TFZ | 18

Background color
Font
Font size
Line height

Poster


Dan ayok kalian follow akun Wattpadku🧡

Terimakasih all:)

Selamat membaca!!!
  

_________________

Sesampainya mereka berdua dikamar Lya hanya berdiri diam menatap Januari yang perlahan berjalan mendekati kasur dan berbaring di atasnya.

Merasa tak ada pergerakan disebelahnya, Januari segera mendongak mendapati Lya yang hanya diam dipintu.

"Jadi tidur?"

"Hah?" Lya tersentak kaget dan menyengir kecil sebelum berjalan mendekati Januari.

"Tenang, gue nggak akan ngapa ngapain Lo kok, selama lo-nya, diem diem aja."

"Ish," Lya berdecih disamping Januari. Perlahan ia membaringkan tubuhnya di kasur lantai tak peduli ocehan Januari.

Januari berguling guna melihat Lya dibawah sana. "Yakin Lo tidur dibawah?"

Lya hanya mengangguk.

"Kenapa?"

Lya mengernyit dahi, "ya karena gue tahu, kalo gue tidur disebelah Lo. Lo nggak bakalan bisa diem."

"Oh," Januari kembali merebahkan dirinya tak peduli alasan yang terlontar dari Lya.

Nyaman sekali saat punggungnya menempel dikasur,  mengingat ketika tidur tadi punggungnya menempel di dinding yang keras.

"Malam Ly, hati hati biasanya yang tidur dibawah ditemeninnya sama tikus." Cibir Januari enteng

Lya segera melebarkan matanya yang sudah tertutup rapat hendak tidur.

Berani sekali Januari menakut takutinya.

"Bohong Lo," tuduh Lya tak terima. Walaupun tak sepenuhnya percaya pada ucapan Januari tapi tetap saja sekejab ingatan ketika ia tidur bersama tikus tikus membuatnya merinding, jijik.

"Seterah Lo." Gumam Januari yang mulai menutupkan matanya.

Seterah Lo?

Sial, pekik Lya dalam hati. Bisa bisanya dia berkata se-enteng itu setelah menakut takutinya dengan perkataannya barusan. Sedangkan ia sendiri sekarang terus terbayang bayang ucapannya.

Tiduur dengan tikus

Braghhhh

Januari meringis ketika badannya tiba tiba seperti ditimpah beton padat. Ia membulatkan matanya kala melihat Lya yang sudah menindihnya dengan wajah gadis itu yang menempel di dadanya.

"Ck, Ly, Lo apa apaan sih." Januari menyingkirkan Lya diatasnya.

"Lo yang apa apaan, nakut takutin gue kayak tadi!?" Sentak Lya kesal

Januari menahan senyum kecil.

"Gue cuman bilang kalau malem disini suka ada tikus yang masuk, tikusnya bukan tikus putih lagi tapi tikus got. Lo tahu kan yang warnanya hitam terus bau-----" Lya segera menampol mulut Januari

Mendengar semua perkataan Januari membuatnya sangat mual dan bergidik geli.

"Nggak usah takut takutin gue, Jan!!" Teriak Lya kencang sambil memukul mukul dadanya.

Januari reflek membekap mulut Lya dengan telapak tangan.

"Berisik" gumam Januari pelan

Manik keduanya fokus pada pintu disana takut takut kalau pintu itu tiba tiba terbuka.

Setelah dirasa aman baru lah keduanya bernafas lega dan kini mereka saling menatap satu sama lain dengan tangan Januari yang terus membekap mulut Lya secara tak sadar.

Lya yang tersadar duluan menyentak lengan Januari dimulutnya dan kemudian berbaring disebelah Januari.

Januari pun hanya membiarkan dan kemudian ia menatap Lya disampinya. Tapi gadis itu malah memunggunginya. Tak mau ambil pusing, Januari memilih menutupkan matanya untuk tidur.

*****

"Jan,"

"Jan,,"

"Ariiiiiiii,"

"Januari!"

Lya menoleh kesamping menatap Januari yang sudah terlelap. Padahal baru hampir 10 menit terjadi keheningan, tapi laki laki itu sudah terlelap.

Sedangkan ia sama sekali tidak bisa tidur walau sudah dipaksakan. Kini Lya malah makin mendengar suara keroncongan dari perutnya.

Ia ingin membangunkan Januari, tapi untuk apa ia membangunkannya. Untuk meminta makan, apa lagi?

"Jan.."

Ia sedikit menggeser tubuhnya ke arah Januari, dan berbisik pelan tepat dikupingnya.

"Ari.." Lya dengan jahil sedikit meniup lubang telinga itu.

Dan berhasil, Januari menggeliat dan terkejut ketika merasakan nafas seseorang sangat dekat dengan lehernya. Siapa lagi kalau bukan, Lya.

Gadis itu tengah tersenyum lebar ke arahnya.

"Apa?" Tanya Januari sangat malas ditambah mengantuk.

"Gue laper.."

"Dapur.." gumam Januari yang mulai membelakangi Lya.

Lya melotot tak percaya dengan sikap tak acuh Januari, "ya, anterin lah." Balasnya sambil meraih bahu Januari untuk menghadapnya.

"Ck," decak Januari yang masih tak peduli

Lya sudah terlanjur emosi. Ia pun bangkit dari tidurnya dan menendang Januari hingga terjatuh ke kasur dibawah dengan kencang.

Januari segera bangkit dan menatap wajah Lya dengan mata merahnya. Mungkin karena efek alkohol dan rasa ngantuk yang tak tertahankan. Tatapan mematikan Januari berhasil membuatnya sedikit takut.

Namun detik berikutnya Januari mengusap wajahnya dengan telapak tangan guna menahan rasa emosi yang hampir membara. 

"Apa lagi Ly?" Tanyanya berusaha sabar

"Gue laper,"

"Gue bilang di dapur. Kuping Lo masih berguna kan?" Tekan Januari halus

"Ya kan gue minta anterin. Kuping Lo masih bisa denger kan?"

Januari tersenyum paksa menanggapi balasan dari Lya. Percuma berdebat kalau ujung ujungnya perempuan selalu menang, karena selalu merasa benar.

"Sorry," balas Januari mengalah

"Ayok" Januari mulai bangkit dari kasur dan berjalan ke arah pintu.

Lya tersenyum senang. Ia pun mulai mengikuti Januari dari belakang.

Mereka pun berjalan disepanjang lorong, namun terhenti ketika mendengar suara berisik dari salah satu kamar yang mereka lewati.

Lya menghentikan langkahnya begitu pula Januari dihadapannya. Mereka kompak saling memandang satu sama lain.

Lya mengerutkan kening sambil melirik pintu disebelahnya. Ia menaikkan turunkan alisnya ke arah Januari seolah olah bertanya tanya suara apa itu. Namun tatapan Januari sangat tegang membuat Lya jadi sangat penasaran.

Ia pun lantas bergerak mendekati pintu itu. Ia jadi teringat bahwa kamar ini lah yang dari semalam terdengar berisik olehnya. Ia pikir itu hanya hal biasa tapi kok tidak berhenti juga sampai sekarang?

Lya tersentak kaget saat hendak memutar kenop pintu kerena Januari menariknya dengan cepat menjauh dari sana.

Januari terus menariknya hingga keduanya sampai di dapur.

"Jan, kenapa sih? Aneh banget Lo." Lya menyentak tangan Januari dari lengannya. Menatap Januari meminta penjelasan.

"Hah," Januari menggaruk garuk belakang kepalanya gugup tak tahu harus membalas apa.

Mata Lya memincing ke arah Januari penuh selidik. "Ouh gue tahu, ada sesuatu kan di dalam kamar itu?" Tebak Lya sambil menunjuk wajah Januari.

Januari merubah tatapannya menjadi datar seketika. Ia tak menjawab ucapan Lya, melainkan berjalan ke arah kabinet mulai mencari sesuatu.

Lya hanya mengedigkan bahu acuh. Ia pun mulai duduk di kursi memperhatikan Januari yang mulai menyalakan kompor hingga ia tak sadar jika sudah tersaji mie dihadapannya.

"Makan" titah Januari sambil menyodorkan gelas berisi air putih ke arahnya.

Lya menegak air digelas sambil terus memperhatikan Januari yang mulai membersihkan alat alat yang tadi dipakai.

Setelah selesai, Januari berbalik kerahnya sambil bersedekap dada seketika Lya gelagapan buru buru ia mengambil sendok dan menyeruput mie yang masih terkepul asap.

Uhuk uhuk

"Panas, panas." Oceh Lya tak jelas sambil meniup niup mie di dalam mulutnya dihadapan Januari. Tak lupa kedua tangannya ikut mengipasi mulutnya. Ini tuh reflek tau!

Januari berjalan mendekati Lya sambil berdecak kesal melihat tingkah gadis itu.

Lya reflek memundurkan wajahnya yang masih menganggap karena mie saat wajah Januari menunduk berada tepat diatasnya.

Januari menaikan satu alisnya bingung dengan respon Lya.

"Mau apa?" Gumam Lya tak jelas tersumpal mie.

"Ya, mau bantuin Lo." Balas Januari enteng

Lya menggelengkan kepalanya saat Januari kembali mendekatkan wajahnya. Dengan mulut terbuka lebar Lya terus memperhatikan manik  Januari saat semakin dekat dengan wajahnya.

Tiba tiba..

Lya merasakan hembusan angin menerpa wajahnya, tepatnya dimulut. Tatapannya beralih dari wajah Januari ke arah mulut laki laki itu. Januari meniup dengan pelan mie dimulutnya dengan tenang.

Dig dug dig dug

Lya sudah tak dapat menahan degup Jantungnya lebih lama lagi. Tapi ia segera tersadar, ia pun mendorong dada Januari menjauh.

Gleg

Dengan tergesa gesa Lya menelan semua mie dimulutnya tanpa pikir panjang dan mengelap mulutnya dengan tangan sebelum mengambil air putih diteguknya dengan terburu buru tanpa mau menatap Januari.

"Pelan pelan, Ly." Peringatan Januari

Lya tak menggubris ucapan Januari, tanpa sepatah kata ia segera bangkit dari kursi dan berlari meninggalkan dapur.

Januari menatap punggung Lya heran. Ada yang salah?

.

DON'T FORGET TO VOTS
SPAM NEXT DISINI!!
❤️
Terimakasih buat antusias kalian!!
Terutama pembaca pertama ceritaku yg masih bertahan:)


You are reading the story above: TeenFic.Net