TFZ | 21

Background color
Font
Font size
Line height

Part ini lebih ke narasi dr pd dialog!

Hope your enjoy!!!!!



Julya langsung bergegas keluar dari kelas tepat ketika bunyi bell terdengar.

Tidak peduli pada seisi kelas yang menatapnya bingung begitu pula dengan Alin yang sejak pertama kali Lya masuk kelas hingga istirahat dan kini waktunya pulang gadis itu tetap dalam ke-diamannya.

Tak ada satu kata pun kata yang terlontar dari tadi. Istirahat pun gadis itu hanya diam dikursinya tanpa mau membalas sapaan dari Alin sedetik pun.

Dan kini Alin hanya menatap punggung Lya yang perlahan melewati pintu keluar. Mungkinkah karena berita yang tersebar mengenai Januari sahabat masa kecil gadis itu yang membuatnya menjadi seperti ini. Jika iyaa....

Yang Alin ketahui Lya tidak peduli pada keberadaan Januari ketika saling bertemu disekolah.

Tapi mengapa berita mengenai Januari dengan pacarnya seolah olah Lya sangat terbebani.

Mungkin karena berita itu Lya menjadi kesal.

Berlebihan?

Tak ada salahnya Lya bersikap seperti itu ketika sahabatnya sedang dalam masalah bukan.

Alin tersenyum simpul.

*****

Lya berdiri termenung menunggu angkutan umum dihalte.

Rasanya kini ia tidak memiliki selera untuk berbicara sementara waktu. Bagaimana pun ia sedang dalam ke adaan kesal. Yah, kesal karena Januari yang berani beraninya mempermainkan dirinya.

Cowok itu bilang semalam tidak ada janji dengan Serena maka dari itu Januari mengajaknya ke basecamp.

Dan ketika semua teman temannya mengatakan kalau ia adalah kekasih Januari. Seolah olah ia adalah orang paling bodoh saat itu. Sudah jelas mereka mengetahui kalau Serena lah kekasih Januari yang sesungguhnya.

Brengsek

Mengapa bisa ia termakan omongan manis Januari. Benar sekali lagi ucapan Jenny saat itu, Januari sudah besar menjadi Playboy.

Rasanya ia ingin memaki Januari saat bertemu dibelakang sekolah tadi. Tapi apa daya, disana juga ada Serena.

Gadis kurang belaian menurutnya.

Julya kembali bergidik ketika mengingat foto foto yang tertempel dimading. Foto foto Januari dengan Serena yang berada dipangkuannya malam itu.

Terlihat keduanya asik bermain bersama disana. Ketika dirinya sedang menunggu Januari seperti orang bodoh berjam jam. Apa yang dipikirkan Januari saat itu hingga tega memperlakukan ia seperti itu.

Bus umum berhenti tepat didepannya. Kini ia harus terbiasa pulang sekolah menggunakan angkutan umum. Sebenarnya saat ia menaiki angkut umum sedikit takut saat itu, mengingat ada seorang bapak-bapak yang membawa ayam duduk disebelahnya. Untung saat itu ia sedang dalam mood buruk karena Januari hingga tidak peduli pada sekitar.

Sedangkan bus masih sedikit nyaman untuk ukuran angkutan umum.

Kalau pun menaiki taksi sangat bosan menurutnya. Sepi, tidak ada suasana menghibur walaupun mendapatkan pripasi.

Karena kali ini ia butuh suasana yang menghibur.

*****

Lya melemparkan ponselnya ke atas karpet di dalam kamar ketika mendapatkan pesan dari Januari sejak ia menaiki bus.

Ia meletakkan sembarangan tasnya dan masuk ke dalam toilet.

Kini Lya sudah tampak segar dari sebelumnya. Ia mulai berjalan ke bawah untuk memulai makan malam.

"Mah, besok Lya nggak masuk sekolah dulu---" pandangannya jatuh ke arah seseorang dimeja makan. Siapa lagi kalau bukan Januari.

"Loh, kenapa sayang?" Balas Emma menatap anaknya heran

Ia sebenarnya sedang asik mengobrol dengan Januari tadi.

Lya memutar matanya malas.

"Lya cuman pengen free aja, otak Lya butuh dingin sebentar udah panas lama lama." Oceh Lya menghiraukan Januari yang terus memperhatikannya dari kursi.

Lya menarik satu kursi disebelah Emma dan menduduki. Ia mulai mengambil piring dan mengisinya dengan berbagai macam lauk pauk yang tersaji.

"Tumben kamu makanya banyak banget, biasanya makanan berlemak gini kamu cuman sedikit."

"Mah, Lya lagi laper makan banyak ya wajar. Yang nggak wajar itu Lya makan banyak padahal aslinya kenyang!" Lontar Lya tersirat makna justru itu membuat Emma bertambah bingung.

Ia mulai memasukan sendok yang terisi penuh ke dalam mulutnya. Tak peduli Januari yang sedari ia datang terus menatapnya.

"Kamu ini lagi kenapa sih, Ly. Sensitif banget kayaknya?" Tanya Emma curiga

"Selamat makan." Lya menghiraukan terus fokus pada makanan dipiringnya.

"Ayok Jan, kita makan juga. Emang Lya aja yang bisa makan banyak. Tante juga bisa." Emma mulai mengumpulkan makanan dipiringnya menjadi satu hingga menumpuk seperti gunung.

Januari hanya menatap becanda pada Emma. Sedangkan Emma terlihat serius ketika wanita itu mulai melahap makanan dengan porsi besar.

"Aishh, mamah apaan sih." Lya menatap garang Emma kemudian gadis itu kembali menambah porsi makanan dipiringnya.

Januari hampir tak sanggup melihat kelakuan ibu dan anak ini. Pantas saja Lya memiliki sifat aneh yang memang diturunkan dari sang ibunya. Emma

Niatnya kesini bukan untuk ikut makan tapi kebetulan ia datang tepat di jam makan malam keluarga Lya. Mau tak mau ia harus menghargainya.

Januari pun mulai menyendok makanan ke dalam mulutnya. Ikut menikmati hidangan.

"Coba aja ayah liat kelakuan mamah sekarang, udah pasti ayah ilfiel duluan." Oceh Lya disela sela makannya.

"Terus kamu nggak takut Januari ilfiel liat kamu?" Balas Emma dengan seringainya.

Uhuk uhuk

Januari tersedak makanan yang hampir masuk ke tenggorokannya ia pun menatap Lya yang sama terkejutnya dengan dirinya saat ini.

Gadis itu kemudian berdehem pelan dan kembali melanjutkan makanannya. Tapi kali ini gadis itu tidak se-agresif saat suapan suapan sebelumya.

Pergerakan Lya membuat Januari berfikir apakah gadis itu takut ia ilfiel padanya?

Ingatkan sekali lagi bahwa semua sikap aneh Lya sebenarnya Januari sangat terbiasa. Percayalah tidak pernah sekali pun terbesit rasa ilfill pada setiap sifat aneh gadis itu dari dulu hingga saat ini.

*****

Setelah makan malam selesai Lya ikut membantu Emma membersihkan meja begitu pula dengan Januari.

"Mah Lya ngantuk, ke atas dulu mau tidur" ucap Lya dengan menekan kata diakhir.

Ia berharap Januari mengerti maksudnya. Kerena ia memang sedang malas untuk berbicara apa lagi membahas hal tidak penting.

"Eh, kok mau tidur? Itu Januari ke sini mau nemuin kamu, ada perlu kan, Jan?" Emma menatap Januari

"Hahh, eh iya.." balas Januari tersenyum kikuk

"Bilangin Lya nggak ada waktu." Ucap Lya sambil menaiki tangga.

"Hehh, Lya! Julya!!" Teriak Emma saat melihat anaknya tetap menaiki tangga hingga hilang dari pandangan.

Kini pandangan Emma beralih ke Januari.

"Jan, Lya lagi kenapa?" Tanya Emma bingung

Januari menatap Emma dengan raut tak terbacanya. "Boleh Januari nyusul Lya?" Ijin Januari

"Iya boleh. Asal jangan buat anak Tante tambah badmood aja," balas Emma enteng

Januari tersenyum simpul sebelum menaiki tangga berjalan menuju kamar Lya.

_____


You are reading the story above: TeenFic.Net