Di dunia yang tampaknya sempurna, Maggie berjuang untuk menyusun potongan-potongan kehidupannya yang berantakan. Sebagai seorang psikiater berusia 28 tahun, dia terjebak di antara harapan yang tinggi dari atasannya dan tekanan dari senior yang terus menindasnya. Dalam lingkungan rumah sakit yang penuh tekanan, dia sering kali menjadi sasaran kemarahan karena kesalahan orang lain, sementara dirinya sendiri tidak bisa menolak permintaan yang menumpuk.
Di balik senyum ramahnya, Maggie menyimpan rahasia gelap: keluarganya adalah kekacauan yang dipenuhi dengan ketidakpedulian, di mana suara televisi lebih terdengar daripada percakapan hangat. Keterasingan itu semakin menguatkan rasa kesepian yang menggerogoti hatinya. Meskipun dia sering mengatakan bahwa dia menikmati kesendiriannya, dalam benaknya berulang kali terlintas pertanyaan menakutkan-apakah hidupnya akan berakhir sendirian, tanpa cinta dan tanpa arti?
Di luar profesinya, Maggie menghadapi penilaian dari orang-orang di sekitarnya yang terus menyoroti statusnya yang masih single. Dia berbohong, mengklaim bahwa dia tidak ingin menikah dan lebih suka menikmati kebebasannya, padahal jauh di dalam hatinya, rasa putus asa dan ketakutan menyelimuti setiap langkahnya. Dalam keheningan malam, ketika lampu rumahnya padam dan hanya suara kucingnya yang menemani, dia sering bertanya-tanya apakah kehadirannya di dunia ini bahkan berarti.
Apakah mungkin untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan? Ataukah Maggie akan terus terjebak dalam siklus kesedihan dan keraguan? Dengan setiap pasien yang dia temui dan setiap tantangan yang dia hadapi, dia bertanya-tanya: di mana dia bisa menemukan ketenangan saat hidupnya sendiri terasa seperti badai yang tak berujung?