CHELSEA; 9

Background color
Font
Font size
Line height

Terhitung sudah hampir dua bulan Rafael mengakhiri hubungannya dengan Denisha. Selama dua bulan berjalan, Denisha masih belum bisa menerima. Dua minggu awal nomer Rafael masih bisa Denisha hubungi meski tak di respon oleh sang empunya. Sebulan lalu ia mendengar jika Rafael tidak datang ke kampus karena ada pria itu berada di Batam. Setelah mendapat kabar sang mantan pergi ke luar kota dan sama sekali tak memberinya kabar. Bahkan nomer Rafael tidak dapat dihubungi dan Denisha berpikir bahwa nomernya di blokir oleh Rafael.

Denisha juga sering menunggu Rafael di kampus untuk berbicara langsung. Namun Denisha tidak pernah bertemu sang pria yang ia cari. Pernah sekali bertemu Gregory, pria itu mengatakan jika Rafael sedang ada kesibukan di luar kota.

"Belum ada kabar dari cecunguk?" tanya Shinta— teman Denisha, baru saja memesan coffe di kedai Starbucks di wilayah kampus.

Denisha menggeleng.

"Ga valid deh masa gara-gara gue mabok dia mutusin gue" ucapnya melepaskan kacamata yang sejak tadi bertengger di kepalanya. "Gue yakin di bener-bener kena cewe yang lu tunjukin waktu itu. Gatel banget sih tu cewe? Masa ga tau dia punya cewe sih? Jelas Rafael kan dikenal siapa aja disini, apalagi semua kampus juga udah tau dia pacar gue."

Shinta lalu melebarkan matanya menyadari sesuatu. "Gue kapan itu ketemu dia Den, ternyata dia anak sini."

"Jadi lo tau mukanya?"

"Kan gue bilang, timing gue pas ngefoto tuh si cewe nunduk, abis gitu cepet banget ditutup ama Rafael." Shinta mengeluarkan ponselnya kembali menunjukkan foto terakhirnya.

Denisha kembali mengamati beberapa foto dimana ia melihat obat yang dibawa oleh Rafael saat pria itu berjalan kearah mobil milik Gregory, disana terdapat obat salep luka, kain kasa, dan plaster luka bergambar karakter Disney. Ia kembali memperbesar foto saat Rafael membuka pintu, mata Denisha melebar saat melihat totebag yang ada di dashboard mobil, tak hanya itu celana jeans dan rambut panjang kecoklatan, membuat Denisha melebarkan mata dan mulut menganga lebar.

"Kayaknya gue juga pernah ketemu dia" ucap Denisha. "Ini cewe yang gue tabrak pas gue lagi ngejar Pak Andra buat ngomongin skripsi." tambah Denisha.

"Gue foto ini pas siang sekitaran jam dua"

Denisha menjentikkan jarinya. "Jam satu gue ke ruangan Pak Andra, gue masih inget banget pas masuk ruangan udah jam satu lebih sepuluh."

"Kalau lo ketemu disana berarti dia bisa jadi satu fakultas ama kita atau fakultas sebelah" Shinta mengambil kembali ponselnya membuka akun instagram.

"Lo mau ngapain?" tanya Denisha

"Gue mau check akun fakultas kita, kapan lalu kan ada yang upload foto mahasiswa baru tiap jurusan" jawab Shinta

"Jangan-jangan Rafael udah follow-an tapi gue ga sadar?" Denisha dengan cepat mengetik nama akun Rafael di pencarian instagram. 

Tidak ada.

Shinta juga mendengus kesal saat tak menemui akun wanita yang sedang mereka cari di akun fakultas mereka. 

• ✽ •

Malam itu dikejutkan oleh beberapa teriakan dan pintunya di ketuk kasar tak sabaran. Chelsea terbangun panik saat melihat asap dan kobaran api melalui jendelanya. Yang ia pikirkan saat itu adalah menyelamatkan diri.

"CHELSEA!!"

Tepat saat membuka pintu Anggun segera meraih pergelangan tangan Chelsea, kemudian mereka berjalan cepat menuruni tangga melewati ruang makan, ruang tengah, dan kemudian berhasil keluar melalui pintu depan yang terhubung dengan garasi mobil. Disana, di tengah jalan beberapa tetangga begitu juga penghuni kos memadati jalan. Yasmin lantas memeluk Chelsea dengan raut wajah sama paniknya.

Ada konsleting listrik di rumah sebelah kanan rumah Anggun. Chelsea menghela nafas lega, ia pikir tadi rumahnya yang terbakar.

"Aku tadi denger ledakan pas banget aku selesai ngerjain PR, abis gitu aku lihat keluar ada asap" cerita Yasmin sambil keduanya melihat beberapa orang lelaki menyiramkan air kearah tempat kebakaran.

"Udah telpon damkar?" tanya Chelsea

"Udah, Bu RT tadi yang nelpon, ponselku di dalam rumah, ga sempet ambil, panik sendiri." jawab Yasmin lalu melerai pelukannya.

Tak lama tiba-tiba Adnan dan Rafael muncul. "Listrik kosan udah aku matiin" ucap Adnan

Keduanya pun memandang Yasmin dan Chelsea yang berdiri saling menempel. Hingga fokus mereka kearah pakaian Chelsea.  Reflek Rafael memandang kearah lain dan ia sadar jika beberapa pria fokus kearah Chelsea. Gadis itu memakai baju tidur yang minim, rasanya Rafael ingin mencolok satu persatu mata para pria yang mengamati kulit Chelsea yang terekspos. Sebenarnya masih untung Chelsea memakai pakaiannya saat ini, sebelumnya berkali-kali Rafael mendapati Chelsea dengan gaun satin terusan diatas lutut dengan tali spaghetti yang sering ia lihat melalui jendela.

Jaket yang semula Rafael pakai kini ia lepas, lalu menyampirkan benda hangat itu ke pundak Chelsea. Sontak Chelsea mendongak memandang Rafael yang kini menatap satu persatu pria yang tadi memperhatikan Chelsea dan sekarang mengalihkan pandangannya.

"Jangan dilepas, nanti kena debu bekas kebakaran" perintah Rafael

Setelah satu jam api pun berhasil dipandamkan, untung saja tidah merembet hingga rumah dan kosan Anggun. Jujur saja tadi penghuni kos jauh lebih panik karena mereka kebanyakan sedang menempuh skripsi dan akan sidang. Mereka benar-benar panik sambil membawa laptop dan berkas yang sekiranya penting. Terlihat beberapa tas dan tumpukan kertas ada di meja warung Bu Lia yang dijaga oleh Rayhan, Gregory, dan Damar.

Para penghuni kos lantai dua dan Chelsea juga Yasmin saat ini berada di rooftop kos, mereka ingin tahu bagaimana keadaan tempat yang baru saja terjadi kebakaran.

"Untung ya ga merembet kesini, soalnya pas banget di belakang garasi mobil" ucap Chelsea berpegangan di pagar pembatas menengok kearah puing-puing yang ia dengar tadi adalah gudang penyimpanan.

Gregory dan Rafael sedang menyingkirkan kursi kayu dan memilih untuk menggelar karpet, sementara itu Damar dan Adnan pergi mencari martabak dan nasi goreng. Berhubung mereka tak bisa tidur lagi dan besok hari Sabtu, mereka memilih untuk mengobrol bersama di rooftop. Tak lama, Adnan dan Damar muncul dengan dua kotak martabak berisikan martabak manis dan martabak asin, dua liter coca cola, dan enam bungkus nasi goreng yang dibungkus dengan kertas minyak dan koran.

Tiga diantara mereka benar-benar tidak terlihat dari keluarga old money.

"Gimana Chel sejauh ini jadi mahasiswa?" tanya Gregory dengan membuka kotak berisikan martabak asin.

Chelsea yang mengulurkan bungkus nasi goreng untuk penghuni kos seketika berjongkok. "Kak, tugasnya ga main-main, apalagi yang pas aku izin ke Batam dua bulan lalu ama Kak Rafael langsung siap-siap buat kuis dua hari berturut-turut" 

"Biasanya sih awal semester emang sepadet itu, nanti kalau pas udah semester tua ga ada tugas tapi beban skripsi siap-siap aja tanggung sendiri" ujar Gregory. "Kamu ga ikut organisasi? atau Himpunan? atau DPM?"

"Aku mau ikut himpunan, menurut kakak gimana?" 

"Kenapa ga ikut DPM?" tanya Adnan

Chelsea menoleh kearah Adnan. "Kayaknya lebih suka Himpunan. Kamu DPM kak?"

"Gregory ama Damar tuh DPM. Gue ama Rafael anak Himpunan." Jawab Adnan

"Kak Rafael himpunan?" tanya Chelsea yang lalu dijawab anggukan Rafael. "Yaudah aku himpunan aja deh" 

Jawaban Chelsea membuat Damar hampir tersedak. "Lo apain Chelsea pas di Batam kenapa jadi nurut ama lo?"

"Ga gue apa-apain deh. Iya kan Chel?" Rafael menatap kearah Damar yang menuduhnya.

"Engga kok, bukan gitu. Kan lebih enak ngobrol tentang himpunan ke kak Rafael atau ga sama Adnan" ucap Chelsea lalu ia mengangkat tangan kerah Damar yang hendak berbicara menyanggah Chelsea. "Bukan berarti aku bilang ga enak kalau ngobrol ama kakak berdua, cuma aja kayaknya aku lebih suka di himpunan karena temen aku juga milih itu."

Adnan pun tertawa saat Damar langsung tutup mulut. 

Sementara Gregory tak pusing dengan pilihan Chelsea, toh Chelsea sendiri yang ingin masuk himpunan. Apalgi pikirnya hari-hari ini memang Chelsea dekat dengan Rafael dan Rafael juga terlihat lebih bahagia sejak pria itu bermasalah dengan pacarnya. 

"Anjir lah ni nyamuk dari tadi naksir paha gue" decak Gregory yang memang memakai celana pendek menampilkan paha putih nya yang sekarang memerah karena di gigit nyamuk.

Paham dengan situasi seperti ini, Chelsea jadi ingat ia ingin bertanya sesuatu. "Kenapa ga tinggal di apartemen Kak Greg?" tanya Chelsea yang duduk melantai bersebrangan dengan Gregory dan duduk diantara Yasmin dan Rafael.

"Gue lagi dalam masa tahanan" jawab Gregory sambil menahan tawanya,

Chelsea mengernyitkan dahinya.

"Dia uhm ngerampok duit bokapnya ratusan juta pas SMA Chel" ujar Adnan masih dengan mulut penuh.

Chelsea melebarkan matanya  "Serius?" tanya Chelsea menutup mulutnya agar makanan yang sedang ia kunyah tidak terlempar.

Gregory mengangguk menahan tawanya. "Jadi apa ya? Gue lagi masa hukuman sekarang."
"Ga cuma gue, tapi nyokap gue juga. Jadi dulu gue tuh emang dibebasin apapun ama nyokap gue dan klimaks nya tuh pas SMA dimana gue mulai manipulatif lah, gue jajan dari sepatu, tas, baju, modif motor, masih banyak lain lah tapi gue itu minta nya ke nyokap. Ternyata ya bokap tau gue ama nyokap seboros itu masalah duit. Ditambah gue yang awalnya ga mau masuk jurusan gue yang sekarang ini. Jadilah bokap marah besar ambil semua credit card, mobil, motor. Gue disuruh ngekos biar ga hedon. Mobil ama motor juga balik dua tahun yang lalu. Credit card balik juga pas gue magang di perusahaan bokap dan dari situ udah mending sih. Gue boleh ambil apartemen kalau gue udah dapet kepercayaan ambil jabatan di kantor bokap."

Mereka pun saling berbagi cerita satu sama lain. Termasuk Adnan yang semula tinggal di apartemen lalu memilih untuk ambil tempat kos karena Gregory mengajaknya. Saat ini situasi jauh lebih hangat ketimbang malam saat pertama Chelsea diperkenalkan. Chelsea juga bercerita tentang dirinya dan juga saat berada di Batam. Ternyata saudara Gregory pun ada yang diundang di acara Samuel, saat itu Gregory kaget saat ia melihat saudaranya dan juga Chelsea dalam satu foto. 

Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Tak ada makanan yang tersisa di depan mereka saat ini. Satu persatu mereka kembali ke dalam kamar masing-masing, kecuali dua insan yang sejak tadi asik sendiri menonton konten Nessie Judge.

Dari samping Rafael melihat betapa cantiknya Chelsea, entah berapa kali Rafael telah mengungkapkan rasa kagumnya sepertinya masih saja kurang. Ia ingin mengucapkan terus menerus dan kemudian mendapat senyuman manis dari Chelsea. Rafael ingin menjadi sumber kebahagiaan Chelsea, melihat senyum dan tawa seperti ini saat bersamanya.

Chelsea menoleh saat ia merasakan Rafael menyelipkan rambutnya di belakang telinga. Rafael memandangnya lembut dengan tatapan sayu. Jemari luas milik Rafael menyisir helaian rambut milik Chelsea lalu menahan tengkuk Chelsea, selanjutnya ia dapat merasakan bibirnya ditekan lembut.

Rafael menciumnya.

Seharusnya Chelsea menolak, mendorong tubuh pria yang saat ini menghimpitnya di sofa. Tapi sialnya, tubuhnya tak bisa menolak gejolak yang Rafael salurkan, Chelsea. Ia hanya bisa diam membiarkan Rafael memagut tergesa dan mencecap penuh bibirnya seolah tak ingin melewatkan satu inchi saja. 

Seperti ada yang melempar palu Thor di kepalanya, dalam beberapa detik Chelsea terngiang ucapan Gregory di malam saat ia dikenalkan oleh Anggun. Dengan sekuat tenaga Chelsea mendorong bahu Rafael begitu juga memiringkan wajahnya agar Rafael tak kembali menciumnya.

"We should've not doing this" ucap Chelsea tepat setelah tautan bibir mereka terpisah

"Why?" tanya Rafael memandang Chelsea lembut, membuat Chelsea merona malu. Tangan kokoh Rafael mengusap lembut pinggang gadis yang ada dihadapannya. Lalu kembali memberi kecupan singkat di pipi Chelsea yang merona merah. "Oh Tuhan, aku ingin memilikimu" bisik Rafael dengan suara rendah.

Mata Chelsea membola menyadari apa yang baru saja Rafael lakukan. Kembali ia menahan bahu Rafael saat pria itu mulai memiringkan wajah, hendak menciumnya kembali.

"Kak... You have girlfriend!" bentak lirih Chelsea menyadarkan Rafael. Ia tak mau dianggap sebagai selingkuhan. Tidak pernah mau Chelsea menjadi selingkuhan meskipun ia menyukai Rafael.

Rafael tersenyum menyeringgai. "Aku ga punya."

---☆---

Kaget ga?


Yours Truly, Violoir.


You are reading the story above: TeenFic.Net