Cincin Merah, Part 4

Background color
Font
Font size
Line height

"Apa kau gila July? Richi itu masih kecil! Dia baru berumur lima belas tahun. Kenapa kau sudah memberikan benda terkutuk itu kepadanya?" Mama terlihat sangat marah kepada Papa. mereka berdua berkelahi dan terdengar samar-samar kalau mereka sedang membahas hadiah cantik dari Papa untuk Richi.

"Aku tahu aku salah! Richi tak seharusnya memiliki takdir yang kelam seperti ini. Tapi aku terus mendapatkan mimpi itu sayang! Takdirnya sudah ditentukan, mau tidak mau Kita harus menerimanya!"

"Seharusnya leluhur kita tidak melakukan itu!"

"Jangan salahkan mereka! Ini adalah takdir."

"Andai Kadita dan Rico tak bersatu. Ini tak akan terjadi."

"Ma Pa. Kok bertengkar?" 

Kedatangan Richi membuat kedua orangtuanya kaget. Dengan terpaksa mereka menceritakan suatu hal kepada Richi, Richi yang mendengarkan cerita itu perlahan menjadi ketakutan. Tanpa sepatah kata apapun, Richi berlari ke atas menuju kamarnya. Dia sangat ketakutan dengan apa yang harus dia lakukan. Cincin itu dibuangnya ke dalam tempat sampah dan Richi langsung rebahan di kasurnya. Tiba-tiba jendela kamar Richi berbunyi seperti ada yang mengetuk-ketuk.

Karena sangat penasaran Dia langsung membuka jendela, Betapa kagetnya dia melihat butiran api dan angin berhembus kencang masuk ke kamarnya. Semua benda di sekelilingnya hangus terbakar menjadi abu kecuali Richi. Anhenya, Dia sedikitpun tidak merasakan panas di sekujur tubuhnya.

Seekor burung yang sangat mirip dengan apa yang terdapat pada cincin yang diberikan kepada Richi datang menghampirinya. Dia berpikir burung itu sangatlah indah seperti yang ada di cincin yang ia kenakan. Richi memandangi tangannya dan melihat cincin yang ada di jemarinya. Richi mengelus-elus cincin itu. Dia merasa aneh karena cincin itu telah dibuang ke tempat sampah, akan tetapi cincin tersebut kembali terpakai di jemarinya. Lamunannya terkagetkan setelah burung indah itu bertengger di jendela rumahnya.

"Wah, indah sekali bulumu. Pasti bulumu sangatlah mahal di pasaran." dia mengelus pelan burung itu sambil berbisik dalam hati.

"Ku mohon jangan jual aku. Aku adalah peliharaanmu sekarang," burung itu merasuki pikiran Richi serta merespon kalimat yang ada dipikiran Richi, hal tersebut sontak membuat Richi kaget hingga dia jatuh tersungkur ke belakang. Burung itu terbang masuk kedalam kamarnya dan bertengger diperutnya.

"Kau bisa bicara denganku. Burung apa Kau ini?" Richi berteriak keras namun, burung itu terdiam tidak berkata sepatah katapun.

"Mungkin aku yang telah gila berbicara dengan seekor burung "GJ" yang tiba-tiba datang ke kamarku." Richi berbisik lagi di dalam otaknya.

"Kamu tidak gila kok. Aku datang karena Kau adalah tuanku. Kau orang yang akan mengembalikan duniaku seperti semula." Burung itu kembali berbicara ke Richi.

"Kau bisa membaca pikiranku?"

"Ya. Kita hanya bisa berbicara melalui pikiran. Karena itu aku  sangat yakin bahwa Kau adalah orang itu!"

"Maksudmu apa?"

"Panggil aku Cendrawasih. Aku adalah salah satu spesies dari burung Phoenix. Kau orang yang dipilih oleh Ratu untuk menolong dunia kami!"

"Apa kalian semua bercanda? aku saja masih umur 15 tahun! dan Kalian semua berharap lebih dari aku?"

"Bukan tak bisa apa-apa, tapi belum bisa apa-apa. Kau memiliki kekuatan yang kamu buat sendiri!"

"Aku tak mengerti apa-apa. Ku mohon menjauhlah dariku! Lihat sekeliling Kita! Kau membakar kamarku!" 

"Berpikirlah kau bisa memadamkan api ini. Kini api adalah ketakutanmu. Lepaskanlah ketakutanmu Richi!"

Mereka berbincang melalui pikiran. Richi berusaha menghapus ketakutan akan takdirnya. Perlahan api menjadi kecil serta mulai lenyap. Semua perabotan yang terbakar kembali seperti semula, bahkan semakin bagus seperti baru dibuat. Melihat akan hal itu, Richi semakin takut dengan apa yang dia miliki.

Seketika setelah rasa takut itu timbul, api di sekitar kamar menyalakembali. Cendrawasih berusaha menenangkan Richi namun sia sia. Papa Richi lekasmendobrak pintu kamarnya dan sesegera menenangkan Richi, hingga Richi mulaitenang, tenang, dan sangat tenang. Cendrawasih memberikan sebuah kantong yangberisikan kartu pelajar sekolah sihir di Indonesia. Nama sekolah itu adalah"ACITYA". "ACITYA" dalam bahasa sanskerta berarti ilmu pengetahuan. ACITYAmerupakan sekolah sihir yang paling besar di Indonesia. Dalam kantong itu jugaberisikan tiket "ACITYA GREAT WAGON". 

You are reading the story above: TeenFic.Net