11 - CALON MERTUA

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING!💗

oOo

"Sofia," panggil Kaizo yang kini sudah berdiri di sebelah pacarnya.

Sofia langsung menatap Kaizo dan menggenggam tangannya dengan sangat erat.

"Sofia, kenapa?" tanya Daisy.

Sofia hanya menatap Daisy dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebenarnya ada apa ini? Siapa pria berpakaian serba hitam itu? Dan, kenapa Sofia terlihat ketakutan? Daisy sungguh penasaran.

"Nona Sofia!" panggil salah satu pria berpakaian serba hitam tersebut.

Keempat remaja itu langsung memandang Sofia bingung. Sedangkan Sofia tersentak dari lamunannya karena seseorang memanggil namanya. Namun, Sofia tetap diam di tempatnya dan tidak berniat untuk mendekati pria tersebut.

"Loh, Sof? Itu dia manggil nama lo. Kok diem aja?" tanya Varen yang baru datang menghampiri teman-temannya.

"Lo kenal mereka, Sof? Emang mereka siapa? Sugar Daddy lo? Astagfirullah, Sofia!" ujar Moira.

"Diem lo, Moy," tegur Kaizo.

Moira mengerucutkan bibirnya karena ucapan Kaizo.

Sofia menatap teman-temannya. "Kalian tunggu di sini, ya."

"Tapi, Sof-"

"Lo temenin gue." Sofia memotong ucapan Daisy dan langsung menggandeng tangan Daisy agar menemaninya menghampiri kedua pria berpakaian serba hitam tersebut.

"Loh?!" keluh Daisy. Namun dia tetap pasrah karena Sofia sedikit menariknya.

"Ada apa, ya?" tanya Sofia pelan ketika sudah sampai di hadapan pria itu.

"Kenapa kamu memberi tahu semua kebenaran kepada Tuan Muda tentang Bundanya?"

Sofia mengerutkan keningnya bingung. "Tuan Muda siapa?"

"Tuan Muda Elang."

Ternyata mereka adalah orang suruhan Ayah Elang. Pantas saja Daisy sedikit familiar dengan mobil berwarna hitam tersebut. Karena mobil ini lah yang menjadi saksi awal pertemuannya dengan Elang, ketika Daisy yang tidak sengaja menabrak mobil milik Ayahnya.

"Kak Elang yang paksa saya buat ngasih tau yang sebenarnya ke dia," jawab Sofia.

"Lalu, kenapa kamu memberi tahunya? Bukankah Tuan Besar sudah memberikan kamu uang ratusan juta agar kamu tidak mengatakan kebenarannya?" tanya pria satunya lagi.

"Tapi waktu itu saya tidak sengaja bertemu Kak Elang di makam. Dan, mungkin sejak saat itu Kak Elang sudah curiga. Kemudian besoknya dia bertanya kepada saya," terang Sofia.

"Kenapa kamu harus memberi tahunya?"

Sofia menghela napas lelah. "Kak Elang yang memaksa saya agar berbicara. Saya memberi tahunya, karena tidak tega melihat wajahnya yang terlihat sangat kacau."

Kedua pria itu saling pandang.

"Memangnya kenapa harus disembunyikan? Pasti sekarang Kak Elang sangat sakit hati karena bertahun-tahun menganggap Bundanya telah meninggal, padahal kenyataannya masih hidup," timpal Daisy.

Salah satu pria itu mendekati pintu penumpang pada mobil tersebut yang sejak tadi kacanya sudah terbuka, lalu tampak mengobrol dengan seseorang di dalamnya.

Daisy dan Sofia saling pandang. Sedangkan kedua pria berpakaian serba hitam tersebut masuk ke dalam mobil dan melajukannya meninggalkan SMA Trisakti yang sudah terlihat sepi.

"Kamu nggak papa kan, Sof?" tanya Kaizo yang kini sudah berdiri di samping Sofia.

Sofia menarik senyumnya. "Aman kok."

Daisy melamun memikirkan tentang Elang. Pasti cowok itu sedang butuh teman sekarang. Baiklah, nanti malam Daisy akan mengunjungi rumah Elang untuk melihat keadaan cowok itu.

oOo

Daisy baru saja selesai mandi setelah pulang dari sekolah sore tadi. Gadis dengan kaos berwarna soft pink dan boyfriend jeans berwarna snow blue itu menuruni tangga dengan riang gembira.

"Papi!" panggil Daisy.

Seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu tersebut tersenyum ketika melihat putri semata wayangnya menghampiri dan memeluknya.

"Anak Papi mau ke mana nih? Kok udah cantik banget?" tanya Levin, Papi Daisy.

"Daisy mau ke rumah temen, Pi. Papi jangan ke luar negeri lagi, ya. Daisy gampang kangen soalnya."

Levin terkekeh pelan. "Iya, nggak ke luar negeri. Paling nanti cuma ke luar kota."

"Ish, Papi! Jangan tinggalin Daisy. Daisy nggak suka kalo cuma sama Abang," keluh Daisy.

"Emang kenapa kalo cuma sama Abang kamu? Terus sekarang Bryan ke mana? Belum pulang?" tanya Levin.

"Enggak tau. Mungkin lagi tawuran."

"Jangan sembarangan lo!" seru Bryan yang baru saja datang memasuki rumah.

Levin menatap putranya yang sedang berjalan mendekatinya. "Kamu masih suka tawuran?"

"Enggak, Pi. Bryan udah jadi anak baik kok. Nggak usah dengerin Daisy," jawab Bryan yang kini sudah duduk di sofa.

"Udah nggak tawuran, tapi masih suka bolos pelajaran, Pi," adu Daisy.

Bryan menatap Daisy kesal. "Ck! Cepu banget sih lo!"

"Udah nggak usah berantem. Jadi, kamu dari mana tadi? Kenapa pulangnya telat?" tanya Levin kepada Bryan.

Bryan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Bryan dari itu, Pi."

"Jalan sama Kak Melva?" tebak Daisy.

Bryan terdiam karena ucapan Daisy. Sebenarnya tadi Bryan bertemu dengan Melva. Cowok itu telah mengungkapkan perasaannya kepada Melva, namun Melva menolaknya. Bryan sedikit kecewa dengan jawaban Melva tadi.

"Dari rumah temen. Duh, gerah banget. Mau mandi dulu deh," balas Bryan. Cowok itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Daisy dan Levin saling pandang karena bingung dengan sikap Bryan yang tidak seperti biasanya. Daisy menatap jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18.40 malam, lalu berdiri dari duduknya.

"Papi, Daisy pergi dulu, ya."

"Mau Papi antar nggak?" tawar Levin.

"Nggak usah, Pi. Biar Papi istirahat di rumah. Daisy dianter sama Pak Bima."

"Ya udah. Hati-hati, Sayang. Pulangnya jangan kemaleman."

Daisy menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Kemudian melangkahkan kaki keluar dari rumahnya meninggalkan Levin yang masih duduk di ruang tamu.

oOo

Tok tok tok...

Daisy mengetuk pintu rumah Elang. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh Bi Imah, asisten di rumah Elang. Bi Imah menyuruh Daisy masuk untuk bertemu dengan seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Tuan, ini Non Daisy. Saya permisi dulu, Tuan," ucap Bi Imah sopan, lalu pergi meninggalkan Daisy dan pria tersebut.

Daisy hanya diam seraya memandang pria berkacamata hitam di depannya. Dia tidak bisa dengan jelas melihat wajah pria tersebut karena kacamatanya. Kira-kira siapa pria ini? Apakah beliau Ayah Elang?

Daisy membulatkan matanya ketika pria itu melepas kacamatanya. "Pak Jenderal Damar Narendra!"

Pria itu terkekeh melihat respons Daisy. "Iya. Saya Damar Narendra. Tapi, anggap saja saya sebagai Ayahnya Elang."

Daisy menutup mulutnya yang ternganga. Dia tidak menyangka jika Ayah Elang adalah seorang Jenderal Polisi Damar Narendra. Daisy sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Siapa namamu?" tanya Damar.

Daisy tersenyum canggung. "Daisy, Pak."

"Jangan panggil 'Pak'. Itu terlalu formal. Panggil 'Om' saja."

"Oh iya, Om."

Damar memperhatikan penampilan Daisy. "Kamu pacarnya Elang."

"B-bukan, Om," jawab Daisy sedikit terbata.

"Tadi saya melihatmu di SMA Trisakti. Saya berada di dalam mobil dan kamu mengobrol dengan kedua asisten saya."

Daisy membulatkan matanya. "Jadi, Om yang ada di dalem mobil?"

"Iya. Saya mendengar semua pembicaraan kalian dan termasuk ucapanmu yang sepertinya sangat peduli terhadap Elang. Kenapa?"

Daisy menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaannya? Tidak mungkin kan, jika Daisy menjawab karena dia menyukai Elang.

"Kalian sedang dekat?" tebak Damar.

"Iya gitu deh, Om. Tapi cuma deket aja, nggak deket banget."

"Lalu, ada perlu apa kamu ke sini?"

Daisy memainkan tali tas selempangnya karena bingung.

"Biar saya tebak. Kamu menyukai putra saya dan kamu datang ke sini karena ingin melihat keadaannya, bukan begitu?"

"I-iya, Om."

"Elang sedang berada di kamarnya. Temani Elang, jangan biarkan dia merasa sendiri. Dia mungkin sedang membutuhkan pendengar yang baik sekarang."

Daisy menganggukkan kepalanya. "Iya, Om."

"Saya pergi dulu karena ada hal penting. Dan ingat, jangan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan ketika berada di kamar Elang nanti. Mengerti?"

"Mengerti, Om."

Damar menepuk-nepuk bahu Daisy, lalu melangkahkan kaki menuju pintu rumahnya.

Daisy mengusap dadanya yang masih berdegup kencang karena baru saja mengobrol dengan calon mertua. Kemudian Daisy berjalan menghampiri Bi Imah dan memintanya untuk mengantarnya menuju kamar Elang di lantai 2.

-To Be Continued-

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!
-Daisy


You are reading the story above: TeenFic.Net