TFZ | 6

Background color
Font
Font size
Line height

________________________________

Lya berjalan disepanjang koridor dengan cepat, kalau kalau Januari mengejarnya karena mengetahui gelagatnya yang aneh. Tapi Lya berharap laki laki itu tak menyadarinya.

"Januari mana?"

Pertanyaan itu terlontar disampingnya membuat Lya menghentikan langkahnya dan menoleh.

Serena, gadis itu masih menatapnya menunggu jawaban.

"Bentar lagi juga datang." Balas Lya seadanya dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Ehh, tunggu!"

Lya kembali menghentikan langkahnya, Serena pun berjalan mendekatinya.

"Lo siapanya Januari?" Tanya Serena to the point

Lya menunjuk dirinya sendiri, lantas Serena menganggukan kepalanya.

Mata Lya beralih dari wajah Serena kebalik tubuhnya. "Tanya langsung aja sama orangnya." Balas Lya dan berbalik meninggalkan Serena begitu saja.

Serena pun menoleh kebelakangnya dan mendapati Januari yang sedang berjalan ke arahnya.

"Hei!" Sapa Serena sambil menampilkan senyum diwajah putihnya. Maklum bule dari Amrik.

"Hei!" Balas Januari canggung sambil berusaha membalas senyuman gadis itu.

"Mmm, ke kelas?" Tunjuk Serena pada kelasnya dengan masen masen.

Januari mengangguk, keduanya pun berjalan memasuki kelasnya.

Sedangkan Lya, gadis itu kini dengan malas menduduki kursinya yang sudah terdapat Alin disebelahnya.

Alin memperhatikan Lya yang sedang menaruh wajahnya diatas meja.

"Ada masalah?" Lontar Alin reflek Lya menoleh kearahnya dan mengangguk.

"Kamu bisa cerita kok sama aku" saran Alin

Lya menegakkan tubuhnya "Masalahnya simple sih. Gue aja nggak ngerti masalah apa yang lagi gue hadapin."

Jujur saja Lya tak mengerti permasalahan apa yang dihadapinya saat ini. Bukankah ia memang tak memiliki masalah, tapi kenapa ia merasa memiliki masalah setelah mendengar pengakuan Januari tadi dimobil.

Tapi apa masalahnya? Itu yang jadi pertanyaannya.

Apakah yang jadi masalah karena ia merasa terganggu dengan hubungan yang Januari miliki bersama Serena. Entahlah

"Sesimple apa sih, sampai kamu sendiri nggak yakin?" Balas Alin bingung.

Simple itu ya simple. Tapi kalo nggak tahu permasalahan simple apa yang dihadapi, bukan simple namanya. Ngerti nggak?

Lya tampak berpiki namun gagal "ah, udahlah nggak usah bahas masalah itu bikin gue tambah pusing." Cerocos Lya

"Tapi kok gue ngerasa aneh ya, sama diri gue sendiri?" Tanya Lya pada dirinya sendiri.

Alin hanya mendengarkan tanpa berniat menjawab. Biarkan lah Lya bertanya tanya dengan dirinya sendiri mengenai masalah apa yang ia hadapi saat ini.

"Lin, Lo pernah nggak punya rasa yang lebih ke temen Lo sendiri?" Tanya Lya

"Rasa apa?" Jawab Alin polos

Lya menepok jidatnya "ih, rasa. Kayak rasa strawberry, jeruk, pahit, manis. Asem. Pokoknya rasa apa aja deh. Pernah nggak?" Jelas Lya dengan ngaco

Alin yang semakin bingung memilih menggelengkan kepalanya saja.

"Ck, kayaknya ini bukan masalah simple, tapi rumit." Terang Lya

"Jadi?" Balas Alin sangat tak mengerti maksud Lya.

"Ya, ini lebih dari sekedar kata rumit. Tapi rawittt!" Ucap Lya membuat Alin tertawa pelan. Lya ini sangat ngaco.

"Eh, gue keruangan pak Bass dulu." Pamit Lya ketika tersadar.

"Eh, mau ngapain?" Tanya Alin

"Ngambil buku IPS gue yang belum diambil." Teriak Lya dari pintu.

Alin menghela nafas pelan. Lya cewek aneh. Batin Alin. Dan beranjak dari kursinya keluar kelas. Ia berjalan disepanjang koridor dan tak lama matanya menangkap sosok yang ia yakini memang benar dia orang yang ia cari cari.

Dengan sedikit mempercepat langkahnya, Alin akhirnya mendekati punggung siswa itu yang berjalan dengan seorang siswi disampingnya.

Alin meraih lengan siswa itu hingga tubuhnya berbalik menghadapnya yang juga menghentikan langkah gadis disampingnya.

"Jan, kenapa?" Tanya gadis disampinya

Alin menghiraukan gadis disebelah Januari, matanya terus menatap lelaki didepannya yang juga menatapnya.

"Ada apa?" Tanya Januari dan melepaskan tangannya dari cekalan Alin.

Belum sempat menjawab ucapan Januari, gadis disampingnya sudah memotong.

"Lo, siapa?" Tanyanya Serena menatap sinis gadis berkacamata didepannya.

Alin menatap gadis itu namun memilih tak menjawab pertanyaannya, ia memberikan selembar uang ditangannya pada Januari.

Januari menatap bingung selembar uang ditangannya, dan kembali menatap gadis didepannya yang baru saja meberikan uang padanya.

"Maksud Lo apa ngasih ngasih duit sembarangan. Nggak sopan ya Lo!" Gertak Serena disebelah Januari, namun Januari menghentikannya.

"Duit? Buat apa?" Lontar Januari meminta penjelasan.

Alin menatap sekelilingnya sebelum menjawab ucapan Januari. "Karena gue punya utang sama Lo." Balasnya dan berjalan meninggalkan keduanya.

Serena menatap tak suka punggung Alin sebelum menatap Januari disampingnya.

"Dia punya utang apa sama kamu?" Tanya Serena mendelik

Januari mengangkat bahu acuh, membuat Serena semakin kesal. "Serius Jan!"

"Mungkin utang yang kemarin dikantin. Padahal cuman teh doang, gue juga ikhlas, lagian itu juga disuruh Lya." Ungakap Januari

"What, kantin? Kemarin?" Ulang Serena "sumpah gue nggak ngerti." Lanjutnya pada Januari

"Udah, nggak usah dipikirin." Balas Januari enteng sambil memasukan duit ke saku celananya dan kembali melangkahkan kakinya yang tadi sempat tertunda.

Serena mengambil nafas dalam memandang tajam punggung gadis yang tadi memberikan pacarnya duit dengan kesal, sebelum berbalik mengikuti Januari.

*****

Brukk

Seketika buku buku ditangan Lya jatuh berhamburan dilantai akibatnya yang tak hati hati hingga menabrak seseorang didepannya.

"Sorry," ucap Lya dan segera membereskan buku buku yang dibawanya tadi.

Dalam hati ia memaki Pak Bass yang sudah memberikannya setumpuk buku untuk dibagikan kepada para muridnya. Niat mengambil satu buku malah membagikan setumpuk buku buku. Huh

"Nggak usah," tolak Lya saat orang yang ditabraknya ikut membantu.

"Nggak apa apa kok." Balasnya

Lya menoleh saat mengenali suara itu.

"Alin," Lya menatap Alin yang sedang membantunya membereskan buku buku dilantai. Dan ternyata gadis itu yang sudah ia tabrak.

"Mmm, ngapain Lo disini. Bukannya dikelas?" Tanya Lya sambil berdiri.

"Tadi habis dari koprasi." Jawab Alin sambil memberikannya beberapa buku.

"Ouh. Thanks." Balas Lya tersenyum yang juga dibalas oleh Alin.

Keduanya berjalan beriringan dikoridor.

"Kamu bawa buku sebanyak itu buat apa?" Tanya Alin memulai

"Ouh ini, disuruh sama Pak Bass dibagiin ke kelas dua belas."

Lya menghentikan langkahnya karena teringat akan sesuatu. "Eh, ini kelas dua belas apa? Tuh guru kok nggak ngasih tau yang jelas, main suruh anterin buku ke kelas dua belas. Dia kira kelas 12 cuman ada satu?" Cerocos Lya dengan kesal menghiraukan Alin disampingnya

"Gue balik dulu yah," pamit Lya hendak kembali ke ruangan pak Bass namun perkataan Alin menghentikan niat nya.

"Kenapa nggak cek dibukunya aja. Pasti ada keterangannya." Saran Alin tak habis pikir dengan Lya.

Lya tersenyum lebar "benar juga."

Karena Lya sibuk dengan banyak buku ditangannya, Alin berinisiatif untuk mengambil salah satu buku ditangan Lya dan membukanya.

"Kelas XII IPA 1." Gumam Alin dan menoleh pada Lya disampingnya.

Keduanya pun berjalan menuju kelas yang dimaksud sambil sesekali bertanya tanya pada salah satu siswi yang lewat.

Maklum ia kan termasuk murid baru disekolah ini.

Lya menyuruh Alin menunggu diluar saja karena ia yang akan masuk kedalam.

"Permisi" ucap Lya dipintu.

Kemudian salah satu siswi menghampirinya.

"Ada apa?"

"Ini, gue di suruh pak Bass bagiin buku." Jelas Lya

Siswi itu hanya mengangguk tanpa mengambil buku ditangannya malah menyuruhnya untuk masuk kedalam.

Lya menahan kesal atas sikap seenaknya senior didepannya. Memangnya tidak ada yang melihat ia keberatan dengan setumpuk buku ditangannya.

Lya dengan ragu memasuki kelas. Hingga pandangan nya jatuh pada sosok laki laki yang sedang berduaan dengan perempuan disebelahnya.

Siapa lagi kalau bukan Januari dan Serena yang terus menempel pada Januari.

Ternyata ini kelas yang diisi oleh Januari. Kalau begitu ia memilih Alin yang masuk kedalam menggantikannya. Sangat malas bertemu Januari saat ini.

Dan itukah yang mereka lakukan didalam kelas selain belajar, yaitu pacaran. Melihatnya saja membuat Lya bergidik.

"Cepet!" Sentakan siswi menyadarkan Lya dan mengundang perhatian seisi kelas tak terkecuali dengan Januari.

Lya bisa melihat Januari sekarang menatap ke arahnya. Buru buru Lya menaruh buku ditangannya ke atas meja dan berjalan cepet meninggalkan kelas.

(^❤️^)

Semoga dapet feel-nya.
Aku usahain Doble Up!!

See u

SPAM NEXT DISINI!!


You are reading the story above: TeenFic.Net