1 - CRUSH BARU

Background color
Font
Font size
Line height

HAPPY READING!💗

oOo

Daisy melangkahkan kakinya melewati koridor kelas 11 yang masih sepi karena masih pukul 06.05 pagi. Gadis dengan bandana berwarna soft pink itu memasuki kelasnya yang belum ada orang satu pun.

Daisy duduk di kursinya dan menumpu kepalanya menggunakan kedua telapak tangannya yang diletakkan di pipinya. Kejadian bertemu dengan cowok tampan kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya dan Daisy tidak ingin melupakannya begitu saja.

"Kenapa sih dia nggak naruh name tag di seragamnya? Apa perlu gue yang jahitin?" ujar Daisy dengan nada sedikit kesal.

Beberapa teman sekelas Daisy mulai memasuki kelas satu per satu. Munculah seorang gadis dengan rambut pendek sebahu dengan poni khas-nya yang langsung duduk di sebelah Daisy.

"Bunga Cantik, lagi ngelamunin apa sih?" goda gadis itu. Namanya Nesya, teman sebangku Daisy.

Daisy menatap Nesya sebal. "Nama gue Daisy."

"Gue tau, tapi kan lo salah satu nama bunga."

Daisy hanya memutar bola matanya malas. Nesya sering sekali memanggilnya dengan sebutan bunga dan Daisy tidak suka karena itu bukan namanya.

"Sy, Abang lo di depan noh," ucap Kaizo. Ketua OSIS SMA Trisakti sekaligus teman sekelas Daisy.

Daisy berdiri dari kursinya dan segera berjalan keluar kelas untuk menemui kakaknya. Mata gadis itu langsung tertuju ke arah dua cowok yang sedang mengobrol di depan kelasnya.

"Mana buku gue, Bang?"

Cowok itu menyodorkan sebuah buku tulis kimia yang langsung diterima oleh Daisy. Namanya Bryan, Kakak Kandung Daisy. Mereka memang satu rumah. Tetapi, Bryan tidak serajin Daisy yang berangkat ke sekolah sebelum jam 6 pagi.

"Enggak biasanya lo kelupaan kaya gini. Mikirin apa sih, Sy?" tanya cowok di sebelah Bryan. Namanya Varen, teman sekelas Daisy sekaligus sahabat Daisy sejak SMP.

"Mikirin crush baru gue lah," balas Daisy seraya tersenyum sombong.

"Siapa crush lo?" tanya Bryan.

"Ada deh."

"Sekolah di sini?"

"Enggak."

"Terus sekolah mana?" tanya Bryan beruntun.

Daisy berdecak kesal. "Ck! Nggak usah kepo deh, Bang. Gue aja nggak pernah kepo sama percintaan lo."

"Lo Adek gue. Makanya gue peduli sama lo. Gue harus tau siapa cowok yang lagi deket sama Adek gue."

"Peduli sama kepo itu beda. Dan lo itu lagi kepo sama gue, bukan peduli," ucap Daisy, lalu berjalan memasuki kelasnya.

"Untung Adek gue lo!" teriak Bryan, tetapi tidak dihiraukan oleh Daisy.

"Biar gue yang nanyain, Bang," ujar Varen yang diangguki Bryan. Cowok itu berjalan menyusul Daisy yang sudah berada di dalam kelas.

Bryan melangkahkan kakinya meninggalkan teras kelas adiknya dan menaiki tangga untuk sampai di koridor kelas 12.

oOo

Mata pelajaran terakhir hari ini adalah Matematika. Semua murid di kelas 11 IPA 1 sudah menunjukkan wajah lelah dan malas mereka. Bu Aya selaku guru matematika memasuki kelas seraya membawa lembaran jawaban PTS matematika milik muridnya.

"Hari ini remidi matematika. Ada yang tidak masuk hari ini?" tanya Bu Aya kepada seisi kelas.

"Tadi pagi masuk semua, Bu. Tapi sekarang ada beberapa siswa yang ngilang nggak tau ke mana," jawab Daisy yang duduk di meja paling depan.

"Nesya, bagi lembaran jawaban ini. Dan Daisy, cari teman-teman kamu yang tidak ada di kelas. Saya ingin kalian mengerjakan remidi ini bersama-sama," perintah Bu Aya yang segera dilaksanakan oleh Nesya dan Daisy.

oOo

Daisy melangkahkan kakinya ke area belakang sekolah yang terkenal sepi dan angker. Gadis itu sebenarnya takut dengan hantu, tetapi dia percaya jika Tuhan akan selalu melindungi dan menjaganya.

Krek!

"Awhh..." rintih Daisy. Gadis itu melihat ke arah kakinya sedikit berdarah akibat terkena ranting pohon yang tajam.

Daisy kembali berjalan untuk mencari teman-temannya yang mungkin bolos di area belakang sekolah. Dan benar saja, gadis itu menemukan anak-anak geng VEROVER yang diketuai oleh Bryan sedang bolos seraya merokok. Beberapa di antara mereka adalah teman sekelas Daisy.

"Abang, kebiasaan deh ngajakin anak-anak bolos. Mau Daisy laporin Papi, hah?" tanya Daisy dengan nada mengancam.

"Nggak usah cepu lo! Lagian bukan gue yang ngajakin bolos. Tapi temen lo tuh si Varen," jawab Bryan.

Daisy segera menatap Varen dengan tatapan tajam. "Lo provokatornya?"

"Gue nggak mau remidi matematika, Sy. Gue males lihat angka," balas Varen dengan nada melas.

"Tapi remidi itu penting, Ren," Tatapan Daisy jatuh pada Kaizo yang duduk di sebelah Varen. "Lo ngapain ikut bolos juga? Lo itu Ketua OSIS, Kai. Mau gue laporin ke Pak Aryo?" (Pak Aryo, Pembina OSIS SMA Trisakti.)

Wajah Kaizo berubah menjadi panik. "Eh, jangan, Sy. Gue nggak mau turun jabatan."

"Ya udah sekarang kalian balik ke kelas masing-masing. Buat anak sebelas IPA satu ikutin gue kalo nggak mau gue laporin ke Kepsek," tegas Daisy.

Belasan remaja itu berdiri secara bersamaan kecuali satu orang, dia adalah Varen. Cowok itu menatap kaki Daisy, kemudian berdiri dari duduknya dan menatap Daisy dengan tatapan bingung.

"Kaki lo kenapa berdarah?" tanya Varen.

"Kena ranting tadi."

Varen mengambil sesuatu dari saku celananya. Itu adalah plester luka. Varen segera membukanya dan berjongkok untuk menempelkan plester tersebut pada luka di kaki Daisy.

"Jangan ngintip!" pekik Daisy.

"Udah lihat juga."

"Heh! Apa lo bilang?!" seru Bryan kaget.

"Bercanda, Bang," balas Varen. Cowok itu kembali berdiri dan mengajak Daisy untuk berjalan.

Belasan cowok itu ikut berjalan mengikuti langkah Daisy dan Varen yang berjalan paling depan. Meninggalkan sisa-sisa puntung rokok dan tempat tongkrongan mereka saat berada di sekolah.

oOo

Nesya sedang membujuk Daisy untuk menemaninya bertemu seseorang. Kedua gadis itu sedang berdiri di samping motor Daisy yang masih terparkir cantik di parkiran sekolah mereka.

"Ayo lah, Sy. Temenin gue ketemu Ryan. Mau, ya? Please," ucap Nesya memohon.

Daisy masih menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Enggak mau. Gue nggak mau nemenin lo pacaran."

"Ck! Ryan bukan pacar gue!" seru Nesya kesal karena Daisy selalu bilang jika Ryan pacarnya. "Ayo, Sy. Ryan juga bawa temen-temennya kok. Pasti mereka ganteng-ganteng, Sy."

"Nggak bakal tergoda gue. Lagian gue udah ada crush," balas Daisy, tidak tertarik dengan tawaran Nesya.

"Ihh, nanti gue dimarahin Ibu karena nggak pake jam tangan pemberiannya," ucap Nesya karena jam tangannya ada pada Ryan.

Daisy nampak berpikir. "Kak Ryan sekolah di mana?"

"SMA Aditama."

Daisy membulatkan matanya. "Serius?"

"Kenapa emang?"

"Ayo deh, gue temenin."

Daisy segera memakai helm bogo-nya dan menyalakan motor kesayangannya. Sore ini, dia akan menemani Nesya yang akan bertemu dengan Ryan. Daisy akan banyak bertanya kepada Ryan tentang cowok tampan yang dia temui kemaren.

oOo

Nesya membuka pintu sebuah kafe yang berada tidak jauh dari sekolahnya diikuti Daisy di belakangnya. Kedua gadis itu berjalan menghampiri meja kelima cowok berparas tampan dengan seragam putih abu-abu dan nama SMA Aditama di bahunya.

"Duduk samping gue, Cha," ucap Ryan seraya tersenyum.

Nesya mulai duduk di kursi sebelah Ryan dan Daisy duduk di kursi sebelah Nesya. Percayalah, Daisy sudah merasa tidak nyaman ditambah tatapan teman-teman Ryan yang seperti itu kepadanya.

Daisy menoleh ke arah cowok yang duduk di samping kirinya. Gadis itu membulatkan matanya karena terkejut. Sekarang Daisy duduk di sebelah cowok tampan yang dia temui kemarin. Daisy sungguh tidak bisa berkata-kata lagi karena masih sangat terkejut.

Bagaimana Daisy harus bersikap? Apakah dia harus menyapanya dan mengajaknya berkenalan? Atau, Daisy langsung mengajaknya berpacaran saja? Tidak mungkin. Itu akan terkesan sangat konyol. Lalu, bagaimana Daisy harus bersikap? Pikirannya bercampur aduk jika sedang salting seperti sekarang ini.

-To Be Continued-

SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!
-Daisy


You are reading the story above: TeenFic.Net