2 - SATU SEDOTAN

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING!๐Ÿ’—

oOo

Sudah lebih dari 3 kali Nesya menoel lengan Daisy. Tetapi, gadis dengan bandana berwarna soft pink itu tetap diam tidak berkutik sedikitpun. Sedangkan Nesya, gadis itu sangat amat merasa risih karena sedari tadi Ryan selalu mengeluarkan gombalan receh untuknya.

"Daisy," panggil Nesya sedikit berbisik.

"Hah?" sahut Daisy yang baru tersadar dari lamunannya.

"Lo kenapa sih?" tanya Nesya masih berbisik.

"Lo masih inget crush gue yang gue ceritain tadi, kan?"

Nesya memutar bola matanya malas. "Gimana mau lupa? Lo aja ceritanya dari pagi sampe sore. Emangnya kenapa?"

"Cowok itu yang duduk di sebelah gue, Sya."

"HAH?!" teriak Nesya. Membuat kelima cowo berparas tampan itu menatapnya bingung.

"Ada apa, Cha?" tanya Ryan.

"Ini. Daisy-"

"Bukan apa-apa, Kak," potong Daisy seraya membekap mulut Nesya menggunakan tangannya.

Ryan menatap Nesya yang mulutnya masih dibekap oleh Daisy, kemudian menatap Daisy dan menyodorkan tangannya seperti akan berjabat tangan "Kita belum kenalan."

"Daisy," ucap Daisy seraya menjabat tangan Ryan.

"Gue Ryan. Calon pacarnya Echa. Kalo lo mau jadi pacar gue ngantri dulu di belakang Echa, ya."

Daisy hanya tersenyum tipis, lalu melepaskan jabatan tangannya dengan Ryan. Sedangkan Ryan, cowok itu mengedipkan sebelah matanya ke arah Daisy, lalu menoel dagu Nesya.

"Astaga freak banget, Sya," bisik Daisy.

"Kan udah gue bilang," balas Nesya.

Daisy melanjutkan perkenalannya dengan teman-teman Ryan. Begitu pun dengan Nesya, gadis itu ikut berkenalan karena memang belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.

Daisy dan Nesya sudah berkenalan dengan ketiga teman Ryan yang bernama, Adam, Ilham, dan Dion. Pandangan Daisy jatuh kepada cowok tampan di sebelahnya yang belum berkenalan dengannya dan juga Nesya.

Daisy menyodorkan tangannya seperti akan berjabat tangan. "Daisy, Kak."

Cowok itu tidak menghiraukan ucapan Daisy dan masih sibuk membuka salah satu aplikasi di ponselnya. Sifat cueknya justru membuat Daisy semakin ingin berteriak senang. Cowok ini benar-benar masuk ke tipe cowok idaman Daisy.

"Ssttt, Lang. Daisy ngajak kenalan lo itu," ujar Adam.

"Elang," jawab cowok itu singkat tanpa menatap Daisy. Ternyata namanya Elang.

Daisy masih menyodorkan tangan kanannya. Berharap Elang akan membalas jabatan tangannya. Tetapi, untuk apa Daisy mengharapkan jabatan tangan dari cowok cuek seperti Elang?

"Kalo kenalan sama orang itu harus saling berjabat tangan. Dan, kalo ngomong itu harus natap lawan bicaranya," jelas Daisy.

"Elang nggak bakal mau ngobrol sama lo, Sy. Dia udah setia sama Adela," timpal Adam yang disambut tawa oleh teman-temannya.

Daisy menurunkan tangan kanannya, lalu menatap Adam penasaran. "Siapa Adela? Pacarnya Kak Elang?"

"Bukan. Mereka friendzone. Adela mah udah punya pacar," timpal Ilham.

"Oh, ya? Siapa pacarnya Kak Adela?"

"Namanya Alvin," jawab Ilham.

Daisy sedikit terkejut mendengar jawaban Ilham. Gadis itu kembali bertanya untuk memastikan. "Alvinno Vernando?"

"Lo tau?" tanya Dion dengan nada terkejut.

Daisy hanya menganggukkan kepalanya. Bagaimana mungkin Daisy tidak mengenal Alvin? Cowok itu pernah menjadi sahabat Bryan sejak SMP. Beruntung sekali menjadi Adela, karena diperebutkan oleh cowok tampan seperti Elang dan Alvin.

"Lagian anak sekolah mana yang nggak kenal Alvin sih, Yon?" tanya Adam.

"Eh, kalian nggak mau pesen minum. Sana pesen, biar gue yang traktir," ucap Ryan.

"Enggak usah. Gue cuma mau ngambil jam tangan gue yang udah lo rusak," balas Nesya.

"Beneran ditraktir, Kak?" tanya Daisy memastikan.

Ryan menganggukkan kepalanya. Kemudian cowok itu memanggil waiterss kafe tersebut. Sedangkan Nesya menatap Daisy sebal. Tadi saja Daisy tidak mau menemaninya. Sekarang, gadis itu malah ingin berlama-lama di sini karena ada Elang. Padahal, Nesya sudah sangat ingin pulang.

"Pesan apa, Kak?" tanya waiterss tersebut setelah menyerahkan buku menu kepada Nesya.

"Lemonade," jawab Nesya.

Waiterss itu mencatat pesanan Nesya di buku kecil miliknya. "Ada lagi?"

"Lo mau minum apa, Sy?" tanya Nesya.

"Hah? Samain aja, Sya," balas Daisy tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah tampan Elang yang sedang serius memainkan ponselnya.

Nesya mengerutkan keningnya bingung. "Loh?"

"Berarti lemonade dua. Ditunggu ya, Kak," ucap waiterss, lalu pergi meninggalkan meja ketujuh remaja itu setelah mendapat anggukkan dari Nesya.

Nesya menatap Ryan yang duduk di sebelahnya. "Mana jam tangan gue?"

Ryan mengambil sebuah jam tangan dari saku bajunya. Cowok itu menarik pelan tangan kiri Nesya, kemudian mulai memasangkan jam tangan tersebut pada pergelangan tangan Nesya.

Daisy menatap iri pada keduanya. "Ihh, Nesya. Mau jugaaaaa."

"Daisy mau apa? Bilang aja sama Kak Adam," sahut Adam.

"Najis lo, Dam!" timpal Ilham.

"Syirik aja lo."

"Permisi, Kak. Ini pesanannya, silakan," ucap seorang waiterss seraya meletakkan dua gelas lemonade di depan Daisy dan Nesya, lalu berjalan meninggalkan mereka.

"Ini apa?" tanya Daisy. Gadis itu menatap minuman di depannya dengan tatapan bingung.

Nesya tersenyum penuh arti. "Coba aja minum."

Daisy langsung mengambil gelas minuman dan meminumnya. Gadis dengan bandana soft pink ini mengeluarkan ekspresi wajahnya yang sedang keasaman. Hal itu membuat keempat cowok itu tertawa dan tawa paling keras jatuh kepada Nesya.

Daisy dapat mendengar Elang yang juga ikut tertawa. Bukan tawa keras seperti teman-temannya. Melainkan tawa kecil yang hanya dapat di dengar oleh Daisy saja. Sungguh Daisy ingin menoleh. Tetapi, tidak dengan wajahnya yang sedang keasaman. Daisy benar-benar tidak suka rasa asam.

"Ihh, nggak enak," ujar Daisy yang masih menahan rasa asam di lidahnya.

"Minum," timpal Elang. Cowok itu mendorong pelan gelas berisi chocolate milkshake miliknya ke hadapan Daisy.

Tanpa berpikir lama, Daisy langsung meminum chocolate milkshake tersebut. Gadis itu tersenyum senang karena rasa asam sudah hilang dari lidahnya.

"Lo nggak suka asam?" tanya Dion.

Daisy hanya menganggukkan kepalanya. Gadis itu membulatkan matanya karena baru tersadar akan sesuatu. Beberapa detik yang lalu, dia meminum di gelas yang sama dengan Elang. Dan sekarang, Elang meminum chocolate milkshake-nya menggunakan sedotan yang sama.

"Sya, ini artinya Kak Elang suka sama gue, kan?" bisik Daisy.

Nesya masih melongo karena terkejut dengan apa yang telah terjadi pada temannya tadi. "Bisa jadi."

Daisy tersenyum senang. Rasanya, dia ingin sekali berteriak dan mengumumkan pada dunia jika dia telah minum menggunakan satu sedotan yang sama dengan Elang.

Daisy menatap Elang dari samping. Dia ingin sekali mengobrol dengan Elang. Gadis itu mulai mengumpulkan keberanian dan mencari topik yang akan menjadi bahan obrolannya bersama Elang.

"Kak Elang."

Elang menoleh ke arah Daisy. Hal itu membuat Daisy semakin gugup karena tatapan Elang kepada dirinya. Topik yang sudah terlintas di otak Daisy tadi mendadak hilang dan dia harus segera mencarinya lagi.

"Oh iya, maaf ya kemarin Daisy enggak sengaja nabrak mobil Kak Elang," ucap Daisy.

Elang hanya mengangguk satu kali dan kembali memainkan ponselnya. Mendapat respons seperti itu, Daisy kembali memutar otak agar bisa mengobrol dengan Elang.

"Ayahnya Kak Elang enggak marah?" tanya Daisy.

"Enggak," jawab Elang singkat.

Daisy hanya tersenyum walau Elang tidak melihat senyumannya. Ternyata, susah juga mengobrol dengan cowok super cuek seperti Elang. Tetapi, Daisy tidak ingin menyerah begitu saja. Dia yakin, suatu saat nanti mereka pasti akan kembali mengobrol tentang banyak hal.

-To Be Continued-

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!
-Daisy


You are reading the story above: TeenFic.Net