TFZ | 10

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING ALL^^

______________________________

Lya berjalan kaki disepanjang pinggiran jalan raya hingga sampai dirumahnya, ia langsung terbaring di sofa.

Setelah membantu mencuci piring dicafe selama hampir satu jam lebih dan berakhir pulang berjalan kaki kerena tak memiliki uang dan ponsel yang tertinggal membuatnya sangat capek. Dan ini semua Menyebalkan_-

Rasanya ia ingin mengutuk Januari sekarang juga.

Bisa bisanya lelaki itu meninggalkannya dan tak kembali. Apakah Januari tak memikirkan tentangnya atau dia lupa?

Lya tersenyum miris mengingat percakapannya dengan Januari siang tadi.

"Lo ngapain pulang nggak kasih tahu gue?"

"Emang Lo peduli?"

"Lo ngomong apasih?!"

Eh, Jan asal Lo tahu. Mungkin dulu Lo peduli banget sama gue. Tapi sekarang udah beda, pedulinya Lo bukan cuman sama gue. Lo kan udah punya pacar, ya kali Lo lebih peduli sama gue yang cuma sebagai sahabat, eh maksudnya temen. Sesuai perkataan lo:) batin Julya berkata.

Lya bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya. Ia mengambil handuk yang tergantung sebelum menatap jam yang sudah menunjukan pukul lima sore hampir magrib.

Niatnya untuk ke kamar mandi terhenti kala ponselnya diatas nakas bergetar. Lya segera menghampiri dan mengangkat panggilan itu dan membawa ponsel ketelinganya.

"Hallo Ly, maaf soal tadi. Gue sekarang udah dirumah, Lo juga kan?" Suara Januari dari seberang sana terdengar membuat Lya menundukkan kepalanya tak kuasa mendengar, detik berikutnya ia mendongak dengan percaya diri.

"Gue nggak nanya Lo lagi dimana, itu bukan urusan gue." Tandas Lya

"Ly--"

"Sorry, gue mau mandi." potong Lya cepat dan memutus sambungan sebelum melemparkan ponsel ditangannya keatas kasur dan memasuki kamar mandi.

Dikamar mandi Lya hampir menghabiskan waktunya untuk merenung terdiam saat mengingat perlakuan Januari yang mulai berubah padanya.

Bisa bisanya Januari tak memperdulikannya seperti itu. Bukannya apa, ia kini merasakan seluruh badannya sakit dan lemas. Ia juga menanggung malu saat disentak oleh beberapa pelayan yang berkerja dicafe karena ia yang tidak benar membersihkan piring-piring kotor dan berjalan dipinggir jalan disore hari hampir malam. Ia tidak terbiasa seperti itu.

Kini akhirnya Lya keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang tergulung ditubuhnya. Namun betapa terkejutnya dan hampir terpeleset saat mendapati Januari yang sudah duduk diatas kasurnya.

"Jan!!!" Pekik Lya dan kembali menutup pintu kamar mandi akibat syok.

Januari segera bangkit dan mendekati pintu toilet.

"Januari! Lo ngapain dikamar gue?!" Teriak Lya dari dalam sana.

"Ly, buka dulu bentar." Pinta Januari sambil menepuk nepuk pintu toilet.

"Nggak!" Tolak Lya yang masih kesal dengan laki laki itu

"Ly, pliss, Ly." Mohon Januari

Dengan terpaksa Lya membuka pintu dan menatap Januari datar.

Januari segera meraih tangan Lya, namun segera ditepis. "Ly, Lo marahkan soal tadi?" Tanya Januari to the poin, ia sudah tahu sejak panggilan telpon kalau Lya marah padanya.

Lya tak menjawab, gadis itu melewati Januari begitu saja. "Ly, gue minta maaf. Tapi Lo tahu kan posisi gue tadi waktu ada Serena, makanya gue tinggalin Lo dicafe." Tutur Januari

"Dan itu reflek." Lanjut Januari

Lya menoleh kearahnya sekilas sebelum membuka lemari pakaiannya tanpa berniat merespon.

"Terus Lo pulang sama siapa? Naik apa?" Tambah Januari bertubi tubi membuat Lya muak.

Lya berbalik cepat "Lo mending diem, nggak usah peduliin gue lagi. Gue udah nggak butuh!" Sentaknya dan melenggang pergi dengan baju ditangannya namun ia lebih dahulu ditarik oleh Januari yang membuat Lya terhempas kebelakang.

Januari mendorong bahu gadis itu hingga menabrak dinding. Lya menatap bengis wajah Januari yang berdekatan dengan wajahnya beberapa inci. Kini tak ada rasa takut melainkan rasa kecewanya yang menjadi kuat.

Januari menatap tajam manik gadis didepannya begitu pula dengan tatapan Lya yang tak mau kalah tajamnya. Namun perlahan tatapan itu menjadi lunak.

"Jan, kenapa Lo setega itu sama gue?" Lirih Lya hampir menangis saat mengingat perlakuan Januari tadi dicafe.

Lya merasa sakit hati karena Januari meninggalkannya dicafe sendirian. Dan tak memperdulikannya, hingga ia harus bekerja dicafe dan berakhir pulang jalan kaki.

"Ly," Januari kini menatap intens Lya dengan pandangan bersalahnya.

"Lo nggak tahu penyebab Lo, yang ninggalin gue gitu aja dicafe. Dan asal Lo tahu gue capek harus bantu bantu disana selama berjam-jam dan pulang ke rumah pun gue harus jalan kaki kayak anak jalanan. Setega itu Lo sama gue, Jan." Isak Lya akhirnya

Jujur saja baru kali ini ia diperlakukan seperti itu. Merasa rendah karena tidak bisa membayar pesanan dan berakhir mencuci piring didapur.

Tangan Januari terulur mengusap bulir air mata dipipi Lya.

"Sorry. Gue nggak bermaksud sama sekali."

Lya menghentikan tangisnya "gue tahu Lo nggak bermaksud. Tapi Lo secara nggak sadar Lo perlakuin gue gitu aja, gue ngerti Jan."

"Ly, gue bener bener minta maaf. Gue tahu gue salah."

"Iya, gue maafin Lo. Gue tahu pacar lebih penting dari seorang teman. Dan semua orang tahu itu." Balas Lya sambil tersenyum singkat dan mendorong bahu Januari, namun Januari malah makin mendekatkan wajahnya dan membuat bibir mereka saling bertemu.

"Lya.."

Panggilan itu menghentikan segalanya dan membuat Lya terkejut bukan main dan saat pintu terbuka ia reflek menjatuhkan baju ke lantai.

"Januari?" Panggil seorang wanita dengan kening berkerut menatap keduanya.

"Eh, Tante." Balas Januari sambil tersenyum canggung dan menjauh dari Lya.

Sedangkan Lya jantungnya sudah berdegup kencang, ia pun menatap mamahnya dan Januari bolak balik. Beruntung Emma tak melihat kejadian sebelumnya.

Lya pun segera mengambil bajunya dari lantai dengan cepat.

"M-mah." Sapa Lya dengan gugup

Emma melangkah masuk "Kalian ngapain? Mau mandi bareng?" Tanya Emma penuh selidik

"Hah, Nggak mah, kok mamah ngomongnya gitu sih!" Lya mengeratkan handuk ditubuhnya dengan tak nyaman.

"Itu" tunjuk Emma pada baju dipelukan Lya

"Iiih, Lya itu mau ganti baju. Terus Januari malah ada disini, jadi Lya mau gantinya dikamar mandi." Jelas Lya dengan kesal bisa bisanya Emma berasumsi seperti itu.

"Ouh, kirain mau mandi bareng. Inget! Kalian itu udah besar masa mau mandi bareng kayak jaman dulu lagi?" Peringat Emma

"Mah, udah Lya bilang, Lya itu cuman--- hah udahlah" Lya menutup pintu toilet. Tak ingin berdebat saat ini setelah kejadian tadi.

Sedangkan Januari hanya memandang kikuk keduanya.

Dibalik pintu Lya terdiam ia pun menempelkan salah satu jari dibibirnya saat teringat kejadian tadi. Januari, sialan! Itu ciuman pertamanya.
 

*****

Januari menatap pintu toilet yang tertutup oleh Lya didalamnya. Dan panggilan Emma menyentaknya.

"Jan, kamu ngapain disini terus? Mau nungguin Lya?" Ledek Emma dengan seringai kecil

"Eh, nggak tante." Balas Januari tersenyum simpul

"Yaudah, kalo gitu bantu Tante angkatin koper sama bingkisan didepan." Ajak Emma dan keluar dari kamar Lya

Januari pun mengikuti Emma saat menuruni tangga dan membantu Emma memindahkan berbagai barang dari kap mobil.

"Tante ini barangnya mau dikemanain semua? Biar Januari aja, Tante tinggal istirahat. Pasti capek kan dari luar kota?" Tawar Januari

Emma mengulas senyum tersipu "ouh, so sweet banget sih Jan. Yaudah, Tante ke dalam ya. Ini barangnya pindahin ke ruang tamu dulu biar besok Tante yang atur lagi." Ucap Emma

Januari hanya mengangguk.

"By the way makasih loh Jan." Ucap Emma dari pintu saat hendak masuk

Januari hanya tersenyum menanggapinya.

"Makasih juga udah jagain Lya selama Tante nggak ada dirumah." Lanjut Emma dengan senyum tulus dan masuk kedalam rumah. Itulah hal biasa yang dilakukan Januari selama ini jika Emma berpergian keluar kota.

Seketika Januari terdiam. Jagain Lya?

Januari mungkin dulu bisa, tapi sekarang sudah berbeda. Ia kini tidak lagi menjaga Lya dengan benar, karena sibuk dengan urusannya sendiri sampai kejadian ia meninggalkan Lya dicafe terjadi.

(^❤️^)

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!

See u


You are reading the story above: TeenFic.Net