh anak kelas lain kak" jawab Danu, tapi memang kenyataannya seperti itu, mereka adalah anak kelas lain.

"Nah terus kenapa tugasnya di kasihin ke Danu?" Tanyaku.

"Emang kak Veno tau itu tugas?" Timpal balik Danu.

"Ya kan tadi denger mereka ngancem dan" jawabku, karena aku sedikit mendengar ancaman anak itu.

"Iya deh, mereka sebenarnya mau tanya tanya aja ke Danu tapi kak Veno malah marah marah" ucap Danu masih berusaha berbohong.

"Danu Danu, udah ketahuan juga masih mengelak aja" batinku dengan menggelengkan kepala.

"Terus harus nendang segala gitu, tanya tanya pake kekerasan?" Tanyaku.

Danu memalingkan wajahnya, dia sudah tidak bisa beralasan lagi sekarang. Danu berbohong tapi sangat bisa di baca olehku, atau Danu memang tidak bisa berbohong.

"Gk pro nih cara bohongnya, emang Danu tuh gk bisa bohong" ucapku meledek Danu.

"Ih kan itu, anuu emmm"

"Tuhkan gk bisa bohong wahahahaha, percuma deck deck" ledekku kembali.

"Kak Veno ngeselin ih" Danu melipat tangannya dengan mengerucutkan bibirnya.

"Woyyy kok lucuuuu"

Danu yang masih kesal mulai bingung, pasalnya aku tidak lagi meledeknya dan suasa kini hening tidak ada percakapan.

Danu menoleh kearah samping dengan mendongakkan kepalanya, dia menatapku yang berdiri mematung, wajahku juga memerah.

"Kak Veno?" Panggil Danu.

"Apa?" jawabku.

"Kak Veno kenapa sih, kok tiba tiba berubah ini aneh banget" dumel Danu, dia bisa melihat perubahan dari reaksiku.

"Gk papa kok, lah ini minumannya kemana?!" Pekikku.

Danu baru tersadar jika aku tadi membeli minuman, tetapi minuman itu tidak ada padaku, bahkan aku saja terkejut sendiri.

"Lah kak Veno taruh di mana?" Tanya Danu juga ikut kebingungan.

"Lah ya gk tau, tadi sih tak taruh mana" ucapku masih merogoh semua saku bahkan mencari di tas milikku.

"Kok bisa sih?" Tanya Danu terheran heran, dia tidak menyangka bahwa Veno sepikun ini.

"Lah tadi tak buang"

"HAH?!" Danu sangat terkejut, apalagi saat wajahku berucap sangat santai dan polos sekali tatapannya.

"Tadi kan pas liat Danu mau di tendang, itu kak Veno buang minumannya karena panik" ucapku tanpa rasa bersalah.

Danu menepuk keningnya sendiri secara kasar, dia tidak bisa berfikir dan sangat heran kepada pemikiranku satu ini.

"Hahahahah pliss"

Karena aku tertawa Danu jadi tertawa, akhirnya kedua orang itu tertawa hingga terbahak bahak.

"Kak Veno emang beda dari yang lain" ucap Danu, dia menatapku dengan dalam yang mana aku masih tertawa.

"Kenapa Danu natap kak Veno gitu?" Tanyaku yang tersadar.

"Danu cuman gk habis fikir" ucap Danu tertawa dengan menyeka air matanya yang keluar.

"Ya udah mau beli lagi gk?" Tanyaku.

"Udah gk mood lah" ucap Danu.

"Haduh Danu Danu" aku bahkan dari tadi belum duduk karena memilih tertawa dulu.

"Kalo kak Veno mau beli sih beli aja" ucap Danu.

"Gk mau ninggalin danu sendirian, takut kaya tadi lagi" ucapku tersenyum kearah Danu, ia tersenyum hingga menunjukkan eye smilenya.

"Ih Danu lupa, tadi Danu sempat beli susu" ucap Danu, dia mengambil tasnya.

"Tuh kan bocah" celetuk diriku.

"Karena tadi Danu tuh bingung beli apa, jadi Danu beli susu aja deh" ucap Danu, dia pulang tadi sempat mampir ke alfamart.

Hingga Danu mengeluarkan tiga buah susu kotak, dia langsung memberikan padaku, tidak lupa juga aku berterima kasih pada Danu.

"Danu? Kamu kalo ada apa apa tuh bilang ke kakak ya, hubungi kakak gitu" ucapnya sembari menatap senja.

"Lah gimana cara hubungi kak veno nya?" Tanya Danu.

"Lah iya kan danu gk punya kontak kak Veno" ucapku kembali.

"Kak Veno juga gk kan?" Tanya Danu.

"Kocak sih emang gue" ucapku merutuki kebodohan sendiri dengan tertawa.

"Yaudah sini kak Veno minta no Danu aja"

Danu terdiam sejenak, aku menatap Danu kebingungan dan Danu menggelengkan kepalanya dengan tatapan sulit di artikan.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Danu gk ada nomor telepon" ucap Danu.

"Hah?" Pekikku terkejut.

"Iya Danu gk punya, Danu gk punya hp juga"

Veno sangat terkejut mendengarnya, hingga dia membulatkan matanya dengan sempurna, ini hal baru yang pernah Veno dengar.

Danu sudah berumur, Danu juga sudah legal, bagaimana dia bisa tidak memiliki handphone. Apalagi di jaman sekarang gadget itu adalah hal yang penting, semuanya serba memakai gadget.

"Kok Danu betah?" Tanyaku.

"Danu dari kecil gk di bolehin main hp sama mama juga papa, jadi Danu soal hp itu gk tau apa apa meski Danu mau hp" ucap Danu dengan menunduk dan tersenyum paksa.

Veno menatap Danu terenyuh, Danu terlalu penurut. Orang tuanya begitu penuntut, hingga mereka mengorbankan kebahagiaan anaknya.


You are reading the story above: TeenFic.Net