15 - PACAR BOHONGAN

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING!đź’—

oOo

Waktu istirahat sedang berlangsung sejak 10 menit yang lalu. Daisy bersama teman-temannya sedang menikmati makanan mereka di dalam kelas yang sepi karena sebagian dari mereka memilih untuk beristirahat di kantin.

"Eh, Sy. Semalem kenapa lo ngatain gue bego?" tanya Nesya.

Daisy langsung menelan donatnya. "Lo itu nggak ada alasan lain apa gimana sih?"

"Kalo gue nggak pake alasan itu, Ryan nggak bakal berhenti gangguin gue."

Daisy memijat keningnya yang mulai terasa pusing.

"Ck! Kenapa lagi sih ini?" ujar Kaizo yang duduk di meja sebelah Daisy. Cowok itu langsung mengeluarkan ekspresi kesal setelah membaca sebuah pesan di ponselnya.

"Ada apa?" tanya Sofia yang duduk di sebelah Kaizo.

"Enggak tau. Tapi kayanya bakal ada keributan."

"Keributan apa?" timpal Daisy.

"ZAVEROV di sekolah kita. Mereka lagi debat di gerbang sama Varen dan yang lain," jelas Kaizo.

Daisy dan Nesya saling pandang.

Kaizo berdiri dari duduknya. "Gue harus samperin mereka."

"Gue ikut, Kai," sahut Daisy.

Kedua remaja itu berjalan meninggalkan kelas. Beberapa murid yang berada di kelas saling pandang dengan wajah bingung dan khawatir.

oOo

Daisy dan Kaizo telah sampai di gerbang sekolah mereka yang sudah ramai. Benar yang dikatakan Kaizo jika Varen dan Ryan sedang berdebat karena meributkan sesuatu. Dan yang menjadi perdebatan mereka adalah masalah Nesya yang menolak Ryan karena Varen.

"Sejak kapan lo pacaran sama Echa?" tanya Ryan.

Varen menghela napasnya lelah. "Gue nggak pacaran sama Nesya."

"Halah. Kemaren Echa nolak gue dan bilang kalo dia udah punya pacar yaitu lo, Varen."

"Tapi Nesya bukan pacar gue," balas Varen dengan nada kesal.

"Jadi kita mau tawuran cuma gara-gara rebutan cewek?" tanya Bryan.

"Ngaca, Bry. Lo juga pernah ngajak tawuran cuma gara-gara cewek," sahut Revan, Wakil Ketua geng ZAVEROV.

Bryan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Itu kan dulu. Nggak usah dibahas. Eh, si Alvin nggak ikut ke sini?"

"Enggak. Dia lagi nggak mood," jawab Vano, anggota inti geng ZAVEROV.

"Masih galau dia habis diputusin," timpal Adam.

"Ck, Van, Dam! Kita ini mau tawuran. Kok lo malah ngobrol santai sih, Anjir!" keluh Ryan.

Daisy memandang Elang yang hanya diam menyimak obrolan yang lainnya di gerombolan geng ZAVEROV.

"Buat apa tawuran? Orang gue sama Nesya nggak ada apa-apa. Tapi, kalo lo mau berantem sama gue, ayo. Asal jangan libatin yang lainnya," tantang Varen.

"Enggak. Nggak ada yang boleh berantem di sini," ujar Daisy. Membuat perhatian para cowok itu tertuju padanya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Bryan.

"Bubar atau gue panggil Kepala Sekolah buat ke sini?" ancam Daisy.

"Tapi, Sy. Dia ngerebut Nesya dari gue," ucap Ryan.

"Gue nggak ngerebut Nesya dari lo. Lagian Nesya juga bukan pacar gue," balas Varen.

"Enggak percaya sebelum ada bukti."

Varen segera merangkul bahu dan mencium pipi Daisy. "Pacar gue Daisy, bukan Nesya."

Tindakan dan ucapan Varen berhasil membuat orang-orang di sekitarnya terkejut. Termasuk Bryan yang rasanya ingin memukuli Varen karena sudah berani mencium pipi adiknya. Namun, niatnya harus diurungkan karena Bryan tahu jika Varen melakukan hal tersebut sebagai alasan agar tidak terjadi tawuran.

Daisy mematung di tempatnya. Gadis itu sangat terkejut karena Varen menciumnya di depan banyak orang. Daisy memandang ke arah Elang yang juga menyaksikan kejadian tadi. Cowok itu hanya diam seraya menatap Daisy dengan tatapan dinginnya. Pasti Elang sangat terkejut dan mungkin setelah ini Elang akan menjauhinya.

"Bener yang dia bilang, Sy? Lo pacaran sama Varen?" tanya Ryan memastikan.

Daisy menatap Varen yang masih merangkulnya. Varen juga sedang menatap Daisy dan berharap Daisy akan membantunya dengan berpura-pura sebagai pacarnya. Daisy kembali menatap Ryan di depannya, lalu Daisy menganggukkan kepalanya pelan.

Ryan mengangkat sebelah alisnya seraya menunggu jawaban Daisy.

Daisy menelan salivanya kasar. "Varen emang pacar gue, Kak."

Varen menatap Ryan seraya tersenyum puas dengan jawaban Daisy.

"Okay. Gue percaya. Sorry udah bikin ribut," ujar Ryan, lalu berjalan meninggalkan gerbang SMA Trisakti diikuti kedelapan temannya.

Daisy menatap Elang. Tatapan keduanya beradu beberapa saat. Namun, Elang memutuskan tatapannya terlebih dahulu dan berjalan menyusul teman-temannya.

"Thanks, Sy. Udah bantu gue," ucap Varen.

Daisy menyingkirkan tangan Varen dari bahunya. Gadis itu menatap sahabatnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kemudian Daisy berlari masuk ke dalam sekolahnya tanpa menjawab ucapan Varen.

Varen, Bryan, dan Kaizo saling pandang karena bingung dengan respons Daisy. Ketiga cowok itu segera berlari menyusul Daisy untuk melihat keadaan gadis itu untuk memastikan bahwa Daisy baik-baik saja.

oOo

Daisy memasuki kelasnya dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya. Teman-temannya yang berada di kelas menatap bingung ke arahnya.

Moira yang sedang mengobrol dengan Sofia segera menghampiri Daisy yang sudah duduk di sebelah Nesya seraya menenggelamkan wajahnya di atas meja.

"Daisy, lo kenapa?" tanya Nesya khawatir.

Moira mengelus kepala Daisy untuk menenangkan. "Daisy, kenapa nangis?"

Bryan, Varen, dan Kaizo memasuki kelas Daisy dan melihat Daisy yang sedang ditenangkan oleh teman-temannya. Ketiga cowok itu berjalan mendekati meja Daisy.

Sofia menatap Kaizo bingung. "Ada apa, Kai? Kenapa Daisy sampe nangis gini?"

Varen berdiri di samping Daisy. "Maaf, Sy. Gue nggak bermaksud cari kesempatan. Maafin gue karena udah cium lo."

Nesya menarik bahu Varen agar menatapnya. "Apa? Lo cium Daisy?"

"Gue terpaksa, Sya. Semua ini juga gara-gara lo," jelas Varen.

Daisy berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas meninggalkan teman-temannya dengan air mata yang masih mengalir di kedua pipinya.

Moira menahan tangan Varen yang hendak menyusul Daisy. "Biarin Daisy nenangin diri. Sekarang jelasin ke gue, apa aja yang terjadi tadi?"

"Gue terpaksa ngelakuin itu. Gue cium pipi Daisy dan bilang ke geng ZAVEROV kalo Daisy pacar gue," terang Varen.

Nesya menatap Varen terkejut. "Lo bilang kalo Daisy pacar lo?"

"Lo gila, Ren? Sekarang gue tanya, di antara geng ZAVEROV tadi ada Kak Elang nggak?" tanya Sofia.

Varen mengerutkan keningnya. "Elang? Ada. Kenapa?"

Moira sedikit menghempaskan tangan Varen karena kesal. "Asal lo tau, ya. Daisy itu suka sama Kak Elang dan lo malah ngaku-ngaku sebagai pacar Daisy di depan Kak Elang."

Jawaban Moira membuat Varen, Bryan, dan Kaizo terkejut. Mereka tidak pernah berpikir jika Daisy akan menyukai Elang yang berbeda sekolah dengannya.

"Tapi, kenapa harus nangis segitunya?" tanya Varen yang masih belum mengerti.

Sofia memandang Varen gemas. "Lo bilang kalo Daisy pacar lo di depan Kak Elang itu sama aja kaya lo ngehancurin usaha Daisy selama ini."

"Usaha apa?" tanya Varen.

"Usaha buat deket sama Kak Elang yang selama ini dia bangun seketika hancur sia-sia, cuma gara-gara lo bilang kalo Daisy pacar lo di depan cowok yang Daisy suka," jelas Moira.

Varen menatap ketiga gadis di depannya satu per satu. "Sejak kapan Daisy suka sama Elang?"

"Udah lumayan lama," jawab Nesya.

"Tapi, lo harus ralat kata-kata lo barusan. Daisy bukan sekedar suka tapi dia udah jatuh cinta sama Kak Elang," timpal Sofia.

"Daisy bilang ke lo?" tanya Bryan.

"Enggak. Tapi, dari effort yang selama ini dia tunjukin ke Kak Elang pasti kelihatan kalo Daisy udah jatuh cinta sama Kak Elang."

"Effort gimana?" tanya Varen.

"Gue nggak bisa bilang ke lo. Tapi, lo bisa tanya langsung ke Daisy," jawab Sofia.

Varen terdiam beberapa saat, lalu berjalan keluar kelas untuk mencari Daisy. Bryan yang sejak tadi hanya menyimak kini duduk di kursi Daisy dan mulai bertanya kepada teman-teman Daisy untuk memastikan kebenaran mengenai adiknya tersebut.

-To Be Continued-

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!
-Daisy


You are reading the story above: TeenFic.Net