16 - RESTU ABANG

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING!๐Ÿ’—

oOo

Varen sudah mencari Daisy ke seluruh tempat di sekolahnya. Namun, masih ada satu ruangan yang belum dia kunjungi yaitu aula sekolah. Varen membuka knop pintu aula dan mendapati pemandangan aula yang tidak ada satu pun orang di dalamnya.

Varen melangkahkan kakinya ke dalam aula dan mengedarkan pandangannya. Cowok itu tidak menemukan Daisy di dalam sana dan memilih untuk keluar saja. Namun, langkah Varen harus terhenti ketika mendengar suara isakan seperti orang yang sedang menangis di dalam aula.

"Daisy?" panggil Varen yang bergema di ruangan tersebut.

Tanpa berpikir lama, Varen kembali memasuki aula dan berjalan mendekati suara isakan. Dan benar saja, Varen menemukan Daisy yang sedang menangis di samping panggung aula sekolahnya. Varen memegang bahu Daisy agar gadis itu mengetahui kedatangannya.

Daisy mendongak untuk menatap Varen yang berdiri di hadapannya. Varen langsung berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Daisy yang duduk di lantai aula. Cowok itu mulai menghapus air mata di kedua pipi Daisy menggunakan tangannya.

"Maaf, Sy. Gue nggak tau kalo lo suka sama Elang," ujar Varen.

Daisy hanya diam saja seraya berusaha menghentikan tangisnya.

"Tapi, kenapa harus Elang? Emang lo udah tau gimana sifat dia? Apa yang dia lakuin sampe lo bisa suka sama dia?" tanya Varen.

"Bukan urusan lo," jawab Daisy, lalu berdiri dari duduknya.

Varen ikut berdiri. Tatapan cowok itu kini berubah menjadi tajam. "Gue nggak suka lo deket sama anak ZAVEROV."

"Kenapa? Karena dulu geng kalian musuhan?"

"Iya."

"Tapi sekarang geng kalian udah damai. Bang Bryan sendiri yang minta damai ke Ketua geng ZAVEROV-nya langsung," jelas Daisy, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

"Pokoknya gue nggak setuju lo sama Elang."

"Gue nggak butuh restu lo," balas Daisy sebelum akhirnya menghilang di balik pintu aula.

Varen meremas rambutnya frustasi, lalu menendang salah satu kursi yang berada di aula tersebut. Selain Varen tidak setuju Daisy dekat dengan Elang, alasan lainnya adalah karena Varen tidak ingin kehilangan sahabatnya. Varen tidak ingin perhatian Daisy terbagi untuk pacarnya nanti.

oOo

Tok tok tok...

Daisy membuka knop pintu kamar Bryan dan berjalan masuk ke dalam. Daisy melihat Bryan yang sedang bermain game dengan pc gaming di kamarnya. Tanpa berpikir lama, Daisy langsung melepas headset yang menutupi telinga cowok itu.

"Tolol! Jadi mati gue, Anj-"

"Diam! Stop ngumpat ke gue," potong Daisy.

Bryan menatap Daisy kesal. "Ngapain sih lo, Cil? Ganggu aja orang lagi asik main game."

"Minta nomornya Kak Elang."

"Nggak punya."

"Mintain ke Kak Alvin."

"Buat apa?" tanya Bryan.

Daisy menghela napasnya lelah. "Biar gue sama Kak Elang baikan lagi. Gue mau jelasin yang sebenarnya ke Kak Elang. Gue nggak mau ada salah paham lagi di antara kita."

"Owh gitu."

"Ck! Buruan chat Kak Alvin."

Bryan langsung meraih ponselnya sebelum emosi Daisy meledak. Cowok itu menyalakan layar ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Kemudian mencari kontak Alvin yang jarang sekali dia hubungi.

Alvin ZVRV

Me :
P.

Alvin ZVRV :
Ya.

Me :
Bagi no Elang.

Alvin ZVRV :
๐Ÿ‘ค Elang.

Me :
Thx.

Alvin ZVRV :
Ok.

Daisy menatap Bryan heran. "Kok Kak Alvin nggak nanyain nomornya buat apa?"

"Sorry, kita para cowok nggak suka basa-basi."

"Ya udah. Bagi nomornya ke gue."

"Udah."

"Makasih, Abang," ucap Daisy, lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar kakaknya.

"Tunggu."

Daisy menghentikan langkahnya, lalu menatap Bryan. "Apa lagi?"

Bryan berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Daisy. "Lo suka sama Elang tapi lo tau nggak sebelumnya Elang pernah deket sama siapa?"

"Tau. Kak Elang pernah deket dan suka sama Kak Adela. Atau mungkin sekarang Kak Elang juga masih suka sama Kak Adela."

"Kalo lo udah tau terus kenapa lo malah suka sama Elang? Adela juga udah putus sama Alvin. Kalo suatu hari Elang jadian sama Adela gimana?" tanya Bryan.

"Ihh, Abang! Kok malah bikin adeknya insecure sekaligus over thinking sih? Nyebelin banget."

"Gue nggak bermaksud bikin lo down. Tapi gue cuma ngasih peringatan kalo kedepannya lo bakal ngadepin situasi kaya gitu. Dan juga, biar lo nggak kaget kalo misal hal itu bakal kejadian," jelas Bryan.

"I see, tapi kali ini gue pengen egois. Gue pengen Kak Elang jadi milik gue. Bukan milik Kak Adela atau pun cewek lain," kekeh Daisy.

Bryan memandang Daisy terkejut. "Buset ngeri. Lo itu suka atau obsesi sama Elang?"

"Kayanya obsesi. Tapi kalo Kak Elang udah jadi pacar gue, gue bakal ganti perasaan obsesi itu jadi suka atau malah jadi cinta," jelas Daisy.

"Gue harap lo nggak hancur karena ekspektasi lo dan juga semoga Elang nggak bikin lo sakit hati."

"Tapi lo restuin gue deket sama Kak Elang kan, Bang?"

Bryan menganggukan kepalanya. "Gue kasih restu."

Daisy mengembangkan senyumnya dan memeluk Bryan beberapa saat. "Thanks, Bang."

Bryan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang sedang jatuh cinta tersebut. Cowok itu masih memandang Daisy hingga keluar dari kamarnya dan Bryan juga kembali bermain game.

oOo

Daisy membuka knop pintu kamarnya dan berjalan mendekati kasur queen size miliknya. Daisy duduk di atas kasur, lalu menyalakan ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Daisy aka mencoba klarifikasi dengan Elang melalui chat terlebih dahulu.

CRUSH <3

Me :
halo kaa.

CRUSH <3 :
Sp?

Me :
ini daisy๐Ÿ™ƒ.

CRUSH <3 :

Dpt no gw dr mn?

Me :
dari ka alvin.

Me :
daisy mau jelasin sesuatu.

CRUSH <3 :
?

Me :
sebenarnya daisy sama varen ga pacaran.

Me :
tadi varen bilang gitu biar ka ryan ga marah aja.

CRUSH <3 :
Trs?

Me :
ka elang jangan jauhin daisy yaaaa.

CRUSH <3 :
Knp?

Me :
daisy ga bisa jauh dari ka elang.

Daisy masih menatap layar ponselnya berharap Elang akan membalas pesannya. Namun, sudah 15 menit gadis itu menunggu dan Elang belum juga membalasnya. Daisy memilih mematikan layar ponsel dan mulai merebahkan tubuhnya.

Daisy memandang langit-langit kamarnya. "Barusan gue confess nggak sih? Tapi emang kaya gitu termasuk confess, ya? Semoga aja Kak Elang nggak ilfeel sama gue."

"By the way, kapan Kak Elang mau ngajak gue nyari Bundanya di Bandung? Mungkin nggak sih kalo ternyata gue kenal sama Bunda Kak Elang? Apaan sih Daisy? Dikira Bandung sesempit otak Bang Bryan?" lanjut Daisy. Gadis itu terkekeh sendiri di akhir ucapannya.

Daisy merasa sangat lelah dan mulai menejamkan matanya untuk menuju ke alam mimpi. Siapa tahu, dia akan mendapat mimpi indah di tengah gempuran masalah-masalah yang sedang berlarian mengelilinginya.

-To Be Continued-

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!
-Daisy


You are reading the story above: TeenFic.Net