【 Prelude 】

Background color
Font
Font size
Line height

Prelude: introduction

"Cepet serang yang di ujung itu!"

"Lama banget sat!"

"ITU! Itu yang pojok kanan!"


ELDORADO69 Defeated

"Bangsat" umpat Rafael kesal saat mendapati panggilan masuk dari kekasihnya membuat karakternya kalah. "Bentar— cewe gue nelpon" Rafael menjauh berjalan mendekati balkon

Sedari tadi Gregory yang berbaring disamping Rafael kesal sendiri melihat trik game Rafael yang terkesan berantakan. Biasanya pria itu dapat menghalau semua musuh bahkan dapat melindungi karakter Gregory. Iya, Gregory tau, Rafael memang sedang tidak fokus, semuanya karena pacar Rafael yang hari-hari ini rewel dan sering membuat Rafael jengkel sendiri.

"Hmm" sapa Rafael setelah menekan tombol hijau. "Jirr..." desis Rafael sambil memejamkan matanya karena mendengar pekikan suara kekasihnya di speaker ponsel

"Di mana?!" pekik wanita di seberang

"Di kos" Jawab Rafael singkat

Suara desisan kesal terdengar di telinga Rafael setelah menjawabnya.

"Kamu lupa ya?!"

"Lupa apa?" tanya Rafael kembali dengan santai memandangi halaman depan kos dari lantai dua.

Ia lelah meladeni kekasihnya yang hari-hari ini membuatnya emosi. Hal kecil pun selalu dipermasalahkan. Kekasihnya selalu meminta untuk selalu diperhatikan, sedangkan dirinya sendiri saja tidak mendapat perhatian khusus darinya. Lama-lama Rafael muak dengan tingkah Denisha.

"Aku sekarang di mall sayang, aku tadi udah bilang kalau kamu jemput aku jam 3."

Ah iya, Rafael jadi ingat kalau Denisha cerita jika gadis itu sedang shopping  baju untuk pemotretan. Tapi walaupun Rafael mengetahuinya, ia belum menyetujui untuk menjemput Denisha. "Nis, aku kan belum jawab tadi, kamu udah keburu pergi sama temen kamu."

"Ya emang kamu ga bisa jemput aku apa? Kamu lagi sibuk apa sih? Di kosan kan kamu? Ga ada bimbingan juga kan? Apa susahnya sih tinggal jemput aku doang?"

"Mobil aku lagi di service Nis"

"Ga mau tau! Jemput aku sekarang Rafael!" pekik Denisha. "Usaha kek, pinjem mobil temen kamu, Gregory kan juga ada mobil. Pinjem bentar buat jemput aku!"

Lantas Rafael menekan tombol merah setelah mengiyakan sang kekasih. Rafael sedang malas mendebat.

"Denisha kenapa?"

"Greg, pinjem mobil lu bentar. Gue ganti tar bensinnya." ucap Rafael menghampiri Gregory yang masih duduk di sofa fokus ke layar ponselnya

"Kali ini ngapain dia?"

"Minta jemput"

"Ambil aja tuh kunci di gantungan" ujar Gregory tak menghiraukan Rafael. "Lu lupa ga bilang kalo mobil lu di service?" tanya Gregory

"Udah. Tapi dia ngotot minta gue yang jemput." Rafael memakai jaketnya dan mengambil dompet yang ia letakkan di meja. "Pinjem mobil ye"

"Sok pake aja"

Tangga demi tangga Rafael pijaki menuju lantai bawah. Sebelum pergi ke garasi, Rafael berpapasan dengan Bu Anggun— pemilik kos yang sedang berada di teras belakang rumah. Wanita paruh baya itu sedang menyirami tanaman anggrek miliknya di samping garasi khusus anak kos.

"Mau kemana El?" sapa Anggun melirik singkat kearah Rafael lalu atensinya kembali ke bunga anggrek kesayangannya

"Mau keluar bu jemput pacar"

"Hmm mau motoran sama cewe kamu ya?" goda Anggun

Rafael terkekeh. "Pacar saya ga suka naik motor, katanya takut rambutnya kusut"

"Oh... Cewe jaman sekarang gitu ya El? Lah terus naik apa? Bukannya kemarin kamu cerita mobil di service ya?" tanya Anggun menghentikan kegiatannya memilih fokus kearah Rafael

"Iya mobil kesayangan masih di tempat service. Ini pinjem mobil Greg."

Anggun mengangguk. "Greg di kosan? Ga ikutan nyamperin gebetannya?" goda Anggun

"Greg ga punya gebetan Bu! Cariin dong biar ga gabut di kosan! Biar sibuk kayak Rafael tuh kerjaannya bucin mulu!" pekik Gregory berdiri bersandar di balkon lantai dua

Rafael dan Anggun mendongak kearah Gregory dengan tertawa kecil.

"Yasmin tuh— eh jangan deh Adnan yang mau deketin keponakan cantik Ibu" ujar Anggun

"Wah Bu, baiknya Adnan jangan direstuin ama Yasmin. Kasihan Bu kalau Yasmin dapet Adnan." ucap Rafael setelah menyalakan mobil Gregory agar mesinnya panas

"Emang kenapa? Adnan baik, kalau abis pulang kampung gitu pas liburan semester pasti bawa bolu medan satu kardus." ujar Anggun

"Ah itu mah akal-akalan dia biar ibu restuin deketin Yasmin" ujar Gregory lantas Rafael dan Gregory tertawa tepingkal-pingkal

"Dasar kalian suudzon" ucap Anggun. "Ini Adnan sama Damar masih di kampus atau lagi tidur?"

"Adnan sama Damar masih di kampus lagi bimbingan. Satu dosen pembimbing mereka bu."

Anggun mengangguk paham lalu menoleh kearah Rafael. "El, kok belum berangkat? Ntar cewe kamu marah ga kamu jemput-jemput. Biasanya cewe tuh rewel kalo kelamaan jemput."

"Daritadi udah nelpon sih dia bu, tapi biarin aja, aku juga ga mau buru-buru" ucap Rafael santai. "Udah ya Bu Anggun mau pamit"

Suara klakson menandakan Rafael pamit meninggalkan area Kos Luniar milik Anggun, lalu Anggun dan Gregory melambaikan tangan tanda perpisahan, sementara.

Anggun membangun Kosan putra sejak lima tahun lalu. Tempat kos yang ia bangun saat dirinya terpuruk kini telah terisi penuh dan terkadang menjadi rebutan saat ada kamar kosong. Setelah putusan perceraian dengan mantan suami tujuh tahun lalu, Anggun kembali ke Jakarta dan menempati tanah warisan yang diberikan orangtuanya. Dengan berbekal uang tabungan, warisan, dan pembagian harta pernikahan sebelumnya ia membangun rumah di tahun yang sama dan dua tahun kemudian membangun Tempat Kos. Wilayah yang strategis dekat dengan kampus dan kantor membuat Anggun memilih untuk mendirikan Kos.

Alasan lainnya kenapa ia memilih tempat kos adalah karena ia kesepian. Anggun kalah saat mempertahankan hak asuh anak tunggalnya, hingga sekarang Anggun merasa bersalah karena tak bisa membawa anaknya. Rasa kesepian Anggun sedikit berkurang saat kehadiran Yasmin, keponakannya ingin tinggal di rumah Anggun karena ia diterima di sekolah yang letaknya lebih dekat dari rumah Anggun daripada rumahnya sendiri. Tak hanya Yasmin, sekarang kos yang ia bangun terisi delapan pemuda yang sangat ramah dengannya, Anggun merasa memiliki delapan anak laki-laki yang perlu ia rawat.

"Greg!" panggil Anggun

"Iya Bu?" jawab Gregory

"Udah makan siang?"

"Belum, tadi mau nyari ama Rafael abis main game tapi dia malah jemput cewenya"

"Sini turun Greg, tadi Ibu masak gurame asam manis banyak."

Dengan wajah berbinar bahagia Gregory berlari turun menuju lantai dasar.

Yang Gregory suka saat berada di Kos Luniar adalah ia sering mendapat jatah makan, entah sarapan, makan siang, atau makan malam. Gregory dan Damar adalah penghuni pertama kosan yang saat itu keduanya adalah mahasiswa baru sedang mencari kosan. Lalu semester berikutnya Rafael dan Adnan bergabung. Mereka berempat pun bertahan hingga sekarang dimana mereka tahun terakhir.

• ✽ •

"Rel, apa susahnya setia sama aku aja? Aku kurang apa? Aku ga pernah minta lebih ke kamu Rel. Aku selalu ikut apa mau kamu, aku ga aneh-aneh. I do my best as girlfriend!"
"Kenapa kamu tega selingkuh Rel?"

Pria yang sedang menjadi tersangka utama terdiam membisu sambil mengusap wajahnya kasar.

"It's not like what you think Chel" bantah Farel.  "Listya tuh satu kepanitiaan prom night sama aku, kita barengan k-karena.. karena emang abis survei lokasi, kamu tau kan Chel?"

'Kita' huh. Chelsea geram mendengarnya.

Lalu pria muda itu meraih tangan Chelsea, menggenggamnya, namun tangannya disentak dengan cepat.

"Don't fucking touch me!" bentak Chelsea membuat Farel terdiam beberapa detik melihat perlakuan Chelsea kepadanya.

"Kamu kok jadi kasar gini sih Chel? Kamu ga kayak gini loh dulu waktu kita pertama ketemu, kamu beda sekarang."

"Beda?" dengus Chelsea. "Ngaca Rel. Kamu yang beda! Apa perlu aku ambilin kaca bedak buat kamu ngaca?" telunjuk Chelsea menekan dada Farel berulang-ulang.

"Kamu dua bulan ini bener-bener kayak ngejauhin aku dan baru ini aku sadar ternyata kamu sering jalan sama Listya. Kamu pikir aku ga ngerti Rel?"

Farel lagi-lagi menghela nafasnya kasar. "Aku ga yang kayak kamu pikir, Chelsea"

"So what were you both doing last night sayang? At Lippo Mall? Bahas graduation prom? Heh bullshit! Ah juga di ruang osis jam 3 sore tadi? You both kissing right?" lirih Chelsea sedikit memajukan wajahnya seolah menantang kekasihnya oh atau mungkin sebentar lagi berubah menjadi mantan kekasih.

Farel terdiam.

"Bilang Rel kalau kamu bosen sama aku, jangan main di belakang aku. Cari cewe lain kalau kita udah putus, aku ga masalah Rel. Jangan permainin perasaan aku disaat aku masih ada status ama kamu."

"Kamu punya ibu dan adik perempuan Rel! kamu harusnya paham gimana rasanya kalau dua orang wanita yang kamu sayangi itu disakiti oleh pasangannya!" Kesal Chelsea meninggikan suaranya. Sekarang perasaan Chelsea campur aduk, ia sedih, kecewa, marah, kesal, dan geram. Jika bisa Chelsea menangis saat ini, ia akan menangis. Tapi tak bisa, air matanya terlalu berharga menangisi laki-laki yang telah menjadi kekasihnya setahun ini.

"I'm leaving. I don't need you anymore."

Semua usai.

Tak ada cekalan.

Tak ada bantahan.

Tak ada suara.

Hanya ada jarak,

Dan rasa sakit hati.

Chelsea pikir dirinya kuat tak akan menangisi laki-laki brengsek yang berani memainkan perasaan tulusnya. Salah, pikiran dan hatinya tidak sesuai. Di dalam mobil, ia menangis sesegukan meratapi dirinya yang tak pernah beruntung dalam hal apapun. Chelsea pikir bersama Farel dirinya tak akan pernah sedih lagi, karena selama bersama pria itu Chelsea selalu merasa nyaman dan aman. Namun salah, orang yang ia percayai sekarang malah menusuknya dari belakang.

"Sudah sampe non" ucap sang supir lembut sedikit takut mengganggu Chelsea melamun.

Chelsea mengerjapkan matanya cepat lalu menghapus sisa air mata di bulu mata dan pipinya. "Makasih Pak" ucap Chelsea membuka pintu mobil lalu turun dengan merapikan rambutnya

Tubuh Chelsea mematung ditempat saat mendapati mobil Brio merah terparkir di sisi rumahnya. Gadis itu jelas tahu siapa pemilik mobil itu. Terhitung sudah dua minggu sang pemilik mobil berkunjung ke rumahnya dan waktu berkunjung sang pemilik mobil pun tidak singkat.

"Oh Chelsea kok udah pulang?" suara lemah lembut menyapa Chelsea saat ia menginjakkan kaki di ruang tengah

Chelsea tersenyum kecil saat seorang wanita dewasa menghampirinya dengan senyum lebar. Lalu wanita cantik itu memberikan ciuman di pipi kiri dan kanan Chelsea dan memberikan pelukan hangat, namun tak hangat bagi Chelsea.

"Iya Tante Nadia, lagi kosong tadi bimbelnya  jadi pulang awal." ucap Chelsea menjawab pertanyaan wanita bernama Nadia

"Oh gituu, kamu udah pinter juga, kayaknya belajar sendiri juga bisa kan ya? Papa kamu sering cerita kalau kamu tuh berprestasi dan cerdas, kamu juga selalu top 3 paralel." ujar Nadia tersenyum mengusap lembut bahu Chelsea. "Kamu persiapan mau kuliah kan ya? Pasti udah kepikiran kan mau kuliah dimana?" tanya Nadia berbasa-basi masih berdiri tepat di posisinya

"Masih kurang tau tante, mungkin di Bali atau cari di Jawa" jawab Chelsea

"Wah kalau di Jawa bakal LDR sama papa kamu ama tante juga dong?" Nadia mengerucutkan bibirnya seolah sedih jika Chelsea pergi

"Iya gitu tante" ucap Chelsea canggung. "Ah tante sendirian kesini? Udah ketemu papa? Oh ya papa belum pulang ya?" tanya Chelsea mengalihkan topik pembicaraan sambil berjalan lebih masuk menuju ke halaman belakang melewati ruang makan dengan Nadia mengikuti disampingnya

"Tante tadi kesini sama Alice. Itu papa kamu disana nemenin Alice, dia pengen ketemu sama Zeon." ucap Nadia menunjuk kearah Samuel yang masih berbalut jas lengkap sedang berjongkok menyamakan tingginya dengan Alice. Membantu gadis berumur enam tahun itu memberi makan Zeon— Kura-kura dewasa berukuran besar milik Samuel.

Sebenarnya mata Chelsea masih basah karena menangisi Farel dan saat ini pemandangan di depannya membuat Chelsea ingin menangis lagi. Samuel terlihat asik bermain dengan Alice dan pria itu menyempatkan waktu pulang lebih awal untuk gadis kecil berumur lima tahun hanya untuk bermain dengan Zeon. Chelsea jelas tahu saat ini seharusnya Samuel masih berkutat di kantornya dan akan pulang pukul tujuh atau bahkan tengah malam. Ternyata pria dewasa itu sekarang sudah memiliki prioritas lainnya.

Atensi Chelsea melirik kearah wanita berumur 35 tahun yang tersenyum tulus memandangi Alice dan Samuel. Wanita cantik disampingnya adalah pacar Samuel, dia adalah seorang single mom yang ditinggal suaminya saat sedang hamil Alice. Tepat tiga bulan lalu Samuel mengenalkan Nadia ke Chelsea, pada saat itu juga Chelsea baru mengetahui bahwa mereka telah berpacaran selama setahun lamanya. Nadia dulunya adalah client hotel dimana tempat Samuel berada, berkali-kali Nadia mengadakan acara di ballroom hotel dan membuat Nadia dikenal oleh Samuel.

Sejauh ini Chelsea selalu mendapat perlakuan baik dari Nadia, apalagi dua minggu ini Nadia rajin berkunjung ke rumah bersama putri kecilnya, Alice. Selain berkunjung, Nadia selalu mencoba mendekati Chelsea seolah Nadia seperti akan bergabung dalam satu ikatan keluarganya.

"Papa akan menikah dengan Nadia"

Seperti yang Chelsea duga sore tadi. Prasangka nya benar terjadi. Bahkan menurut Chelsea prasangkanya terlalu cepat terjadi.

Chelsea mengunyah makanannya perlahan. Ia masih kaget walaupun ia sudah menebaknya tadi. Saat ini keduanya berada di meja makan menikmati makan malam. Tadinya Samuel ingin mengajak Nadia makan malam bersama di rumah tapi wanita itu ada keperluan penting jadi saat ini hanya ada Chelsea dan Samuel di meja makan, sama seperti hari-hari biasanya.

"Papa serius dengan Tante Nadia? Udah Papa pikirkan matang?" tanya Chelsea lalu menyendokkan satu suap makanan terakhirnya

"Tentu. Sudah setahun lebih papa sama Nadia, lagian dia juga baik sama kamu kan?"

"Tapi dia tiga belas tahun lebih muda dari papa" Memang jarak Nadia dan Samuel terpaut tiga belas tahun. Bulan depan Samuel akan berumur 48 tahun.

"Umur tak masalah Chelsea, kedewasaan seseorang bukan tergantung umur. Tapi pengalaman dalam berproses. Papa yakin jika bersama Nadia nanti Papa akan menjadi lebih baik, lagipula Alice butuh seorang sosok ayah dan kamu sebagai kakak perempuan yang akan mengajarinya hal baru." ujar Samuel tenang memandang kearah Chelsea yang enggan melihatnya.

Hening menyelimuti keduanya dalam beberapa menit.

Jadi ibunya sudah tergantikan? Lalu dia akan menjadi kakak? 

"Lalu mereka akan tinggal disini?" tanya Chelsea kini mendongak kearah Samuel

"Ekhmm" deham Samuel mengangguk, ia mendorong piring kosongnya kesamping lalu melipat tangannya diatas meja. "ada satu lagi yang belum papa bilangin ke kamu."

Satu alis Chelsea naik. Untung saja ia sudah menghabiskan makanannya. Sepertinya Samuel akan memberi kejutan lagi yang membuat Chelsea tak nafsu makan.

"Apa itu? Apa Tante Nadia hamil anak papa makanya papa mau cepet-cepet nikah terus pindah kota?" tebak Chelsea menatap kearah Samuel

Samuel sempat kaget dengan tebakan Chelsea. "Engga, papa ga pernah sejauh itu sama Nadia"

"Terus apa?" tanya Chelsea

"Tapi tentang pindah itu kamu benar"

"Papa mau pindah kemana?"

Terlihat raut wajah gusar terpampang di wajah Samuel. "Papa pindah kerja ke Batam lima bulan lagi, sekalian Papa akan mengadakan pernikahan disana."
 
  

Deg
  

"Tentang kuliah kamu nanti kamu kuliah di Singapore, urusan itu biar papa yang urus"
    

•  • ✦ •  •
  

Another Indonesia-based or local fanfiction.
Moga ga bosen ya sama cerita fanfiksi lokal buatan aku.

Kali ini aku pilih judul Chelsea karena aku suka aja. Bukan karena aku fans grup sepakbola Chelsea (aku ga terlalu ngerti bola).

Ini salah satu work yang tiba-tiba muncul inspirasinya dan aku pengen publish disini. Beberapa work lain yang ada draft bakal aku publish tapi mungkin beda bentuk, ada yang di wattpad, ada yang bentuk au di twitter, dan ada yang exclusive di karyakarsa.

Oke udah ngomelnya. See you in Chapter 1.

Give your support by Vote and Comment.

Yours truly, Violoir.


You are reading the story above: TeenFic.Net